Borneo Olah Sarana Alami Rugi Rp 165,36 Miliar pada 2021

PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) membukukan penurunan penjualan pada 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Mei 2022, 16:57 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2022, 16:57 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Liputan6.com, Jakarta - PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) menyampaikan laporan keuangan untuk tahun buku 2021. Pada periode tersebut, BOSS mencatatkan penjualan bersih Rp 43,52 miliar. Penjualan Borneo Oleh Sarana Sukses turun 74 persen dibandingkan akhir 2020 sebesar Rp 170,39 miliar.

Pada saat bersamaan, beban pokok penjualan tercatat sebesar Rp 68,53 miliar. Alhasil, PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk membukukan rugi kotor Rp 25 miliar, naik sekitar tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya dengan laba kotor sebesar Rp 8,34 miliar. Sepanjang tahun lalu, beban penjualan turun menjadi Rp 8,59 miliar dibanding tahun sebelumnya Rp 37 miliar.

Begitu pula dengan beban umum dan administrasi yang turun menjadi Rp 18,78 miliar di 2021 dari Rp 19,92 miliar di 2020. Namun, beban usaha lainnya justru membengkak menjadi Rp 103,8 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp 26,23 miliar.

Dari rincian itu, perseroan membukukan rugi usaha sebesar Rp 156,18 miliar, naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya dengan rugi usaha tercatat Rp 91,5 miliar. Beban keuangan sepanjang 2021 tercatat mengalami penurunan menjadi Rp 9,1 miliar dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 14,61 miliar.

Setelah dikurangi pajak penghasilan, perseroan membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp 165,36 miliar, naik 56 persen dibanding tahun sebelumnya dengan rugi tahun berjalan sebesar Rp 106,29 miliar.

Dalam paparan publik yang disampaikan dalam keterbukaan informasi bursa, pada 2021 perseroan menghadapi berbagai tantangan yang sangat besar. Bermula dari sulitnya mendapat pembiayaan dari perbankan untuk sektor batu bara.

Pada saat bersamaan, perkara PKPU anak perseroan yakni PT Bangun Olah Sarana Sukses dan PT Pratama Bersama baru saja rampung. sehingga perseroan harus melakukan recovery, baik dari aspek operasional maupun keuangan.

Selain itu, tingginya volatilitas harga komoditas batu bara juga membuat perseroan kesulitan untuk mendapatkan pembeli.

"Bukan hanya pembeli, tetapi juga perseroan kesulitan untuk memperoleh alat-alat berat dalam rangka produksi dan penambangan batu bara perseroan,” dikutip Senin (16/5/2022).

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tantangan Perseroan

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Lukas Blazek)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Lukas Blazek)

Perseroan juga mengalami tantangan dalam mencari calon investor strategis. Saat ini, perseroan masih dalam upaya untuk mendapatkan investor baru dengan skema untuk pembayaran utang yang jumlahnya cukup besar kepada kreditur perseroan sebelumnya.

Aset perseroan sampai dengan Desember 2021 tercatat sebesar Rp 523,53 miliar, turun dari posisi akhir 2020 sebesar Rp 699,27 miliar.

Terdiri dari aset lancar Rp 137,64 miliar dan aset tidak lancar Rp 385,89 miliar. Pada periode yang sama, liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp 601,54 miliar, turun dari posisi akhir Desember 2020 sebesar Rp 611,9 miliar.

Terdiri dari liabilitas jangka panjang Rp 340 miliar dan liabilitas jangka pendek Rp 261,54 miliar. Sementara ekuitas sampai dengan akhir Desember 2021 tercatat minus Rp 78 miliar, dibandingkan posisi akhir 2020 yang masih positif Rp 87, 4 miliar.

 

IHSG Melemah 8,73 Persen pada 9-13 Mei 2022

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lesu pada 9-13 Mei 2022. IHSG cenderung tertekan imbas kekhawatiran inflasi dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG merosot 8,73 persen menjadi 6.597,99 pada pekan ini dari pekan sebelumnya di posisi 7.228,91.  Kapitalisasi pasar pun susut 7,23 persen selama sepekan. Kapitalisasi pasar merosot Rp 691 triliun dari Rp 9.555 triliun pada pekan lalu menjadi Rp 8.864,56 triliun.

Selanjutnya rata-rata volume transaksi harian bursa melemah 11,56 persen menjadi 21,573 miliar saham dari 24,393 miliar saham pada penutupan pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian bursa turun 14,63 persen menjadi Rp 20,45 triliun dari Rp 23,95 triliun pada pekan lalu.

Meski demikian, rata-rata frekuensi harian bursa sebesar 3,54 persen menjadi 1.517.364 dari 1.465.440 pada pekan sebelumnya. Investor asing membukukan nilai jual bersih Rp 2,29 triliun pada Jumat, 13 Mei 2022. Dengan demikian, sepanjang 2022, investor asing masih mencatatkan aksi beli Rp 63,05 triliun.

Vice President PT INFOVESTA, Wawan Hendrayana menuturkan, pergerakan IHSG pada pekan ini didorong kenaikan suku bunga dan data inflasi AS yang masih tinggi. Inflasi yang masih tinggi membuat potensi kenaikan suku bunga the Fed masih ada.

“Di samping pasca mudik antisipasi apakah akan ada kenaikan COVID-19 yang menaikkan level PPKM, membuat profit taking banyak dilakukan,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, investor juga mengalihkan dari sektor saham yang selama ini naik ke consumer good yang valuasi masih murah.

Mengutip data BEI, pekan ini, indeks sektor saham IDXnonsiklikal catat penguatan terbesar mencapai 3,58 persen. Disusul indeks sektor saham energi IDXenergy mendaki 2,74 persen dan indeks sektor saham IDXIndustry menguat 1,82 persen.

Kabar Bursa Sepekan

Pergerakan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada awal Mei 2022, ada dua obligasi dan satu sukuk tercatat di BEI. Adapun pada 9 Mei 2022, Obligasi Berkelanjutan III Merdeka Copper Gold Tahap II Tahun 2022 yang diterbitkan oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) tercatat di BEI dengan nilai nominal sebesar Rp 2 triliun.

Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk Obligasi adalah idA (Single A) dan bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Kemudian, pada akhir pekan, tepatnya Jumat, 13 Mei 2022, Obligasi IV Waskita Karya Tahun 2022 dan Sukuk Mudharabah I Waskita Karya Tahun 2022 yang diterbitkan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk mulai dicatatkan di BEI dengan masing-masing nominal sebesar Rp 2,1 triliun  dan Rp 1,14 triliun.

Hasil pemeringkatan dari Pefindo untuk Obligasi adalah idAAA(gg) (Triple A, Government Guarantee) dan Sukuk Mudharabah adalah idAAA(sy)(gg) (Triple A Syariah, Government Guarantee). Bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank KB Bukopin Tbk.

Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sepanjang 2022 adalah 47 emisi dari 35 emiten senilai Rp57,39 triliun.

Keseluruhan total emisi Obligasi dan Sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 502 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp456,84 triliun dan USD47,5 juta, diterbitkan oleh 124 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 151 seri dengan nilai nominal Rp4.854,41 triliun dan USD205,99 juta. EBA sebanyak 10 emisi senilai Rp4,39 triliun

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya