Elon Musk Jual Saham Tesla Rp 57,97 Triliun

Pada perdagangan Selasa dan Rabu, CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk melepas sekitar 4,4 juta saham Tesla.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Apr 2022, 15:50 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2022, 15:50 WIB
FOTO: Elon Musk Jadi Saksi Sidang Akuisisi SolarCity
Elon Musk berjalan dari pusat peradilan di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Senin (12/7/2021). CEO Tesla tersebut menjadi saksi pertama dalam persidangan terkait masalah akuisisi SolarCity. (AP Photo/Matt Rourke)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Tesla Elon Musk jual saham Tesla sekitar USD 4 miliar atau sekitar Rp 57,97 triliun (asumsi kurs Rp 14.493 per dolar Amerika Serikat). Hal ini dilakukan beberapa hari setelah tawarannya untuk menjadikan Twitter go private.

Demikian menurut pengajuan kepada the Securities and Exchange Commission. Pada perdagangan Selasa dan Rabu, CEO Tesla dan SpaceX ini melepas sekitar 4,4 juta saham Tesla.

Berdasarkan pengajuan, sebagian besar penjualan saham Tesla dilakukan pada Selasa, 26 April 2022. Saham Tesla turun 12 persen pada saat itu. Namun, saham Tesla naik tipis pada Rabu, 27 April 2022.

Saat pengajuan diumumkan, Musk menulis di Twitter, “tidak ada penjualan TSLA lebih lanjut yang direncanakan setelah hari ini,”

Ia membuat pernyataan itu sebagai tanggapan atas akun yang sangat mempromosikan saham Tesla, produk dan Musk di jejaring sosial. Demikian mengutip CNBC, Jumat (29/4/2022).

CNBC menghubungi Tesla dan Musk untuk menanyakan rencana memakai dana hasil penjualan dan apakah dia menjual lebih banyak saham Tesla setelah 27 April 2022. Tesla dan Musk tidak segera menanggapi permintaan tersebut.

Elon Musk menawar untuk membeli Twitter dan menjadikan perusahaan media sosial itu go private dengan harga USD 54,20 per saham dengan demikian total sekitar USD 44 miliar.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Jika Gagal Eksekusi Beli Twitter, Elon Musk Harus Bayar Rp 14,48 Triliun

Ilustrasi Twitter
Ilustrasi Twitter

Untuk melakukan aksi korporasi itu, Elon Musk mendapatkan utang USD 25,5 miliar atau sekitar Rp 369,41 triliun termasuk USD 12,5 miliar atau sekitar Rp 181,08 triliun pinjaman terhadap saham Tesla.

Twitter menerima tawarannya awal pekan ini, tetapi kesepakatan itu masih membutuhkan persetujuan pemegang saham dan persetujuan regulator.

Musk harus membayar Twitter USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,48 triliun jika gagal mendapatkan cukup dana untuk menyelesaikan kesepakatannya untuk beli Twitter, berdasarkan peraturan.

Di sisi lain, Twitter akan berutang kepada Musk USD 1 miliar jika menerima tawaran yang bersaing, atau jika pemegang saham menolak kesepakatan.

Saham Tesla Tersungkur Setelah Elon Musk Beli Twitter

Mobil Tesla made-in-China akan diekspor ke Eropa
Ilustrasi Tesla

Saham Tesla ditutup turun lebih dari 12 persen pada Selasa, 26 April 2022, seiring indeks Nasdaq Composite tergelincir hampir 4 persen. Saham teknologi mega-cap lainnya yaitu Apple, Amazon, Google, dan induk Facebook Meta turun lebih dari 3 persen.

Melansir CNBC, Rabu (27/4/2022), saham pembuat kendaraan listrik Rivian dan Lucid juga ditutup turun masing-masing 9,5 persen dan 8,7 persen.

Penurunan saham Tesla terjadi hanya sehari usai dewan direksi Twitter menyetujui penawaran akuisisi oleh Elon Musk senilai USD 44 miliar atau sekitar Rp 634,64 triliun (asumsi kurs Rp 14.423 per dolar AS) dari perusahaan, menunjukkan beberapa penurunan mungkin merupakan cerminan dari kekhawatiran investor dengan kesepakatan itu.

Kini, Musk telah mendapatkan USD 25,5 miliar atau sekitar Rp 367,81 triliun dari hutang yang berkomitmen penuh, termasuk USD 12,5 miliar atau sekitar Rp 180,29 triliun pinjaman terhadap saham Tesla-nya. Kesepakatan itu juga mencakup USD 21 miliar atau sekitar Rp 302,87 triliun ekuitas.

Meskipun menjadi orang terkaya di dunia, sebagian besar kekayaan Musk terikat pada saham Tesla, yang berarti ia kemungkinan harus meminjam dari kepemilikannya untuk mendanai kesepakatan tersebut.

Investor Tesla juga mungkin khawatir tentang kemungkinan gangguan yang bisa datang dari memiliki platform seperti Twitter. Musk tampaknya ingin sangat mempengaruhi operasi perusahaan, yang dapat menyebabkan krisis waktu baginya.

Kemudian, dengan asumsi kesepakatan ditutup, Elon Musk akan bertanggung jawab atas Tesla, Twitter, dan SpaceX. Dia juga memiliki dua usaha kecil, Boring Company dan Neuralink.

Hadapi Biaya Bahan Baku Meningkat

Tesla Ingin Bangun Pabrik Raksasa di Jepang?
Ilustrasi Tesla

Pembuat mobil, termasuk Tesla, sedang berjuang dengan meningkatnya biaya bahan baku yang masuk ke baterai, dan kekurangan chip semikonduktor yang diperburuk oleh pembatasan COVID-19 di Shanghai.

Tak hanya itu, Tesla juga mengatakan dalam laporan pendapatan kuartal pertama 2022 pada 20 April 2022, sementara pendapatan otomotif naik 87 persen dari periode tahun sebelumnya menjadi USD 16,86 miliar, perusahaan kehilangan sekitar satu bulan volume pembangunan di Shanghai karena penutupan COVID-19.

Tesla menghasilkan sekitar USD 4,65 miliar di China pada kuartal pertama 2022. Pasar China sekarang menyumbang 24,8 persen dari pendapatan Tesla.

Sementara itu, Tesla juga telah ekspor mobil dari China ke pasar Asia dan Eropa yang lebih luas. Meskipun baru-baru ini membuka pabrik baru di Austin, Texas dan satu lagi di Brandenburg, Jerman, perusahaan baru saja mulai meningkatkan produksi di lokasi ini.

"Untuk sebagian besar kendaraan, waktu tunggu pengiriman kami cukup lama. Mobil-mobil yang dikirim pada Q1 umumnya membawa harga yang ditetapkan pada kuartal sebelumnya, dan pada tingkat yang lebih rendah dari mobil yang dipesan hari ini, ”kata CFO Zach Kirkhorn dalam panggilan pendapatan perusahaan.

“Produksi dilanjutkan pada tingkat terbatas, dan kami bekerja untuk kembali ke produksi penuh secepat mungkin,” tambahnya.

Meskipun demikian, Tesla juga tidak berharap untuk menaikkan harga lagi segera. Musk mengatakan pada panggilan yang sama, "Harga saat ini adalah untuk kendaraan yang dikirim di masa depan, seperti enam hingga 12 bulan dari sekarang,"

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya