Liputan6.com, Jakarta - PT Waskita Karya Tbk (WSKT) melalui PT Waskita Toll Road membeli sebagian unit reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) ekuitas infrastruktur Trans Jawa pada PT Waskita Transjawa Toll Road (WTTR),
Adapun PT Waskita Transjawa Toll Road ini merupakan anak usaha Waskita Toll Road dengan kepemilikan saham sebesar 39,50 persen. Waskita Toll Road beli RDPT ekuitas intrastruktur Trans Jawa pada WTTR senilai Rp 5,25 triliun. Manajemen Waskita Karya menyatakan, hal itu berdasarkan bukti transfer melalui Bank Kustodian Danareksa Investment Management pada 30 Agustus 2022.
Baca Juga
Waskita Toll Road menjadi penjamin bagi WTTR dalam hal WTTR menerima klaim dari pembeli dan WTTR tidak memiliki likuiditas dan WTR menggantikan kedudukan WTTR sebagai penjamin sehubungan dengan rencana likuidasi WTTR setelah penyelesaian transaksi divestasi yang dilakukan oleh WTTR dengan nilai yang dijamin Rp 5,8 triliun.
Advertisement
Adapun nilai transaksi 29,10 persen dari ekuitas perseroan sebesar Rp 19,93 triliun dan 25,60 persen dari ekuitas WTR sebesar Rp 22,66 triliun.
Selain itu, WTTR memberikan fasilitas pinjaman tunai kepada Waskita Toll Road sebesar Rp 2 triliun pada 29 Agustus 2022. Jangka waktu pinjaman hingga 29 Agustus 2023. Nilai transaksi ini 10,03 persen dari ekuitas perseroan sebesar Rp 19,93 triliun berdasarkan laporan keuangan konsolidasi perseroan per Juni 2022 dan nilai transaksi 8,83 persen dari ekuitas WTR sebesar Rp 22,66 triliun berdasarkan laporan konsolidasi per Juni 2022.
“Pemberian pinjaman kepada WTR yang akan digunakan untuk pembelian unit penyertaan reksa dana penyertaan terbatas ekuitas Danareksa Infrastruktur Trans Jawa,”
Diharapkan dengan ada pinjaman bagi WTR dapat memaksimalkan kinerja usahanya dan diharapkan akan memberikan nilai tambah bagi perseroan sebagai pemegang saham WTR.
Minta Restu Rights Issue, Waskita Karya Gelar RUPSLB 26 September 2022
Sebelumnya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue melalui penawaran umum terbatas (PUT) III. Dalam aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 8.722.695.331 lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham
Rencana penambahan modal dengan HMETD ini akan dilakukan secara tunai. Jumlah seri B yang akan diterbitkan akan disesuaikan dengan keperluan dana perseroan. Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (19/8/2022), Waskita Karya akan meminta restu atas aksi tersebut kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 26 September 2022.
Dana hasil PUT III utamanya akan digunakan untuk penyelesaian proyek jalan tol, modal kerja dan indirect cost (bunga, pajak, dan biaya administrasi) proyek konstruksi serta investasi pengembangan entitas anak perseroan.
Aksi ini merupakan bagian dari 8 streams strategi penyehatan keuangan yang dilakukan secara menyeluruh untuk mendukung pemulihan kinerja dan kondisi keuangan akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Selain itu, dalam rangka restrukturisasi keuangan perusahaan, Perseroan fokus pada percepatan strategic partnership konsesi jalan tol yang dimiliki oleh entitas anak Perseroan, yaitu PT Waskita Toll Road.
Kini, perseroan memiliki 14 konsesi jalan tol dengan 3 ruas telah beroperasi secara penuh. Sementara 11 ruas sisanya beroperasi secara parsial maupun dalam tahap pembangunan. Perseroan fokus pada penyelesaian konstruksi ruas yang tersisa guna mendukung proses strategic partnership.
Advertisement
Perkuat Struktur Modal
Rencana PUT III diharapkan akan memengaruhi kemampuan perseroan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan dalam rangka melanjutkan proses konstruksi pada proyek berjalan dan meningkatkan kinerja perseroan serta peruntukan lainnya yang mendukung pertumbuhan bisnis Perseroan, sehingga akan berpengaruh positif terhadap kondisi keuangan perseroan.
Bagi pemegang saham perseroan yang tidak menggunakan haknya untuk memesan efek terlebih dahulu dalam PUT III, maka pemegang saham tersebut akan terkena dilusi atas persentase kepemilikan saham perseroan maksimum sebesar 23,24 persen.
Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Jumat, 19 Agustus 2022, saham WSKT melemah 0,87 persen ke posisi Rp 570 per saham. Saham WSKT dibuka stagnan Rp 575 per saham.
Saham WSKT berada di level tertinggi Rp 580 dan terendah Rp 565 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.424 kali dengan volume perdagangan 146.586 saham. Nilai transaksi Rp 8,4 miliar.
Kinerja Semester I 2022
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengumumkan kinerja untuk periode yang berakhir 30 Juni 2022. Pada periode itu, Waskita Karya mencatatkan kenaikan pendapatan usaha 29,3 persen menjadi Rp 6,09 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,71 triliun.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi bursa, Kamis (28/7/2022), pendapatan itu paling banyak berasal dari jasa konstruksi sebesar Rp 5,38 triliun. Disusul pendapatan dari jalan tol sebesar Rp 459,56 miliar dan pendapatan properti Rp 103,92 miliar.
Lalu pendapatan dari penjualan infrastruktur lainnya sebesar Rp 43,45 miliar, pendapatan hotel RP 34,16 miliar, bunga dari jasa konstruksi Rp 32,02 miliar, penjualan precast Rp 30,68 miliar, serta pendapatan dari sewa gedung dan peralatan sebesar Rp 2,67 miliar.
Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi RP 5,43 triliun dari sebelumnya Rp 4,2 triliun. Sehingga perseroan memperoleh laba bruto sebesar Rp 657,18 miliar, naik 29,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 508,02 miliar.
Sepanjang paruh pertama 2022, perseroan mencatatkan beban penjualan sebesar Rp 18,46 miliar, beban umum dan administrasi Rp 1,27 triliun, beban pajak final Rp 131,26 miliar, dan kerugian selisih kurs sebesar Rp 1,47 miliar. Di saat bersamaan, perseroan mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp 565,62 miliar dan pendapatan lain-lain Rp 2,83 triliun.
Advertisement
Selanjutnya
Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan beban keuangan sebesar Rp 1,97 triliun dan bagian rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp 213,55 miliar. Setelah dikurangi pajak, perseroan berhasil mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 293,92 miliar. Naik 89,56 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 155,06 miliar.
Lalu pendapatan dari penjualan infrastruktur lainnya sebesar Rp 43,45 miliar, pendapatan hotel RP 34,16 miliar, bunga dari jasa konstruksi Rp 32,02 miliar, penjualan precast Rp 30,68 miliar, serta pendapatan dari sewa gedung dan peralatan sebesar Rp 2,67 miliar.
Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi RP 5,43 triliun dari sebelumnya Rp 4,2 triliun. Sehingga perseroan memperoleh laba bruto sebesar Rp 657,18 miliar, naik 29,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 508,02 miliar.
Sepanjang paruh pertama 2022, perseroan mencatatkan beban penjualan sebesar Rp 18,46 miliar, beban umum dan administrasi Rp 1,27 triliun, beban pajak final Rp 131,26 miliar, dan kerugian selisih kurs sebesar Rp 1,47 miliar. Di saat bersamaan, perseroan mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp 565,62 miliar dan pendapatan lain-lain Rp 2,83 triliun.
Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan beban keuangan sebesar Rp 1,97 triliun dan bagian rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp 213,55 miliar. Setelah dikurangi pajak, perseroan berhasil mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 293,92 miliar. Naik 89,56 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 155,06 miliar.