Tiga Sentimen Bayangi Indeks LQ45 pada Semester II 2022, Saham Ini Dapat Dilirik

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, sejumlah sektor dalam indeks LQ45 masih menarik dicermati.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Jul 2022, 18:49 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2022, 18:49 WIB
IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak beranjak dari zona merah hingga penutupan perdagangan Rabu, 6 Juli 2022. IHSG ditutup amblas 0,85 persen ke posisi 6.646,41.

IHSG berada di level tertinggi 6.706,91 dan terendah 6.602,89. Bersamaan, indeks LQ45 anjlok 1,04 persen ke posisi 974,14. Secara year to date, indeks LQ45 naik 1,69 persen pada Rabu, 6 Juli 2022.

Lima saham yang menjadi pemberat LQ45 hari ini antara lain, PT Timah Tbk (TINS) yang turun 6,1 persen ke posisi 1.305. Disusul PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), masing-masing turun 5,9 persen ke posisi 3.819 dan 2.240.

Lalu ada PT PErusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang turun 5 persen ke posisi 1.530, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) yang turun 4,2 persen ke posisi 26.800.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, sejumlah sektor dalam indeks LQ45 masih menarik dicermati. Di antaranya yang menjadi jagoan yakni sektor keuangan, komoditas, dan consumer good.

"Koreksi pada awal bulan ini membuat BBCA, BBRI murah valuasinya. Untuk batu bara bisa melirik saham PTBA dan ADRO. Lalu consumer good ICBP, KLBF,” beber Wawan kepada Liputan6.com, Rabu (6/7/2022).

Ke depan, Wawan masih mencermati setidaknya tiga sentimen utama yang yang akan mewarnai pergerakan indeks LQ45 ke depan. Pertama, inflasi dan suku bunga yang diperkirakan masih akan naik. Kedua, PPKM yang bisa diperketat. 'Ketiga yakni laporan keuangan emiten. Yang ini proyeksi-nya positif," imbuh Wawan.

Wawan menuturkan, investor dapat melakukan diversifikasi dengan titik berat pada sektor-sektor yang tadi disebutkan. Ia menuturkan, bisa juga menambahkan sektor telekomunikasi sebagai opsi defensif.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

IHSG Posisi Pertama di Asia Pasifik pada Semester I 2022

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu catat kinerja positif sepanjang semester I 2022. Bahkan kinerja IHSG berada di posisi pertama di ASEAN dan Asia Pasifik.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu, (3/7/2022), IHSG naik 5,02 persen pada semester I 2022. IHSG ditutup ke posisi 6.911,58 pada 30 Juni 2022. Kinerja IHSG yang tumbuh 5,02 persen selama semester I 2022 berada di posisi pertama di antara indeks acuan di bursa saham ASEAN dan Asia Pasifik. Bahkan mencatat kinerja positif di antara bursa saham lainnya di ASEAN dan Asia Pasifik.

Kinerja indeks acuan di bursa saham ASEAN dan Asia Pacifik cenderung lesu. Di ASEAN, indeks acuan Singapura STI turun tipis 0,38 persen sepanjang semester I 2022, dan berada di posisi dua. Disusul indeks acuan Thailand SETi yang melemah 5,38 persen. Demikian juga di Asia, kinerja IHSG dan indeks acuan Singapura STI yang tempati posisi pertama dan kedua.

 

Indeks Sektor Saham

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sepanjang semester I 2022, indeks sektor saham energi memimpin penguatan. Indeks sektor saham IDXenergy melonjak 43,76 persen. Disusul indeks sektor saham transportasi dan logistik menanjak 23,46 persen, dan indeks sektor saham IDX industri melambung 16,76 persen.

Sementara itu, indeks sektor saham IDXteknologi memimpin koreksi selama enam bulan pertama 2022. Indeks sektor IDXtechnology susut 12,33 persen. Disusul indeks sektor saham properti dan real estate atau IDXproperty and real estate turun 12,18 persen, diikuti indeks sektor saham IDXsector keuangan merosot 5,86 persen. Sepanjang 2022, investor asing mencatat aksi beli bersih saham mencapai Rp 61,13 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas Indonesia, Herditya Wicaksana menuturkan, kinerja IHSG cukup baik pada semester I 2022 didorong oleh pemulihan ekonomi dalam negeri yang mulai berjalan. Hal ini seiring kasus COVID-19 yang melandai dan relaksasi mobilisasi masyarakat. Di sisi lain, Indonesia diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas akibat konflik Rusia-Ukraina.

Proyeksi IHSG

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Namun, di sisi lain perlu dicermati dengan adanya inflasi yang tinggi di negara-negara maju dan ancaman resesi di Amerika Serikat. Hal tersebut dapat akibatkan agresifnya kebijakan moneter dari the Fed dan memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Lalu bagaimana dengan proyeksi IHSG ke depan?

Dalam keterangan tertulis, Chief Economist dan Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan menuturkan, pihaknya masih memandang positif potensi pasar saham Indonesia. Ia mengatakan, hal itu didukung kondisi makroekonomi domestik dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi terjaga dan neraca perdagangan yang kuat.

“Kondisi makroekonomi Indonesia secara relatif juga menarik dibandingkan kawasan lain yang harus menghadapi tantangan lonjakan inflasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi, sehingga potensi arus dana asing masuk ke pasar saham Indonesia juga masih terbuka,” ujar dia.

Katarina menambahkan, secara bottom-up, pihaknya melihat kinerja emiten Indonesia yang membaik pada 2022 seiring kondisi ekonomi domestik yang kondusif. “Ekspektasi kami IHSG dapat mencapai level 7.600 pada 2022 dengan asumsi pertumbuhan laba korporasi sekitar 12 persen,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya