Liputan6.com, Jakarta - PT Aldiracita Sekuritas Indonesia berencana mengantarkan satu perusahaan untuk menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada akhir 2022.
CEO Aldiracita Sekuritas Rudy Utomo menuturkan, proses penyiapan pipeline ini bukan hal mudah. Satu perusahaan yang akan IPO tersebut nilainya sekitar Rp1 triliun – Rp1,5 triliun.
Baca Juga
"Kalau di Aldiracita Sekuritas sendiri ada kurang lebih sebetulnya satu yang sudah menjelang yang mungkin pada akhir tahun ini akan IPO,” kata Rudy kepada awak media, dikutip Rabu (5/10/2022).
Advertisement
Rudy mengatakan, pihaknya sedang fokus pada rencana penerbitan obligasi sejumlah perusahaan. Ia menyebutkan, ke depan masih ada dua atau tiga perusahaan dari sejumlah sektor yang akan melakukan IPO obligasi.
“Tetapi kalau untuk penerbitan obligasi kita masih banyak sekali ada beberapa ya. Mungkin kurang lebih ada dua atau tiga (perusahaan) lagi,” kata dia.
Kemudian, besaran emisi obligasi untuk emiten yang besar sekitar Rp 1,5 triliun - Rp 2 triliun. Sedangkan, untuk emiten skala kecil sekitar Rp 500 miliar. Untuk total IPO obligasi, Rudy mengatakan, pihaknya menyiapkan sekitar Rp 3 triliun - Rp 4 triliun.
"Tapi mungkin antara Rp 3 triliun - Rp 4 triliun,” kata Rudy.
44 Emiten Baru Raup Dana Rp 21,8 Triliun Melalui IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 20 September 2022, ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tersebut mencapai Rp 21,8 triliun.
“Hingga 20 September 2022 telah ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 21,8 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (21/9/2022).
Saat ini BEI juga proses 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga 19 September 2022. Nyoman menambahkan, dari 29 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, beberapa di antaranya menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun. Untuk sektor sahamnya ada dari sektor energi, teknologi dan keuangan. Namun, Nyoman belum menyampaikan detil mengenai perusahaan tersebut hingga perusahaan itu mendapatkan izin publikasi dari OJK.
Seiring jumlah calon perusahaan tercatat dalam pipeline itu, ia berharap pencatatan saham pada 2022 dapat melebihi pencapaian 2021.
“Dengan mempertimbangkan jumlah perusahaan pada pipeline pencatatan saham, kami berharap jumlah pencatatan saham pada tahun ini dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu,” kata dia.
Advertisement
Sektor Saham
Berdasarkan catatan BEI, berikut klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline saham merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:
-4 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)
-7 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)
-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)
Rincian sektornya antara lain:
-1 perusahaan dari sektor basic materials
-4 perusahaan dari sektor consumer siklikal
-3 perusahaan dari sektor consumer non siklikal
-2 perusahaan dari sektor energi
-2 perusahaan dari sektor keuangan
-4 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
-2 perusahaan dari sektor industri
-1 perusahaan dari sektor infrastruktur
-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate
-5 perusahaan dari sektor teknologi
-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.
29 Perusahaan Jalani Proses IPO
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 20 September 2022, ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tersebut mencapai Rp 21,8 triliun.
“Hingga 20 September 2022 telah ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 21,8 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (21/9/2022).
Saat ini BEI juga proses 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga 19 September 2022. Nyoman menambahkan, dari 29 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, beberapa di antaranya menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun. Untuk sektor sahamnya ada dari sektor energi, teknologi dan keuangan. Namun, Nyoman belum menyampaikan detil mengenai perusahaan tersebut hingga perusahaan itu mendapatkan izin publikasi dari OJK.
Seiring jumlah calon perusahaan tercatat dalam pipeline itu, ia berharap pencatatan saham pada 2022 dapat melebihi pencapaian 2021.
“Dengan mempertimbangkan jumlah perusahaan pada pipeline pencatatan saham, kami berharap jumlah pencatatan saham pada tahun ini dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu,” kata dia.
Advertisement
Selanjutnya
Berdasarkan catatan BEI, berikut klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline saham merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:
-4 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)
-7 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)
-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)
Rincian sektornya antara lain:
-1 perusahaan dari sektor basic materials
-4 perusahaan dari sektor consumer siklikal
-3 perusahaan dari sektor consumer non siklikal
-2 perusahaan dari sektor energi
-2 perusahaan dari sektor keuangan
-4 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
-2 perusahaan dari sektor industri
-1 perusahaan dari sektor infrastruktur
-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate
-5 perusahaan dari sektor teknologi
-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.