Liputan6.com, Jakarta - PT HK Metals Utama Tbk (HKMU) mengumumkan laporan kinerja keuangan konsolidasi 2021. Manajemen perseroan mengungkapkan, dampak Covid-19 pada 2021 masih berpengaruh terhadap lambatnya pemulihan pasar, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja perusahaan yang catatkan rugi.
Kondisi tersebut rupanya menjadi pertimbangan calon investor baru. Seperti diketahui, per Januari 2022 HK Metals Utama menghadapi tantangan Pemegang Saham Pengendali (PSP), dan menimbulkan banyak pertanyaan dan keraguan di publik terhadap prospek perusahaan ke depan.
Baca Juga
Direktur Utama PT HK Metals Utama Tbk, Muhamad Kuncoro menjelaskan, manajemen sudah melakukan audiensi dengan regulator yaitu Bursa Efek Indonesia dan OJK.
Advertisement
“Prioritas kami saat ini untuk segera mendapatkan PSP baru, namun dapat saya sampaikan juga bahwa pembicaraan kami dengan calon investor untuk saat ini belum ada sinyal positif, bahkan beberapa calon investor masih wait and see dan menunda pembicaraan lebih lanjut,” ungkapnya, ditulis Jumat (25/2/2022).
HKMU sendiri masih mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 234 miliar sepanjang 2021. Hal itu dipengaruhi oleh penurunan pendapatan usaha sebesar 30 persen menjadi Rp 389,7 miliar, dibandingkan dengan pendapatan 2020 sebesar Rp 560 miliar.
Penurunan tersebut dikontribusikan antara lain dari segmen trading turun sebesar Rp 50 miliar atau 79 persen dengan nilai penjualan sebesar Rp 13,3 miliar. Kemudian segmen baja ringan turun sebesar Rp 60 miliar atau 43 persen dengan nilai penjualan sebesar Rp 79,3 miliar, dan aluminium turun sebesar Rp 45,7 miliar atau 17 persen dengan nilai penjualan sebesar Rp 218 miliar.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja
Direktur merangkap Sekretaris Perusahaan HKMU, Jodi Pujiyono menjelaskan, belum optimalnya kinerja perusahaan di lantaran transformasi bisnis yang dijalankan belum memberikan hasil yang diinginkan.
"Transformasi bisnis yang berfokus di manufaktur dan juga segmentasi market untuk penetrasi pada kategori yang lebih menguntungkan seperti customer project, industri dan ekspor masih belum memberikan hasil yang diinginkan,” ungkap Jodi.
Total aset perusahaan hingga akhir 2021 sebesar Rp 720 miliar, turun 22 persen dibanding 2020 sebesar Rp 929 miliar. Penurunan terjadi pada aset lancar. Pada sisi liabilitas perusahaan tercatat sebesar Rp 491 miliar, naik 6 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 465 miliar. Dari komposisi jangka waktu hutang, terjadi pergeseran.
Pada 2020 porsi hutang jangka pendek 91 persen, turun menjadi 59 persen di 2021. Sedangkan porsi hutang jangka panjang tahun 2020 9 persen naik menjadi 41 persen.
Hal ini merupakan hasil dari proses restrukturisasi dengan kreditur yang telah disetujui. Secara ekuitas, perusahaan mencatat nilai penurunan yang signifikan menjadi Rp 229 miliar pada 2021. Turun 22 persen dari Rp 464 miliar pada 2020.
Advertisement