Upaya IDX Terapkan Praktik Kesetaraan Gender di Pasar Modal

Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia BEI atau IDX, Risa E. Rustam mengatakan, perempuan memiliki potensi besar dalam pemulihan serta pertumbuhan ekonomi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 09 Mar 2022, 12:38 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2022, 12:38 WIB
Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Bursa Efek Indonesia (BEI), Risa E. Rustam (Dok: tangkapan layar/Pipit I.R)
Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Bursa Efek Indonesia (BEI), Risa E. Rustam (Dok: tangkapan layar/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI)  atau Indonesia Stock Exchange (IDX) berkomitmen mendorong partisipasi perempuan dalam berbagai aspek, temasuk di dunia kerja.

Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia BEI, Risa E. Rustam mengatakan, perempuan memiliki potensi besar dalam pemulihan serta pertumbuhan ekonomi lantaran memiliki kelompok usia produktif yang mendominasi.

"BEI mendukung pencapaian SDG ke lima yaitu kesetaraan gender di industri pasar modal maupun di dunia usaha. Kami juga terus berupaya untuk menjadi lebih baik dalam praktik kesetaraan gender di BEI," kata Risa dalam Ring The Bell for Gender Equality 2022, Rabu (9/3/2022).

Risa menuturkan, saat ini dua per tiga penduduk Indonesia berada dalam kelompok usia produktif. Peningkatan peran serta perempuan dalam dunia kerja tentunya dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.

BEI juga mencermati banyak perusahaan berupaya untuk terus meningkatkan praktik kesetaraan gender. Hal itu karena memberikan dampak positif bagi keberlanjutan perusahaan dalam jangka panjang.

"Hal ini sejalan dengan hasil riset ILO dan investing in women yang menyatakan bahwa 77 persen perusahaan di Indonesia setuju bahwa inisiatif kesetaraan gender yang dilakukan dapat meningkatkan kinerja bisnis,” imbuhnya.

Untuk itu, pasar modal terus meningkatkan praktik-praktik baik kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam bisnis dan mengambil langkah-langkah nyata dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang lebih sensitif dan responsif terhadap gender. Sehingga turut menggerakkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan secara lebih substansial menuju bisnis dan masa depan yang berkelanjutan.

"Semoga kesetaraan gender dalam dunia usaha dan dalam masyarakat Indonesia dapat tercapai demi pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih baik dan memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi semua, baik di dunia usaha maupun masyarakat luas,” ujar Risa.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Partisipasi Perempuan Masih Minim

Sebelumnya, partisipasi perempuan dalam jajaran top manajemen perusahaan masih sangat minim. Sehingga, Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Bursa Efek Indonesia (BEI), Risa E. Rustam mengatakan, kesempatan peningkatan karir bagi perempuan di berbagai industri pun masih rendah

"Menurut data kesetaraan gender sustainable stock exchanges tahun lalu, dari 2.200 perusahaan tercatat yang memiliki kapitalisasi pasar tertinggi di negara anggota G20, hanya 20 persen perempuan berada jajaran manajemen, 5,5 persen jajaran direksi dan 3,5 persen menduduki posisi CEO," ungkap Risa dalam Ring The Bell for Gender Equality 2022, Rabu, 9 Maret 2022.

Hal ini, kata Risa,  menunjukkan perempuan masih kurang terwakili di seluruh jenjang perusahaan. Situasi itu bahkan tidak banyak berubah selama beberapa dekade terakhir.

"Di Indonesia sendiri hanya 54 persen perempuan usia produktif yang bekerja, sedangkan partisipasi pria usia produktif mencapai 82 persen. Angka ini tidak banyak berubah selama 20 tahun terakhir," kata Risa.

Meskipun terjadi perbaikan tingkat pendidikan bagi perempuan di Indonesia, tetapi Risa menuturkan hal itu tidak memberikan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Berdasarkan laporan McKinsey, perempuan lebih rentan kehilangan pekerjaan hingga 1,8 kali dibandingkan laki-laki. Penyebabnya, karena masih adanya kesenjangan gender di berbagai sektor industri.

Risa menerangkan, kebanyakan perempuan mendapatkan pekerjaan di sektor sektor yang sangat rentan dan upah lebih rendah dibandingkan rekan kerja mereka yang laki-laki.

Di sisi lain, pandemi juga memberikan tekanan yang lebih besar pada perempuan bekerja terutama yang memiliki anak. Sehingga banyak perempuan yang akhirnya berhenti bekerja.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya