RUPST Resmi Tetapkan Direksi BEI 2022-2026, Ini Harapan APEI

Pelaku pasar pun menyampaikan sejumlah harapan dan tantangan yang dihadapi untuk direksi baru BEI 2022-2026.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 02 Jul 2022, 11:28 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2022, 11:28 WIB
Direksi BEI periode 2022-2026 (Foto: BEI)
Direksi BEI periode 2022-2026 (Foto: BEI)

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menetapkan susunan direksi BEI masa periode 2022-2026 pada Rabu, 29 Juni 2022. Pelaku pasar pun menaruh sejumlah harapan terhadap direksi baru BEI.

Koordinator Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Rudy Utomo berharap direksi baru Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terpilih periode 2022-2026 dapat meningkatkan prestasi yang ada dari sejumlah aspek.

"Harapannya adalah direksi yang baru dapat meningkatkan pertumbuhan dari pasar modal baik dari jumlah investor, produk-produknya maupun inisiatif-inisiatif yang baru lainnya. Lebih banyak bekerja sama asosiasi-asosiasi terkait di pasar modal,” kata Rudy Utomo kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (2/7/2022).

Sementara itu, Direktur PT Panin Asset Manajemen, Rudiyanto menuturkan, semoga direktur utama BEI yang baru dapat melanjutkan kerja manajemen sebelumnya yang sangat baik.

"Dari saya menyatakan selamat berkarya, semoga dapat melanjutkan kerja manajemen sebelumnya yang sangat baik,” kata Rudiyanto saat dihubungi Liputan6.com.

Tak hanya itu, Rudiyanto juga memiliki sejumlah harapan antara lain industri reksa dana dilibatkan dalam aktivasi sosialisasi edukasi yang diselenggarakan bursa.

"Selama ini sudah bagus dan komprehensif tapi lebih banyak ke industri sekuritas,” kata dia.

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) baru saja merampungkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Rapat sekaligus menandai berakhirnya masa jabatan Direksi BEI periode 2018–2022, dan menyetujui pengangkatan Anggota Direksi Perseroan untuk masa bakti 2022–2026 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menetapkan Anggota Direksi Perseroan terpilih, sesuai dengan surat OJK kepada Perseroan Nomor: S-101/D.04/2022 perihal Penetapan Calon Anggota Direksi Terpilih PT Bursa Efek Indonesia Masa Jabatan 2022–2026.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Susunan Direksi BEI

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun susunan Direksi Perseroan masa bakti 2022-2026 terpilih dalam rapat yang telah memenuhi ketentuan Pasal 5 POJK 58 adalah sebagai berikut:

Direktur Utama: Iman Rachman

Direktur: I Gede Nyoman Yetna

Direktur: Irvan Susandy

Direktur: Kristian Sihar Manullang

Direktur: Sunandar

Direktur: Jeffrey Hendrik

Direktur: Risa Effennita Rustam

Selain penetapan direksi baru, rapat menyetujui laporan tahunan bursa untuk tahun buku 2021. Pada periode tersebut, BEI secara konsolidasi telah berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 2,29 triliun atau meningkat 41 persen dari pendapatan usaha pada 2020 sebesar Rp 1,62 triliun.

Secara keseluruhan, jumlah total pendapatan BEI adalah sebesar Rp 2,63 triliun atau meningkat 36,8 persen dari 2020 yang sebesar Rp 1,92 triliun. Jumlah beban BEI pada 2021 adalah sebesar 1,52 triliun atau naik 18,8 persen dari 2020.

Dari rincian tersbeut, BEI berhasil mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 881,41 miliar pada 2021 atau tumbuh 80,8 persen dibanding 2020.

Pada 2021, BEI membukukan nilai total aset sebesar Rp 9,45 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 6,9 persen dibanding 2020 dan total kewajiban (liabilitas) sebesar Rp 3,45 triliun atau menurun 7,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Adapun total ekuitas BEI pada 2021 adalah sebesar Rp 5,99 triliun atau mengalami kenaikan 17,4 persen dari 2020.

 

Sederet PR Buat Calon Bos BEI

20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal punya direksi baru untuk periode 2022-2026, seiring berakhirnya masa jabatan direksi periode 2018-2022. Kabarnya, terdapat empat paket direksi BEI yang bertarung dalam uji kelayakan atau fit & proper test calon Direksi bursa.

Di sisi lain, direksi baru BEI akan mengemban sejumlah pekerjaan rumah (PR), menyusul perkembangan ekonomi teranyar dan kebutuhan pasar saat ini. Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) mencatat, ada beberapa tantangan yang perlu dicermati oleh Direksi baru bursa.

Ketua Bidang Kajian Akuntansi dan Perpajakan AEI Ajib Hamdani menyebutkan, paling tidak ada tiga PR besar untuk direksi bursa. Pertama, yakni terkait literasi keuangan.

"Pertama bagaimana meningkatkan literasi keuangan kepada masyarakat. Program ini harus dilakukan secara masif dan bekerjasama dengan semua stakeholder keuangan, termasuk pemerintah, dan juga pelaku usaha,” kata dia kepada Liputan6.com, ditulis Jumat (10/6/2022).

BEI mencatat tingkat literasi di pasar modal masih minim, kendati jumlah investor terus meningkat. Sebelumnya, Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi, mencatat jumlah investor pasar modal sentuh 9 juta investor, 4 juta di antaranya merupakan investor saham. Namun, di tengah tren pertumbuhan itu, rupanya literasi pasar modal masih memiliki sejumlah tantangan, salah satunya terkait literasi pasar modal.

"Tingkat literasi dan inklusi industri jasa keuangan kita, pasar modal merupakan yang tertinggal untuk mendapatkan tingkat literasi dan inklusi yang baik," kata Hasan.

Selain literasi, Ajib menyebutkan PR lain untuk direksi bursa yang baru adalah membangun ekosistem yang ‘business friendly’. Ketiga, mendorong regulasi yang memberikan kepastian hukum bagi masyarakat luas dan pelaku usaha.

Tantangan Lainnya

IHSG Dibuka di Dua Arah
Layar informasi pergerakan harga saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tantangan itu juga mempertimbangkan perkembangan ekonomi dewasa ini yang mengarah pada ekonomi digital. Sehingga bursa juga perlu melakukan penyesuaian.

Salah satu upaya yang sudah dilakukan bursa bersama otoritas terkait yakni terbitnya Peraturan OJK Nomor 22/POJK.04/2021 tentang penerapan klasifikasi saham dengan hak suara multipel oleh emiten dengan inovasi dan tingkat pertumbuhan tinggi yang melakukan penawaran umum efek bersifat ekuitas berupa saham.

Penerbitan POJK ini didorong perkembangan teknologi membawa dampak positif bagi ekonomi. Hal itu menyebabkan munculnya perusahaan yang menciptakan inovasi baru dengan tingkat produktivitas dan pertumbuhan tinggi atau new economy.

Sebagai tindak lanjut, BEI juga tengah menyiapkan aturan untuk akomodasi saham-saham yang masuk dalam papan ekonomi baru (new economy).

Nantinya, papan ini akan dihuni saham-saham dengan kriteria atau karakteristik tertentu. Bersamaan dengan sejumlah tantangan itu, Ajib juga mengapresiasi kinerja manajemen bursa saat ini. Ia menilai ada beberapa poin yang perlu untuk dipertahankan, utamanya dalam manajemen internal bursa.

"Pemberlakukan corporate governance dari jajaran direksi cukup positif. Hal itu mendongkrak kinerja dan lingkungan kerja yang profesional dan akuntabel, sehingga perlu untuk dipertahankan,” pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya