Mengenal Apa Itu Saham Blue Chip dan Sejarahnya

Salah satu istilah yang sering disebutkan di pasar modal yaitu saham blue chip atau unggulan. Yuk, simak ulasannya.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Feb 2022, 22:07 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2022, 22:07 WIB
FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Investasi di saham makin populer. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan investor di pasar modal termasuk saham.

Mengutip data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Senin (7/2/2022), jumlah investor pasar modal mencapai 7,86 juta hingga Januari 2022. Jumlah investor itu tumbuh 5 persen dari periode 2021 sebesar 7,48 juta.

Sementara itu, jumlah investor tercatat di C-Best sebesar 3,57 juta per Januari 2022 atau naik 3,57 persen dari periode 2021 sebesar 3,45 juta. Bagi Anda investor yang sudah berkecimpung di pasar modal, istilah investasi di pasar modal mungkin tidak asing lagi. Namun, bagi Anda investor baru akan mendengar istilah-istilah baru saat investasi di saham. Salah satu istilah yang sering disebutkan di pasar modal yaitu saham blue chip atau unggulan.

Mengutip laman Investopedia, saham blue chip adalah saham perusahaan yang diakui secara nasional, mapan, dan sehat secara keuangan. Perusahaan yang masuk kategori blue chip biasanya menjual produk dan layanan berkualitas tinggi yang diterima secara luas.

Sementara itu, mengutip laman most.co.id, saham blue chip memiliki pendapatan yang stabil dan diikuti dengan kewajiban yang terbilang rendah. Dengan demikian, saham blue chip ini cenderung stabil di pasar modal.Selain itu, perusahaan yang masuk kategori saham blue chip ini juga konsisten membayar dividen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sejarah

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Istilah “blue chip” pertama kali digunakan untuk menggambarkan saham dengan harga tinggi pada 1923.

Saat itu, seorang karyawan di Dow Jones, Oliver Gingold mengamati perdagangan saham tertentu dengan harga USD 200 atau lebih per saham. Ia menggunakan frasa tersebut untuk pertama kali ketika berdiri di samping ticker perusahaan yang akhirnya menjadi Merril Lynch.

Setelah mengamati beberapa saham yang diperdagangkan dengan harga USD 200-USD 250 per saham dan lebih tinggi, ia melaporkan kepada Lucien Hooper dari Hutton and Company, dan dia akan kembali ke kantor sehingga dapat menulis mengenai saham blue chip ini. Dari Gingold, istilah saham blue chip menjadi terkenal hingga sekarang.

Istilah blue chip tersebut berasal dari arena permainan poker, seorang pemain poker bertaruh dengan warna biru, putih dan merah. Kepingan biru memiliki nilai lebih dari pada kepingan merah dan putih.

 

Berbeda dengan Indeks LQ45

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Direktur PT Equator Swarna Investama, Hans Kwee mengatakan, perusahaan yang masuk saham blue chip berarti mencatat kinerja terbaik di sektornya.

Kategori perusahaan terbaik di sektornya tersebut, menurut Hans dilihat dari fundamental kinerja keuangan, menguasai pangsa pasar, mencatatkan aset besar, dan kinerja perusahaan bertumbuh.

“Fundamental baik cetak laba, perusahaan bertumbuh. Leading di sektor usaha, kuasai market share, aset besar,” tutur dia saat dihubungi Liputan6.com, pada 18 April 2021.

Hans mengatakan,  saham blue chip ini berbeda dengan saham LQ45. Hans menuturkan, saham LQ45 termasuk 45 saham yang dilihat dari likuiditasnya dalam enam bulan terakhir.

“Saham LQ45 likuiditas paling tinggi, ada 45 saham biasanya terbaik di sektornya. Saham blue chip bisa masuk LQ45. Namun, saham LQ45 belum tentu masuk saham blue chip karena tidak semua saham likuid itu berkinerja baik,” ujar dia.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya