Bursa Asia Tersungkur, Indeks Nikkei Merosot 1 Persen Imbas Aksi Jual di Wall Street

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada Senin, 25 April 2022. Gerak bursa saham Asia ikuti wall street.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 25 Apr 2022, 08:59 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2022, 08:59 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa Saham Asia Pasifik jatuh pada Senin (25/4/2022), seiring menyusul aksi jual di wall street pada Jumat, 22 April 2022. Di sisi lain harga minyak berjangka turun lebih dari dua persen.

Indeks  Nikkei 225 Jepang turun 1,28 persen pada awal perdagangan Senin pagi, 25 April 2022, sementara indeks Topix turun 1,21 persen. Di Korea Selatan,indeks Kospi turun 1,02 persen dan indeks Kosdaq turun 1,43 persen. Pasar Australia dan Selandia Baru tutup pada Senin karena libur.

Sementara itu, saham berjangka AS turun sedikit setelah aksi jual pada Jumat, 22 April 2022 ketika rata-rata indeks Dow Jones Industrial jatuh lebih dari 900 poin. Indeks S&P 500 ditutup turun 2,8 persen pada 4.271,78, untuk hari terburuk sejak Maret.

Indeks Nasdaq Composite tergelincir 2,6 persen menjadi 12.839,29. Dari data ekonomi, Singapura akan melaporkan inflasi harga konsumen.

Sementara itu, perusahaan telekomunikasi China ZTE dan Hyundai Motor Korea Selatan akan melaporkan pendapatan pada Senin. Harga minyak mentah berjangka AS turun 2,4 persen pada Senin pagi menjadi diperdagangkan pada USD 99,62 per barel.

Harga  minyak mentah berjangka Brent turun 2,38 persen menjadi USD 104,11 per barel. Indeks USD berada di 101,120. Yen Jepang melemah dan terakhir diperdagangkan pada 128,66 per dolar. Ini melewati level 129 minggu lalu sebelum sedikit menguat. Sedangkan, dolar Australia berada di 0,7225, turun sedikit dari minggu lalu.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Wall Street Anjlok pada Jumat 22 April 2022

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Ilustrasi wall street

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Jumat, 22 April 2022. Indeks Dow Jones alami koreksi terburuk sejak pandemi COVID-19 dipicu laba perusahaan dan prospek kenaikan suku bunga mendorong aksi jual.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 981,36 poin atau 2,8 persen menjadi 33.811,40.  Penurunan indeks Dow Jones ini terbesar sejak 28 Oktober 2020.

Indeks S&P 500 susut 2,8 persen menjadi 4.271,78, dan merupakan hari terburuk sejak Maret 2022. Indeks Nasdaq melemah 2,6 persen menjadi 12.839,29.

Saham UnitedHealth melemah lebih dari tiga persen. Saham Caterpillar merosot 6,6 persen. Saham Goldman Sachs, Home Depot dan Visa juga menyumbang penurunan terbesar menjelang akhir pekan ini.

Dengan koreksi tersebut, indeks Dow Jones merosot 1,9 persen selama sepekan, dan alami penurunan mingguan selama empat minggu berturut-turut. Indeks S&P 500 menyusut 2,8 persen selama sepekan, dan mencatat penurunan mingguan dalam tiga minggu berturut-turut. Indeks Nasdaq tersungkur 3,8 persen.

Sementara itu, perusahaan yang melaporkan hasil kuartalan yang mengecewakan memimpin penurunan pasar pada Jumat, 22 April 2022.

Saham HCA Healthcare turun 21,8 persen dan alami kinerja terburuk di indeks S&P 500. Penurunan terjadi karena perusahaan membukukan laba dan panduan pendapatan yang melemah. 

"Investor tampaknya menjauh dari narasi tidak ada alternatif akhir-akhir ini dalam hal saham,” ujar Head of Investment Management Commonwealth Financial Network, Brian Price dilansir dari CNBC, Sabtu (23/4/2022).

Ia menambahkan, pada pekan ini sebagai minggu kedua berturut-turut arus dana keluar signifikan dari reksa dana saham.

 

 

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
Ilustrasi wall street

Di sisi lain, sektor saham perawatan melemah. Saham Intuitive Surgical dan Universal Health Services masing-masing merosot 14,3 persen. Saham DaVita turun hampir 0,2 persen dan DexCom melemah 6,7 persen.

Saham Verizon turun 5,6 persen setelah perusahaan melaporkan kehilangan 36.000 pelanggan telepon bulanan pada kuartal I 2022. Saham Gap anjlok 18 persen setelah perseroan mengumumkan CEO divisi Old Navy Nancy Green meninggalkan posisinya pekan ini. Gap juga memangkas prospek pertumbuhan penjualan bersih pada tahun fiskal 2022.

"Ini semua tentang komentar Powell, tetapi pernyataan tentang peringatan mengenai pertumbuhan penjualan ke depan, memerangi inflasi akan menimbulkan rasa sakit,” ujar Ekonom Robertson Stephens Wealth Management, Jeanette Garretty.

Adapun koreksi di wall street yang terjadi pada Jumat pekan ini juga setelah pidato Ketua bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell merusak sentimen pasar. Powell menuturkan, menjinakkan inflasi sangat penting dan kenaikan suku bunga 50 basis poin berpotensi terjadi pada Mei 2022.

Dampak Inflasi

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
Ilustrasi wall street

Analis Baird, Ross Mayfield menuturkan, ketegasan bank sentral dna kembalinya imbal hasil obligasi kembali menggerakkan pasar.

"Tidak ada yang sangat baru selain pengingat baru tentang perubahan monumental yang sedang berlangsung dalam kebijakan,” kata dia.

Ia menambahkan, Powell memang mencatat manfaat kenaikan suku bunga dan menjadi agresif lebih awal. “Ini membuat mereka berpotensi memangkas (suku bunga-red) jika ekonomi tersandung,” kata dia.

Pada Jumat pekan ini, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun tipis menjadi sekitar 2,9 persen. Sementara itu, saat ditanya mengenai potensi kenaikan suku bunga 75 basis poin, Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland, Loretta Mester menuturkan, pihaknya tidak melihat angka kenaikan suku bunga tersebut. Ia mendukung kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Mei 2022.

“Meski April mencatat kenaikan rata-rata harga terkuat sejak perang dunia II, dan frekuensi kenaikan tertinggi kedua, prospek pengetatatan suku bunga lebih agresif oleh the Federal Reserve untuk respons inflasi yang tidak terlihat sejak awal 1980 terus bebani saham dan investor,” kata Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya