Meneropong Investasi Obligasi Dolar AS di Tengah Potensi Kenaikan Suku Bunga

Periode siklus kenaikan suku bunga membayangi investasi obligasi pada 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Feb 2022, 19:09 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2022, 19:09 WIB
Syariah, Dolar AS, Saham, Obligasi? Optimalkan Potensi Tumbuh Dana Anda.
(Foto:Ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring periode siklus kenaikan suku bunga, aset obligasi akan hadapi lebih banyak tantangan sesuai prinsip suku bunga dan harga obligasi berbanding terbalik.

Senior Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Syuhada Arief menuturkan, hal yang perlu dicermati adalah fundamental makro ekonomi Indonesia sangat baik dan lebih siap dalam menghadapi potensi kenaikan suku bunga didukung sejumlah hal antara lain:

-Berkurangnya target penerbitan surat berharga negara (SBN) pada 2022 menjadi Rp 991,3 triliun

-Pemulihan ekonomi dan rencana pemerintah untuk menekan defisit anggaran di bawah 3 persen pada 2023 berpotensi mengurangi tekanan pembiayaan dan penerbitan SBN ke depan. Sejauh ini, pemulihan ekonomi berdampak positif terhadap penerimaan negara. Pada 2021, penerimaan pajak untuk pertama kali dalam 12 tahun melebihi target APBN sebesar 14,9 persen.

-Rendahnya kepemilikan asing, sudah turun ke level 19 persen dibandingkan 37 persen pada 2018, dengan tahun tersebut juga terjadi kenaikan suku bunga dapat mengurangi risiko aliran dana investor asing keluar ketika sentimen global memburuk.

-Berlanjutnya skema burden sharing antara Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan yang dapat mengurangi tekanan pembiayaan pada pasar perdana. Selama 2021, Bank Indonesia membeli SBN melalui mekanisme burden sharing sebesar Rp 358,3 triliun.

-Pemanfaatan saldo anggaran lebih (SAL) sebesar Rp 269,2 triliun, lebih besar dari rata-rata SAL dalam 10 tahun terakhir sebesar Rp 146,3 triliun dapat digunakan untuk menutupi kekurangan dalam pembiayaan pada 2022.

Sementara itu terkait peluang obligasi denominasi dolar AS,Syuhada menuturkan dipengaruhi oleh pergerakan imbal hasil obligasi Amerika Serikat. Namun, beberapa katalis obligasi rupiah yang telah disampaikan sebelumnya juga berdampak positif pada obligasi dolar AS.

"Rendahnya penerbitan obligasi dolar AS yang hanya sekitar 11-14 persen dari total penerbitan SBN dapat mengurangi jumlah pasokan di pasar,” tutur dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Obligasi Denominasi Dolar AS

obligasi-131001b.jpg
Ilustrasi obligasi

 

Selain itu, obligasi dolar AS juga didorong oleh mulai stabilnya pergerakan credit default swap Indonesia bertenor lima tahun yang berada kurang 80 basis poin lebih rendah dibandingkan rerata dalam tiga bulan terakhir 81,15 basis poin.

Adapun risiko yang perlu dicermati investor menurut, Syuhuda yaitu perkembangan varian baru pandemi COVID-19 dan efektivitas vaksin, komunikasi pemerintah dan bank sentral akan perubahan kebijakan moneter dan fiskal, besaran dan kecepatannya. Selain itu, volatilitas pergerakan imbal hasil obligasi.

"Kualitas rilis data ekonomi dalam beberapa bulan mendatang akan mempengaruhi bagaimana normalisasi kebijakan moneter global akan dilakukan,” kata dia.

Hal itu terutama untuk domestik, percepatan pertumbuhan ekonomi yang dapat berdampak pada laju pertumbuhan kredit menjadi salah satu faktor yang perlu dicermati mengingat selama ini bank akan menjadi pembeli mayoritas SBN.

Adapun untuk hasilkan alpha pada kinerja portofolio, pengelolaan akan didasari pada pendekatan top down, analisa makro ekonomi global dan domestik dan kekuatan analisa bottom up untuk pembentukan portofolio yang optimal.

Strategi

Ciptakan Investor Pasar Modal Berkualitas Lewat Kompetisi Saham
Layar sekuritas menunjukkan data-data saat kompetisi Trading Challenge 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/12). Kompetisi Trading Challenge 2017 ini sebagai sarana untuk menciptakan investor pasar modal berkualitas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sejumlah strategi investasi akan memperhatikan beberapa aspek yaitu:

 -Duration management

Mengedepankan pengelolaan aktif dan stabilitas kinerja, di mana durasi portofolio akan sangat dinamis  Overweight atau Underweight terhadap tolok ukur, bergantung dari outlook dan view terhadap prospek pasar.

-Security selection

Mengurangi porsi off the run series guna menjaga likuiditas dan imbal hasil optimal.

-Field enhancement

Memaksimalkan potensi imbal hasil pada porsi kas portofolio dengan penempatan pada obligasi korporasi pasar uang dengan credit worthiness yang kuat dan terpercaya

"Di samping itu kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali,” tutur dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya