Saham Facebook Tersungkur Bikin Wall Street Lesu

Saham Facebook anjlok telah menekan wall street pada perdagangan Kamis, 3 Februari 2022 waktu setempat.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Feb 2022, 06:34 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2022, 06:34 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)

Liputan6.com, New York- Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Kamis, 3 Februari 2022. Hal tersebut dipicu saham induk usaha Facebook Meta Platforms merosot setelah melaporkan hasil kuartalan yang mengecewakan.

Kerugian semakin dalam terjadi pada perdagangan wall street Kamis sore waktu setempat. Indeks Nasdaq merosot 3,7 persen menjadi 13.878,82. Indeks Nasdaq mencatat kinerja terburuk harian sejak September 2020.

Indeks S&P 500 turun 2,4 persen ke posisi 4.477,44, dan alami hari terburuk dalam setahun. Hal itu didorong saham teknologi yang menjadi hambatan terbesar. Indeks Dow Jones turun 518,17 poin atau 1,4 persen menjadi 35.111,16.

"Facebook adalah pembangun kepercayaan diri. Ini adalah saham yang sangat banyak dipegang dan bagian inti dari banyak portofolio, jadi ketika mengalami masa yang sulit, itu hanya mengguncang kepercayaan secara keseluruhan,” ujar Chief Market Strategist TD Ameritrade JJ Kinahan, dilansir dari CNBC, Jumat (4/2/2022).

Ia menambahkan, hal yang menjadi pertanyaan apakah ini masalah khusus Meta, dan atau apakah ini akan menjadi masalah keseluruhan.

Saham Meta Platforms anjlok 26,4 persen setelah laba kuartalan perusahaan di bawah harapan. Perusahaan juga mengeluarkan panduan pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan untuk kuartal saat ini. Itu adalah penurunan terbesar yang pernah ada untuk induk usaha Facebook.

Saham media sosial lainnya yang tertekan selain saham Facebook yaitu saham Snap tergelincir 23,6 persen dan saham Twitter turun 5,5 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Investor Pertimbangkan Kinerja Emiten

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Wall street tertekan setelah indeks saham utama mencatat kenaikan beruntun selama empat hari. Pada perdagangan Rabu, 3 Februari 2022 dipimpin oleh saham induk usaha Google Alphabet. Di sisi lain, investor membeli saham teknologi setelah melepas sepanjang Januari 2022 karena mereka bersiap untuk potensi kenaikan suku bunga dari the Federal Reserve.

Laba yang kuat dari Microsoft, Apple dan Alphabet mendorong investor kembali ke saham teknologi mengingatkan fundamental masih kuat. Namun, panduan Meta Platform yang lemah telah menyebabkan beberapa orang berbalik arah.

"Masalah yang dihadapi saat ini untuk pendapatan secara umum adalah tidak cukup hanya memiliki pendapatan yang baik. Anda harus susun rencana yang sangat baik ke depan dengan banyak optimisme. Baik tidak cukup baik benar-benar menjadi tema musim laba sejauh ini,” kata Kinahan.

Batas yang meningkat itu, Kinahan menambahkan, sebagian disebabkan oleh kenaikan suku bunga the Federal Reserve yang akan datang. Minggu ini, laba perusahaan teknologi mengalihkan investor dari langkah bank sentral yang akan datang, tetapi prospek pengetatan kebijakan masih mendorong pasar.

“Semua aset memiliki nilai yang berbeda dari yang mereka miliki. Anda memiliki asumsi kenaikan suku bunga yang luas, dan Anda mencoba untuk kembali menilai semua aset ini berdasarkan asumsi itu, dengan mempertimbangkan apa yang dikatakan untuk laba masa depan,” tutur dia.


Gerak Saham di Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Selain itu, saham Spotify turun 16,7 persen setelah angka kuartalan terbaru perseroan menunjukkan perlambatan pertumbuhan pelanggan premium. Saham Pinterest dan Amazon melaporkan pendapatan setelah bel penutupan perdagangan yang menunjukkan penurunan masing-masing 10,3 persen dan 7,8 persen.

"Kita bisa mendapatkan kesempatan lain untuk mengubah narasi sekali lagi. Investor mengharapkan Amazon untuk menunjukkan rekor laba dan pendapatan,” kata dia.

Di luar teknologi, saham Dow Honeywell susut 7,6 persen setelah perseroan mengalahkan laba tipis tetapi gagal dalam pendapatan. Perseroan juga memberikan panduan lebih rendah dari perkiraan.

Harga minyak Amerika Serikat mencapai USD 90 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014, menambah kekhawatiran tentang inflasi.

Di sisi data ekonomi, klaim pengangguran Amerika Serikat berada 238.000 untuk pekan yang berakhir 29 Januari, demikian disampaikan Departemen Tenaga Kerja.

Rilis tersebut mengikuti rilis data penggajian pribadi ADP yang mengejutkan pada Rabu pekan ini. Investor masih menantikan rilis data nonfarm payrolss pada Jumat pekan ini. Perkiraan konsensus melihat tambahan 150.000 pekerjaan, menurut Dow Jones.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik sehingga menambah tekanan untuk saham teknologi. Sementara itu, Bank sentral Inggris mengumumkan kenaikan suku bunga 0,25 persen. Bank sentral Eropa mempertahankan suku bunga acuannya meski pun inflasi di zona Euro naik ke rekor baru.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya