Liputan6.com, Jakarta - Saham kapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai menarik pada 2022. Hal ini seiring kenaikan harga komoditas dan pemulihan ekonomi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham emiten bank masih mendominasi 10 kapitalisasi pasar terbesar di BEI, disusul telekomunikasi, aneka industry dan barang konsumsi. Pada Jumat, 4 Februari 2022, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat kapitalisasi pasar terbesar di BEI yang menyentuh Rp 943 triliun.
Baca Juga
Kemudian kapitalisasi pasar saham terbesar disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 632 triliun, dan selanjutnya PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Lalu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 345 triliun, PT Bank Jago Tbk (ARTO) senilai Rp 229 triliun.
Advertisement
Lalu disusul PT Astra International Tbk (ASII) mencatat kapitalisasi pasar Rp 223 triliun, PT Chandra Asri Tbk (TPIA) sebesar Rp 208 triliun, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) senilai Rp 153 triliun. Kemudian PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membukukan kapitalisasi pasar Rp 135 triliun dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) senilai Rp 124 triliun.
Head of Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, pihaknya masih optimistis terhadpa saham-saham kapitalisasi besar. Saham-saham kapitalisasi besar akan mendapatkan sentimen positif dari pemulihan ekonomi 2022. Hal ini didukung sejumlah faktor, salah satunya harga komoditas tinggi akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen pada 2022.
“Saham big cap secara sektoral akan diuntungkan dengan terjadinya recovery 2022, apalagi ada faktor pendukung lebih baik salah satunya, harga komoditas lebih tinggi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (6/2/2022).
Ia menuturkan, laporan keuangan emiten bank 2021 yang tumbuh dengan baik juga memberikan sentimen positif.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tantangan Saham Kapitalisasi Besar
Akan tetapi, saham kapitalisasi besar akan mendapatkan sejumlah tantangan untuk menguat. Wawan menilai, salah satunya kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia akan hambat kinerja saham kapitalisasi besar.
Ia menuturkan, kenaikan kasus COVID-19 dapat memicu kenaikan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang hambat aktivitas ekonomi. Dengan demikian dapat hambat aktivitas masyarakat sehingga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Kita expect akan ada kenaikan PPKM mungkin, paling tidak Februari-Maret. Kalau itu terjadi memang output ekonomi tidak setinggi yang diperkirakan, tetapi sampai akhir tahun kita masih optimis,” kata dia.
Sedangkan dari sentimen eksternal yang hambat saham kapitalisasi besar yaitu tapering the Federal Reserve atau pengurangan stimulus sehingga berdampak terhadap suku bunga. “Di Amerika Serikat akan ada kenaikan suku bunga tiga kali.Ekspektasi, tahun ini mereka satu persen suku bunga, kalau terjadi di Indonesia paling tidak akan naik dua kali bisa dari 3,5 persen ke 4 persen,” ujar dia.
Ia mengatakan, jika kenaikan suku bunga terjadi sehingga saham kapitalisasi besar di sektor keuangan akan tertekan dalam jangka pendek. “Meski ada tekanan jangka pendek kuartal I, sepanjang PPKM sudah bisa turun lagi, aktivitas masyarakat pulih, sahamnya bisa naik lagi,” kata dia.
Wawan mengatakan, saham kapitalisasi besar masih menarik pada 2022. Walaupun saham kapitalisasi besar sempat lambat kenaikan pada awal 2021 seiring kenaikan saham teknologi dan bank digital. Akan tetapi. saat kuartal IV 2021, IHSG digerakkan kenaikansaham kapitalisasi besar antara lain BBCA, ASII dan BBNI.
“Saya melihat tahun ini masih akan terjadi. Kemungkinan saham teknologi naik luar biasa lagi ada, tetapi saya rasa tidak akan setinggi tahun lalu, saham big cap akan mendominasi,” kata dia.
Wawan menambahkan, sektor saham keuangan kapitalisasi besar masih akan menarik pada 2022. Untuk saham pilihan yang dapat dicermati, Wawan memilih saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). "Bisa buy on weakness ketika ada tekanan," kata dia.
Advertisement