Bidik Keuntungan di Saham Pakai Analisis Teknikal Modern Parabolic SAR

Salah satu analis teknikal yang bisa diterapkan bersamaan dengan teknik lainnya, yakni Parabolic SAR.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Agu 2022, 15:36 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2022, 15:36 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Seribu cara menuju cuan. Investor dapat mengandalkan banyak metode secara bersamaan, baik itu teknik fundamental maupun teknikal untuk mempertimbangkan pilihan investasi.

Salah satu analis teknikal yang bisa diterapkan bersamaan dengan teknik lainnya, yakni Parabolic SAR. Technical Analyst Maybank Sekuritas, Satriawan memaparkan, parabolic SAR dikembangkan oleh Belles Wilder (1978), yang dihitung dengan menggunakan faktor akselerasi yang meningkat sebagai penggerak harga sepanjang trennya.

Jadi, nama 'parabola' digunakan karena level stop mengikuti kurva parabola. Kelemahan dari formula ini adalah tidak menyertakan volatilitas sekuritas dan dengan demikian tunduk pada banyak kesalahan.

Huruf 'SAR' adalah singkatan dari 'stop and reverse', artinya posisi yang dicadangkan saat stop pelindung dipukul. Ini adalah sistem mengikuti tren. Perhatikan ketika harga tren lebih tinggi, titik-titik naik di bawah aksi harga (titik stop dan cadangan) cenderung mulai lebih lambat dan kemudian berakselerasi dengan tren.

Dalam tren turun, hal yang sama terjadi tetapi dalam arah yang berlawanan (titik berada di atas aksi harga). Sistem parabola bekerja sangat baik di pasar yang sedang tren.

“Jadi dia akan reverse kalau misalnya stop levelnya terlewati atau kena hit. Dia akan berikan indikasi ketika levelnya tertembus,” kata dia dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (20/8/2022).

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tiga Manfaat

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Satriawan menyebutkan setidaknya ada tiga manfaat dari teknik ini. Pertama, bisa untuk menentukan support dan resistance.

"Jadi sudah terbentuk kalau misalnya harga turun ke level parabolic itu, dia akan berguna sebagai support untuk uptrend dan resistance jika dalam downtrend," imbuh dia.

Teknik ini juga berfungsi menentukan tren. Satriawan menjelaskan, jika misalnya harga di atas (pola) titik-titik parabolic, berarti uptrend. Sebaliknya, jika harga di bawah (pola) titik-titik berarti downtrend. Selin itu, teknik ini memiliki fungsi untuk mengukur level breakout dan stop loss.

Namun, ia mengakui kekurangan dari teknik ini adalah sering salah saat terjadi sideways. “Jadi bisa buy ketika dot pindah ke bawah harga karena mengindikasikan uptrend dan sell ketika titik-titik pindah ke atas harga dengan sinyal downtrend,” pungkas dia.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kenali Moving Average, Indikator untuk Analisis Teknikal

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, saat investasi di saham ada sejumlah strategi yang dapat dipakai untuk memilih saham pilihan. Strategi memilih saham itu bisa dengan analisis teknikal dan fundamental.

Analisis teknikal melihat faktor utama dari harga dan volume transaksi suatu saham. Ini dapat menjadi faktor penentu membeli dan menjual saham. Salah satu indikator dalam analisis teknikal yang digunakan dapat memakai moving average atau MA.

Mengutip laman Investopedia, Minggu (19/12/2021), moving average merupakan alat analisis teknikal sederhana dengan membuat rata-rata harga yang terus diperbaharui atau dalam rentang waktu tertentu. Harga rata-rata diambil selama periode tertentu misalkan 10 hari, 20 hari, 20 menit, 30 minggu, atau periode waktu yang dipilih trader.

Contohnya jika MA20, indikator teknikal memakai harga rata-rata suatu saham dalam waktu 20 hari ke belakang. Demikian mengutip dari Instagram resmi @ajaib_investasi.

Analisis memakai moving average ini dapat disesuaikan dengan investor jangka panjang dan trader. Indikator ini dapat dipakai untuk melihat arah pergerakan harga saham. Melihat pergerakan harga saham sedang uptrend, sideways, dan downtrend.

Jika harga berada di atas rata-rata, trennya naik. Jika harga di bawah rata-rata bergerak, tren turun. Namun, rata-rata pergerakan dapat memiliki panjang yang berbeda sehingga MA dapat menunjukkan tren naik, sementara MA lainnya dapat menunjukkan tren turun. Moving average juga dapat dipakai untuk support dan resistance dan sinyal beli dan jual.

Jenis Moving Average

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mengutip Instagram @ajaib_investasi, sejumlah jenis MA yang sering dipakai antara lain:

-Simple Moving Average (SMA)

Paling banyak digunakan oleh pemula karena sesuai dengan namanya, ini merupakan indikator MA yang paling simpel.

-Weighted Moving Average (WMA)

MA jenis ini memiliki bobot harga yang sedikit berbeda dan paling sensitive di antara MA lainnya sehingga jarang digunakan

-Eksponential Moving Average (EMA)

Jenis MA yang cukup umum digunakan trader karena meminimalkan pergerakan yang terlalu berfluktuasi.

Adapun pemakaian moving averae ini juga ada kelemahannya. Movinga averages dihitung berdasarkan data historis dan tidak ada perhitungan bersifat prediktif.

Oleh karena itu, hasil pemakaian moving average dapat bergerak acak.. Kadang pasar tampaknya melihat MA support dan resistance, sinyal perdagangan, pada lain waktu, indikator ini tidak pasti.

Salah satu masalah utama jika harga bergejolak, menghasilkan sejumlah pembalikan tren dan sinyal perdagangan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya