Likuiditas Tinggi, Saham Mitratel Masuk Indeks IDX80

Manajemen Mitratel menilai, masuknya MTEL jadi penghuni dua indeks IDX80 dan Kompas100 membuktikan perdagangan saham MTEL memiliki likuiditas dan nilai yang tinggi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 26 Jul 2022, 16:59 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2022, 16:59 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel berhasil masuk jadi penghuni baru indeks IDX80 dan Kompas100 periode Agustus 2002-2023.

Saham MTEL masuk sebagai salah satu dari 11 saham penghuni baru IDX80. Sedangkan dalam daftar Kompas100, saham MTEL ada di antara 21 saham penghuni baru menggantikan penghuni sebelumnya. Bursa Efek Indonesia (BEI) baru saja mengumumkan hasil evaluasi sejumlah indeks acuan.

Di antaranya termasuk indeks IDX80 dan Kompas100. Hasil evaluasi tersebut mulai berlaku efektif pada 1 Agustus 2022.

Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama mengatakan, masuknya MTEL jadi penghuni dua indeks tersebut membuktikan perdagangan saham MTEL memiliki likuiditas dan nilai yang tinggi. Asal tahu saja, IDX80 adalah indeks yang mengukur kinerja harga 80 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar, serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

Sementara indeks KOMPAS100 juga merupakan indeks harga saham yang terdiri dari 100 saham dengan likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar, serta memiliki fundamental dan kinerja finansial yang baik.

"Masuknya saham MTEL dalam indeks IDX80 dan Kompas100 membuktikan tingginya kepercayaan investor atas kinerja finansial dan fundamental perseroan. Saya berterimakasih atas kepercayaan investor dan otoritas kepada perusahaan kami," ujar Hendra dalam keterangan resmi, Selasa (26/7/2022).

Sebelumnya pada 20 Juni 2022 saham Dayamitra Telekomunikasi juga masuk daftar saham penghuni FTSE Global Indeks untuk series Mid-Cap, FTSE All-World, FTSE All-Cap, dan FTSE Total Cap. MTEL jadi satu-satunya saham dari bursa indonesia yang masuk ke dalam 4 kategori ini sekaligus. Indeks FTSE Equity Global atau FTSE GEIS merupakan salah satu indeks global yang dijadikan acuan untuk investasi secara internasional.

"Masuknya MTEL dalam daftar penghuni baru IDX80, Kompas100 hingga FTSE Global Indeks diharapkan menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga sahamnya," tutur Hendra.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham MTEL

Tower telekomunikasi
Menara telekomunikasi Mitratel (Foto: Mitratel).

Dalam satu bulan terakhir, saham MTEL telah meroket 20 persen dan ditutup di level Rp 725 pada Senin, 25 Juli 2022. Dalam sepekan, MTEL juga tercatat naik 10 persen. Hendra mengatakan, moncernya harga saham MTEL didukung oleh kinerja bisnis perusahaan yang juga memuaskan.

"Keunggulan Mitratel dalam hal jumlah dan luasnya jangkauan menara menjadi daya tarik perusahaan kami dalam bersaing dengan perusahaan lain dan menopang kuatnya fundamental bisnis kami," tambah Hendra.

Mitratel berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 459 miliar pada kuartal I 2022. Angka itu melesat sekitar 34 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 343 miliar.

Dengan demikian, marjin laba bersih juga meningkat, dari 22,3 persen  pada kuartal I 2021 menjadi 24,6 persen pada kuartal I 2022.

Menurut Hendra, pertumbuhan laba Perusahaan ditopang oleh meningkatnya pendapatan konsolidasi Mitratel sebanyak 21,5 persen yoy menjadi sebesar Rp 1,87 triliun per Maret 2022. Dengan demikian, pendapatan Mitratel tumbuh sebesar 21,5 persen, dari Rp 1,54 triliun pada posisi Maret 2021.

Mitratel Siapkan Rp 1 Triliun untuk Buyback Saham

Konferensi pers pencatatan saham perdana saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel), Senin (22/11/2021). (Dok: Istimewa)
Konferensi pers pencatatan saham perdana saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel), Senin (22/11/2021). (Dok: Istimewa)

Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham.

Mitratel akan melakukan pembelian kembali dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 1 triliun, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal disetor.

VP Investor Relation PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, Christy Kusumaatmaja menuturkan, pembelian kembali saham akan dilakukan secara bertahap dalam periode tiga bulan.

Terhitung sejak 2 Juni 2022-2 September 2022. perseroan mematok harga pembelian saham sebesar maksimum Rp 801 per saham. Biaya pembelian kembali saham akan berasal dari kas internal perseroan yang dihasilkan dari kegiatan usaha operasional.

Dengan asumsi perseroan menggunakan kas internal untuk pembelian kembali saham sejumlah perkiraan nilai buyback, maka aset dan ekuitas akan menurun sebesar perkiraan nilai buyback.

"Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan transaksi pembelian kembali saham tidak akan memberikan dampak negatif terhadap kegiatan usaha perseroan, mengingat perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup untuk melaksanakan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan usaha perseroan,” ujar Christy dalam keterbukaan informasi bursa, Kamis (2/6/2022).

 

 

 

Alasan Buyback Saham

Pencatatan saham perdana PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel pada Senin, 22 November 2021 (Dok: Istimewa)
Pencatatan saham perdana PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel pada Senin, 22 November 2021 (Dok: Istimewa)

Pembelian kembali saham dilakukan karena harga saham perusahaan saat ini belum mencerminkan kinerja bisnis. Berdasarkan data perseroan, harga saham perseroan turun sejak 10 Mei 2022 di Rp 765. Saham kembali turun drastis pada 17 Mei 2022 di Rp 685 hingga pada 18 Mei 2022 berada di posisi Rp 665.

"Penurunan harga saham tersebut tidak mencerminkan kinerja positif perseroan, sehingga perseroan bermaksud untuk menunjukkan komitmennya dalam rangka meningkatkan nilai pemegang saham melalui pembelian kembali saham perseroan,” kata Christy.

Pembelian kembali saham diharapkan dapat menstabilkan harga saham dalam kondisi pasar yang fluktuatif, selain memberikan keyakinan pada investor atas nilai saham perseroan secara fundamental.

Pembelian kembali saham juga memberikan fleksibilitas bagi perseroan dalam mengelola modal jangka panjang. Saham treasuri dapat dijual di masa yang akan datang dengan nilai yang optimal jika perseroan memerlukan penambahan modal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya