Penjualan Lesu, Perintis Triniti Rugi hingga Rp 29,3 Miliar pada Semester I 2022

PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) membukukan penurunan pendapatan dan alami rugi pada semester I 2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 09 Sep 2022, 16:44 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2022, 16:44 WIB
Salah satu proyek PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau Triniti Land (Dok: Perintis Triniti Properti)
Salah satu proyek PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau Triniti Land (Dok: Perintis Triniti Properti)

Liputan6.com, Jakarta - PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau Triniti Land mengumumkan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. Pada periode tersebut, PT Perintis Triniti Properti Tbk mencatatkan penjualan senilai Rp 689,53 juta. Raihan ini turun 62,49 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar. Rp 1,86 miliar.

Beban pokok penjualan dan beban langsung berhasil ditekan menjadi Rp 112,25 juta dari Rp 903,28 juta pada semester I 2021. Meski begitu, laba bruto tetap turun menjadi Rp 586,28 juta dari Rp 958,99 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Beban penjualan pada semester I 2022 tercatat sebesar Rp 14,67 miliar, membengkak dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 9.07 miliar.

Sementara beban umum dan administrasi sebesar Rp 25,55 miliar, juga naik signifikan dari Rp 16,28 miliar pada semester I 2021. Alhasil, perseroan mencatatkan rugi operasional senilai Rp 39,63 miliar, lebih dalam dibanding semester I 2021 di mana rugi operasional tercatat sebesar Rp 24,34 miliar.

Pada periode yang sama, perseroan mencatatkan penghasilan bunga Rp 946,85 juta, penghasilan lain-lain Rp 990,17 juta, beban keuangan Rp 5,08 miliar, bagian atas laba ventura bersama Rp 170,87 juta, dan bagian atas laba entitas asosiasi Rp 103,79 miliar. Dari rincian itu, setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp 42,49 miliar. Naik lebih dari dua kali lipat atau 119,56 persen dari rugi tahun lalu sebesar Rp 19,35 miliar.

 

Aset

Ilustrasi Triniti Land (Dok: Triniti Land)
Ilustrasi Triniti Land (Dok: Triniti Land)

Sementara rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 29,36 miliar, juga naik lebih dari dua kali lipat atau 102,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu dengan rugi tercatat sebesar Rp 14,52 miliar.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 1,06 triliun, naik dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 1,87 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 1,15 triliun dan aset tidak lancar Rp 908,77 miliar.

Liabilitas sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 1,5 triliun, naik dibanding Desember 2021 sebesar Rp 1,2 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 1,25 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 240,23 miliar

Sementara ekuitas per Juni 2022 turun menjadi Rp 571,17 miliar dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 657,03 miliar.

 

Triniti Land Tangkap Momentum Tepat di Tengah Inflasi

PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau Triniti Land (Foto: Triniti Land)
PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau Triniti Land (Foto: Triniti Land)

Sebelumnya, Inflasi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lain di dunia, turut menghantui pertumbuhan sektor properti.

Meski begitu, PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau disebut Triniti Land mengaku tengah berada pada momentum yang tepat sehingga dapat memitigasi potensi kenaikan harga bahan baku akibat inflasi.

Wakil Direktur Utama PT Perintis Triniti Properti Tbk, Bong Chandra mengatakan, perseroan telah melakukan kontrak ketersediaan bahan baku untuk proyek-proyek terdahulu yang sudah berjalan, sebelum terjadi kenaikan harga. Sementara untuk sejumlah proyek baru perseroan seperti di Lampung, Sentul dan juga Tanamori Labuan Bajo, saat ini tengah memasuki masa pre-selling.

Dengan asumsi pembangunan dilakukan satu tahun setelah preselling, maka harga bahan baku diharapkan dapat kembali normal.

"Proyek baru kebetulan kita masih dalam tahap pre selling. Jadi biasanya kita start pembangunan satu tahun dari pre selling. Saya pikir, 12 bulan ke depan harga yang sempat naik karena inflasi sudah mulai terkendali saat dimulai pembangunan,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Senin (18/7/2022).

 

Selanjutnya

PT Perintis Triniti Properti Tbk atau Triniti Land menyelesaikan tahapan pembangunan Pondasi Condovilla Paul&Prive (Dok: Triniti Land)
PT Perintis Triniti Properti Tbk atau Triniti Land menyelesaikan tahapan pembangunan Pondasi Condovilla Paul&Prive (Dok: Triniti Land)

Perintis Triniti Properti telah menyelesaikan proses land clearing seluas 7 ha untuk proyek Holdwell business Park di Lampung. Lalu untuk proyek Sequoia Hills di Sentul saat ini tengah dalam pengerjaan untuk marketing gallery yang diperkirakan rampung pada Juli 2022.

Sedangkan untuk proyek Tanamori di Labuan Bajo, saat ini tengah dalam proses pembangunan infrastruktur. Ketiga proyek baru ini diharapkan dapat menopang bisnis Perseroan hingga 10 tahun ke depan dengan total Gross Development Value sebesar Rp 27 triliun.

"Kita bersyukur, di timing saat semua bahan baku naik, kita sudah deal sebelum bahan baku naik. Saat mau mulai proyek baru kebetulan masih dalam fase pemasaran, belum masuk fase pembangunan,” imbuh Chandra.

Target Prapenjualan

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) mengincar marketing sales atau prapenjualan hingga Rp 1 triliun sampai akhir 2022.

Direktur Utama PT Perintis Triniti Properti Tbk, Ishak Chandra mengatakan, keyakinan itu merujuk pada marketing sales beberapa bulan terakhir yang berhasil dicatatkan rata-rata Rp 100 miliar tiap bulan.

"Target akhir tahun ini kita expect kurang lebih Rp 1 triliun untuk market sales kita,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Senin, 18 Juli 2022.

Sampai dengan paruh pertama tahun ini, perseroan telah mencatatkan marketing sales sebesar Rp 382,05 miliar atau meningkat 22,13 persen dari tahun sebelumnya. Proyek Sequoia Hills merupakan kontributor utama bagi marketing sales perseroan, yakni sebesar 39,06 persen atau Rp 149,2 miliar.

Ishak juga cukup optimistis mengenai prospek industri properti di tengah tren inflasi dan resesi global. Dia menuturkan, dalam situasi ketidakpastian ekonomi tinggi, aset investasi di sektor ini dinilai cukup aman.

"Inflasi di AS dan beberapa negara tinggi. Menurut saya, Investasi yang tahan inflasi cuma dua. Emas dan properti,” imbuh Ishak.

Ke depan, perseroan akan terus melakukan pengembangan-pengembangan proyek di berbagai wilayah di Indonesia seperti Lampung, Sentul dan juga Tanamori Labuan Bajo. Ketiga proyek baru ini diharapkan dapat menopang bisnis Perseroan hingga 10 tahun ke depan dengan total Gross Development Value sebesar Rp 27 triliun.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya