Jurus Generasi Sandwich Dapat Investasi ala OCBC NISP

Memutus rantai generasi sandwich atau generasi terjepit memang bukan hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa diputus.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Agu 2022, 17:10 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2022, 17:10 WIB
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Liputan6.com, Jakarta - Generasi muda, milenial dan Gen-Z yang saat ini menginjak usia produktif, acap dihadapkan dengan berbagai masalah keuangan. Di satu sisi, generasi muda mungkin bisa menghasilkan uang sebagai pemasukan.

Namun, pada saat bersamaan, muncul beban lain yang tak jarang membuat pengeluaran membengkak. Keadaan yang banyak menimpa generasi milenial saat ini, salah satunya adalah fenomena generasi sandwich atau generasi terjepit.

Generasi sandwich adalah istilah bagi seseorang yang masih harus menanggung kebutuhan hidup orangtua (generasi sebelumnya), sekaligus beban satu generasi di bawahnya. Padahal, mereka juga harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Nyala Financial Fitness Coach OCBC NISP, Fellexandro Ruby mengatakan, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami diri sendiri. Dengan memahami kondisi finansial sendiri, diharapkan dapat menakar alokasi pendapatan.

"Intinya kurangi pengeluaran, tambah pendapatan, dan tambah porsi tabungan dan investasi,” kata dia dalam Konferensi Pers Peluncuran OCBC NISP Financial Fitness Index (FFI) 2022 di Jakarta, Senin (15/8/2022).

Sayangnya, persoalan tak sesederhana itu. Mengingat ini adalah persoalan generasi sandwich, tak lepas dari peran orang lain misalnya orangtua. Secara umum, Ruby menjelaskan adanya fenomena generasi sandwich lantaran orangtua berpikir anak adalah aset atau semacamnya. Sehingga saat anak bisa menghasilkan uang sendiri, saat itulah dianggap sebagai titik balik menuai ‘investasi’nya selama ini.

"Ini juga tergantung pola pikir orang tua. Menurut saya komunikasi dulu dengan orang tua, lalu masuk ranah berikutnya," imbuh Ruby.

Ranah berikutnya yang dimaksud Ruby adalah melakukan pengecekan terhadap aset orangtua yang masih bisa dioptimalkan. Sehingga bisa membantu menopang hidup orangtua sendiri tanpa membebani generasi setelahnya (anaknya).

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Butuh Komunikasi

Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)

Komunikasi tidak hanya dilakukan dengan orangtua, tetapi juga dengan seluruh keluarga yang terlibat. Serta harus jujur tentang kemampuan finansial sendiri, agar keluarga atau orangtua Anda mengerti tentang kondisi finansial dengan harapan tidak lagi ada semacam paksaan untuk membiayai mereka.

Memutus rantai sandwich generation memang bukan hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa diputus.

Salah satu caranya dengan perencanaan keuangan yang baik. Dengan jenis investasi sudah semakin berkembang, penyintas generasi sandwich bisa memilih produk mana yang cocok dengan profil risiko masing-masing, disertai kedisiplinan dan diversifikasi investasi.

"Konsep transformasi menabung dan investasi tidak sekadar menyimpan uang, tetapi bagaimana kita mendapatkan imbal hasil yang lebih optimal melalui pemilihan produk yang sesuai dengan  pengetahuan (risk appetite), profil risiko, dan jangka waktu investasi. Tentunya, tanpa terlupakan, kita juga perlu mempertimbangkan keabsahan lembaga keuangan yang harus diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ungkap Retail Proposition Division Head Bank OCBC NISP, Chinni Yanti Tjhin dalam kesempatan yang sama.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Investor Muda Melonjak, 78 Persen Belum Paham Produk Investasi

Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)
Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)

Sebelumnya, investor muda masih melanjutkan dominasi di pasar modal tanah air. Sayangnya, kondisi itu tak dibarengi dengan pemahaman produk investasi.

Berdasarkan riset NielsenIQ Indonesia yang melibatkan anak muda usia 25—35 tahun di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar mengungkapkan, pengetahuan mereka mengenai produk investasi masih minim.

"Anak muda yang memiliki produk investasi seperti reksa dana, saham, cryptocurrency, bertambah menjadi 9 persen di tahun ini. Namun sayangnya secara umum, 78 persen menyatakan mereka tidak sepenuhnya memahami risiko dan manfaat dari produk investasi. Mereka cenderung berinvestasi karena mengikuti tren di masyarakat dan menganggap investasi adalah cara cepat untuk mendapatkan keuntungan yang besar,” kata Director Consumer Insights di NielsenIQ Indonesia, Inggit Primadevi di Jakarta, Senin (15/8/2022).

Sehubungan dengan itu,  Bank OCBC NISP meluncurkan OCBC NISP Financial Fitness Index 2022, sebuah riset tahunan hasil kolaborasi dengan NielsenIQ yang menggambarkan kondisi kesehatan finansial generasi muda Indonesia.

 


Selanjutnya

Ilustrasi Investasi. Freepik
Ilustrasi Investasi. Freepik

Secara keseluruhan, skor Financial Fitness Indonesia naik menjadi 40.06 pada 2022, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 37.72. Meskipun demikian, sebanyak 76 persen masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan keuangan yang perlu dibenahi, seperti mengeluarkan uang demi mengikuti gaya hidup teman.

Hasil Financial Fitness Index 2022 juga menunjukkan sebanyak 42 persen generasi muda Indonesia merasa percaya diri perencanaan finansial mereka saat ini akan memberikan kesuksesan finansial di masa depan.

Sayangnya, terdapat perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dengan apa yang sebenarnya dilakukan. Hal tersebut dibuktikan dengan 80 persen dari mereka tidak melakukan pencatatan anggaran, dan hanya 26 persen yang memiliki dana darurat. Bahkan, hanya 9 persen dari generasi muda yang telah memiliki produk investasi seperti reksa dana, saham, dan tabungan berjangka.

Tambahan lagi, hanya 17 persen yang sudah memiliki pendapatan pasif, 8 persen yang menggunakan uang sesuai anggaran dan hanya 22 persen yang benar-benar paham mengenai produk investasi yang mereka miliki.

 


Tak Sekadar Simpan Uang

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Retail Proposition Division Head Bank OCBC NISP, Chinni Yanti Tjhin mengatakan, sedikitnya generasi muda yang menabung dan berinvestasi secara terstruktur merupakan kondisi yang mengkhawatirkan. Sebab memiliki kesadaran saja tidak cukup untuk mencapai aspirasi keuangan.

“Konsep transformasi menabung dan investasi tidak sekadar menyimpan uang, tetapi bagaimana kita mendapatkan imbal hasil yang lebih optimal melalui pemilihan produk yang sesuai dengan  pengetahuan (risk appetite), profil risiko, dan jangka waktu investasi. Tentunya, tanpa terlupakan, kita juga perlu mempertimbangkan keabsahan lembaga keuangan yang harus diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ungkap Chinni dalam kesempatan yang sama.

Untuk itu, NYALA OCBC NISP telah mempersiapkan solusi Check, Choose dan Cuan untuk mendukung investor muda mengambil langkah konkret meraih kondisi yang #FinanciallyFit.

Caranya, dengan check kesehatan finansial di ruangmenyala.com. Lalu choose kelas-kelas edukasi serta produk perbankan dan investasi terbaik yang sesuai dengan kebutuhan, dan mendapatkan cuan dari investasi tersebut.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya