Trisula Textile Industries Bidik Penjualan Tumbuh 8 Persen pada 2022

PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) menyiapkan strategi untuk 2022 mulai dari supply chain terintegrasi hingga penetrasi ekspor.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 29 Apr 2022, 13:27 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2022, 13:27 WIB
Proses produksi tekstil di PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) (Dok: PT Trisula Textile Industries Tbk)
Proses produksi tekstil di PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) (Dok: PT Trisula Textile Industries Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) menargetkan penjualan dan laba sebelum pajak bertumbuh 8 persen. 

"Kita menargetkan penjualan harus bertumbuh sekitar 8 persen dan laba sebelum pajak tumbuh sekitar 8 persen,” ujar Direktur Utama PT Trisula Textile Industries Tbk, Karsongno Wongso Djaja, ditulis Jumat (29/4/2022).

Trisula Textile Industries menyiapkan strategi untuk mencapai target pada 2022. Strategi yang digunakan oleh perseroan mulai dari supply chain terintegrasi hingga penetrasi ekspor.

Pertama, supply chain terintegrasi untuk meningkatkan penjualan dan pemasaran dengan mengoptimalkan jaringan distribusi dan meningkatkan sinergi dengan entitas anak. Kedua, kemampuan digital untuk terus mengembangkan momentum saluran penjualan online berturut-turut pada 2020 dan seterusnya.

Lalu, yang ketiga ada brand investment untuk mengembangkan produk JOBB yang lebih kasual untuk menyasar konsumen muda. Keempat yaitu sustainable fashion untuk terus meningkatkan kepatuhan ESG untuk memenuhi target pada 2030.

Terakhir, penetrasi ekspor untuk meningkatkan penjualan kain di pasar ekspor karena BELL telah melihat penjualan ekspor secara bertahap mendapatkan lebih banyak pasar pada 2021.

Adapun, rencana dan strategi ESG perseroan yang terbagi menjadi enam, antara lain lima sudah dalam proses dan satu rencana jangka panjang. Hal ini dikontrol oleh audit energi secara berkala.

Berikut ini rencana dan strategi ESG BELL:

1. Menggunakan energi terbarukan biomassa, di antaranya cangkang sawit yang dicampur dengan batu bara. 

2 .Meningkatkan efektivitas pengelolaan lumpur batubara untuk mengurangi limbah B3.

3.Memaksimalkan pemanfaatan daur ulang air hingga 50 persen untuk proses produksi.

4.Mengurangi intensitas energi hingga 10% dengan mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan.

5.Mencapai pengurangan emisi karbon sebesar 36 persen pada tahun 2030

6.Menjajaki investasi solar panel untuk kebutuhan listrik.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kinerja 2021

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi laporan keuangan

Selain itu, Trisula Textile Industries atau BELL menyampaikan kinerja keuangan pada 2021. Penjualan BELL turun hampir 20,5 persen menjadi kurang lebih Rp 428 miliar. Akan tetapi, BELL fokus pada peningkatan efisiensi operasional agar pendapatan operasional dan laba bersih tetap tumbuh.

Perseroan mencatat laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 2,44 miliar pada 2021. Kondisi ini berbeda dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 16,03 miliar.

Direktur Trisula Textile Industries (BELL), R Nurwulan Kusumawati mengatakan, kondisi pemulihan ekonomi yang belum baik karena COVID-19 varian delta serta terjadi kelangkaan kenaikan dari bahan baku dan bahan pembantu.

“Kita bisa lihat bahwa dengan kondisi pemulihan ekonomi yang belum berjalan dengan baik dimana kita juga tahu di semester II terjadi ada gelombang dua COVID delta, di Q4 terkena dampak dari kelangkaan kenaikan dari bahan baku dan bahan pembantu,” kata Nurwulan dalam public expose BELL, Rabu, 27 April 2022.

Hal itu juga mempengaruhi kinerja 2021, penjualan BELL mengalami penurunan hampir 20,5 persen akibat dampak PPKM perusahaan tidak bisa menjalankan penjualan dan pemasaran dengan optimal.

"Maka, kinerja 2021 penjualan kita mengalami penurunan hampir 20,5 persen menjadi kurang lebih Rp 428 miliar. Karena Dampak PPKM itu kita tidak bisa menjalankan kegiatan penjualan dan pemasaran secara optimal,” ujar Wulan.

Bukan hanya itu, Wulan menjelaskan laba kotor mengalami penurunan menjadi Rp 120 miliar yang sebelumnya mencapai Rp 127 miliar.

“Sehingga laba kotor pun mengalami penurunan dari Rp 127 miliar menjadi Rp120 miliar. Namun, kita juga melakukan berbagai efisiensi dalam proses operasional di semua segmen usaha yang ada di perseroan,” ujar dia.

"Sehingga laba usaha kita bisa lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu di mana laba usaha mengalami peningkatan 106.3 persen dari 11 miliar menjadi kurang lebih 22 miliar dan bahkan laba bersihnya bisa mencatatkan keuntungan di mana sebelumnya tahun lalu kita mencatatkan kerugian,” ia menambahkan.

Penjualan Ekspor

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)
Ilustrasi laporan keuangan

Di sisi lain, penjualan ekspor meningkat 40,4 persen year on year pada 2021. Permintaan mayoritas berasal dari Singapura, Jepang, Inggris, Australia, dan Thailand untuk produk kain.

"Kemudian juga kalau kita melihat dari sisi penjualan, segmentasi daripada penjualan lokal dan ekspor itu juga terjadi pertumbuhan di 2021. Walaupun secara total penjualan mengalami penurunan. Namun porsi ekspor sendiri mengalami pertumbuhan di mana tahun sebelumnya itu adalah 3 persen dan di tahun 2021 kontribusi ekspor terhadap total penjualan meningkat menjadi 5 persen terutama itu ke negara-negara Singapura jepang-inggris Australia dan Thailand,” ungkapnya.

Wulan juga menyampaikan terkait sisi segmen operasi dari BELL yang terbagi menjadi empat. Lalu, pada kuartal IV 2021, kinerja Seragam dan ritel mencatat pertumbuhan pendapatan tertinggi.

Setelah terkena dampak pandemi di 3Q21, segmen Seragam membukukan pertumbuhan pendapatan 275 persen QoQ dan segmen ritel membukukan pertumbuhan pendapatan 166 persen QoQ pada kuartal IV 2021.

Ia menuturkan, dari sisi segmen operasi ada  empat segmen yang ada dalam perseroan yaitu teknik manufaktur yaitu segmen industri yang memproduksi kain kemudian distribusi adalah segmen daripada para agen yang mendistribusikan kain yang diproduksi oleh  manufaktur.

Kemudian segmen seragam yang tangani oleh anak perusahaan PT Mido Indonesia yang khusus sebagai uniform provider dan kemudian ada segmen ritel yang memasarkan produk-produk ritel dengan merek JOBB dan Jack Nicklaus.

Segmen Ritel

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Lukas Blazek)
Ilustrasi laporan keuangan

Segmen ritel semakin membaik, penjualan meningkat 12 persen year on year karena semakin efisiennya point of sales, optimalisasi pada digital stores, dan produk JOBB dan Jack Nicklaus yang memiliki desain-desain, serta spesifikasi terbaru

"Di sini terlihat bahwa kontribusi di 2021 mengalami perubahan di mana segmen seragam terjadi penurunan dari 36 persen menjadi 27 persen sementara ritel mengalami peningkatan dari 22 persen menjadi 26 persen sementara sektor manufaktur tidak terlalu bergerak banyak dan segmen distribusi itu juga mengalami peningkatan dari 22 persen ke 26 persen tadi yang mungkin dari 11 persen menjadi 15 persen. Itu dari sisi segmen operasi,” ujar dia.

Meskipun demikian, rupanya peningkatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.

"Ini juga didorong oleh penjualan secara online yang kita gerakkan baik melalui website JOBB dan Jack Nicklaus ataupun melalui market shopping yang tadi sudah disampaikan dan juga beberapa marketplace lainnya,” ucap Wulan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya