Menakar Prospek Saham Syariah di Tengah Sentimen Resesi

Founder Saham Syariah, mang Amsi menilai ISSI bisa menjadi pilihan investor jika ingin berinvestasi di tengah resesi global.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 07 Agu 2022, 20:40 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2022, 20:40 WIB
Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja Indonesia Sharia Stock Index atau ISSI mengalahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini ditunjukkan dengan kinerja ISSI tumbuh mencapai 10,35 persen secara year to date ke posisi 208,57. 

Founder Saham Syariah, Asep M. Saepul Islam atau akrab disapa mang Amsi menilai ISSI bisa menjadi pilihan investor jika ingin berinvestasi di tengah resesi global.

Amsi mengatakan, ISSI merupakan kinerja indeks saham terbaik di dunia karena mencetak plus 6 persen, Bahkan, ISSI juga mengalahkan Dow Jones Islamic Market World Index yang mengalami minus 25,20 persen.

“ISSI merupakan kinerja indeks saham terbaik di dunia karena mencetak plus 6 persen,” kata Amsi dalam Investment Talk, Minggu (7/8/2022).

Amsi menuturkan, terkait sejumlah saham syariah rekomendasi bagi pelaku pasar yang dapat dicermati antara lain dari saham syariah likuid pada semester II 2022, antara lain UNTR, AKRA, HRUM, BTPS, TAPG, dan SMDR. "UNTR, AKRA,HRUM, BTPS, TAPG, SMDR,” ujar dia.

Amsi membuat daftar pilihan saham ini berdasarkan laporan keuangan dari emiten. Selain itu, ia  juga mengatakan, terdapat strategi analisa yang biasa digunakannya, yaitu FATAMMA atau fundamental analisis, teknikal analisis, money management analisis.

Sementara itu, dalam setahun terakhir terdapat 10 saham syariah dengan kapitalisasi terbesar antara lainTLKM, BYAN, TPIA, UNVR, ICBP, UNTR, CPIN, EMTK, ADRO, KLBF.

Amsi menambahkan, terdapat 10 saham syariah dengan nilai transaksi terbesar, TLKM, ADMR,ADRO, BEBS, ANTM,INCO, CARE, PTBA, BOGA, BRMS.

Sedangkan, emiten syariah yang tercatat di BEI hanya ada lima, yakni empat sektor perbankan dan satu keuangan. "BANK, BRIS, BTPS, JMAS, PNBS,” ungkapnya.

Tak hanya itu, per Juni 2022, jumlah investor syariah meningkat dengan mencapai 111.500 investor syariah,  tercatat juga investor syariah baru sebanyak 6.326 investor syariah serta 23.582 investor syariah yang aktif.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pasar Modal Syariah Butuh Dukungan Agen Literasi hingga Digitalisasi

20160331- Festival Pasar Modal Syariah 2016-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung mendatangi sebuah stand saat Festival Pasar Modal Syariah 2016 di Bursa Efek Jakrta, Kamis (31/3). Jumlah saham syariah tercatat sebanyak 318 saham atau 61 persen dari total kapitalisasi pasar saham Indonesia. (Liputan6.com/AnggaYuniar)

Sebelumnya, potensi pasar modal syariah di Indonesia dinilai luar biasa. Untuk mengembangkan potensi pasar modal syariah itu dibutuhkan agen literasi dan memanfaatkan perkembangan teknologi.

Direktur Utama Phintraco Sekuritas Jeffrey Hendrik menuturkan, sosialisasi investasi pasar modal sempat sulit lantaran ada stigma investasi saham dan pasar modal adalah judi.

Namun, berkat fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 80 Tahun 2011 menegaskan investasi dan transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah sesuai dengan prinsip syariah. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir lagi untuk investasi di pasar modal. Apalagi saat ini BEI juga mengembangkan pasar modal syariah.

"Potensi pasar modal syariah luar biasa," ujar Jeffry saat acara Sharia Week: Pasar Modal Syariah dan Tren Digital dalam Berinvestasi, dikutip Sabtu, 13 November 2021.

Jeffrey menuturkan, saat ini pihaknya mencatatkan investor syariah mencapai 30.156 dari total investor perseroan. 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Gandeng Komunitas

20160331- Festival Pasar Modal Syariah 2016-Jakarta- Angga Yuniar
Sebuah layar tentang tabel saham dipajang saat Festival Pasar Modal Syariah 2016, Jakarta, Kamis (31/3). Pertumbuhan pangsa pasar saham syariah lebih dominan dibandingkan dengan nonsyariah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jumlah investor itu merefleksikan sekitar 26-27 persen dari total investor. Jeffry melihat potensi meningkatkan jumlah investor syariah di luar Jawa.

Oleh karena itu, perseroan juga bekerja sama dengan komunitas dan galeri investasi syariah untuk dongkrak jumlah investor syariah dan literasi investasi di pasar modal. Saat ini perseroan juga didukung 25 cabang di 23 provinsi.

Jeffry meyakini semakin banyaknya edukasi dari komunitas serta pembukaan galeri syariah akan meningkatkan awareness lebih tinggi terhadap investasi syariah.

"Kita kerja bareng garap potensi yang tersebar di seluruh Indonesia. Ada Papua, Papua Barat ada investor syariah. Di beberapa darah yang awalnya kita tidak sangka, ada di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku Utara, bisa lebih besar dari Aceh yang kita kira potensi." kata dia.

Perkembangan Teknologi

20160331- Festival Pasar Modal Syariah 2016-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintas di depan salah satu banner saat Festival Pasar Modal Syariah 2016 di Bursa Efek Jakrta, Kamis (31/3). Pertumbuhan pangsa pasar saham syariah lebih dominan dibandingkan dengan nonsyariah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia berharap perkembangan teknologi juga dapat dongkrak jumlah investor syariah. Apalagi saat awal pengembangan pasar modal syariah juga sudah hadir Sistem Online Trading Syariah (SOTS). Saat ini baru 14 perusahaan sekuritas menerapkan SOTS ini.

"SOTS lahir sudah melalui proses digital. Kalau saham syariah lahir sudah langsung digital karena saat ini penyelenggara perdagangan saham syariah kini online," ujar dia.

Jeffrey menuturkan, SOTS awal kemunculannya merupakan platform yang kompleks. Oleh karena itu, pihaknya pun mulai memudahkan layanan dengan mengeluarkan istilah-istilah Bahasa Arab antara lain muamalah, riba, gharor menjadi lebih sederhana.

"Ketemulah SOTS sejatinya hanya soal risk management dan filtering. Artinya sistem treding online yang sudah ada tinggal kami modifikasi sehingga investor hanya bisa membeli saham yang sudah terdaftar di bursa efek syariah,” ujar Jeffry.

Harapannya dengan membuat SOTS lebih ramah dipakai penggunanya, dapat membantu calon investor untuk tertarik menjadi investor saham syariah. 

"Saya yakin teman-teman implementasikan SOTS. Saat ini punya online trading segera punya SOTS akibatkan pertumbuhan investor syariah luar biasa," kata dia.

Selain itu, Direktur Pasar Modal Syariah OJK Fadillah Kartikasari juga berharap perusahaan sekuritas makin bertambah ke depan untuk menerapkan SOTS. Dengan demikian dapat mendukung pertumbuhan investor.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya