Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) telah mengumumkan kinerja keuangan perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022.Perseroan membukukan pertumbuhan laba dan pendapatan hingga September 2022.
Pada periode ini, Indonesian Tobacco mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp 19,31 miliar. Laba itu naik 22,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 15,77 miliar.
Baca Juga
Mengutip laporan keuangan perseroan, Jumat (4/11/2022), raihan laba tersebut sejalan dengan penjualan perseroan yang tumbuh 18,98 persen menjadi Rp 207,6 miliar pada September 2022 dari Rp 174,48 miliar pada September 2021.
Advertisement
Bersamaan dengan itu, beban pokok penjualan turut naik menjadi Rp 149,86 miliar dari RP 121,32 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, perseroan masih mencatatkan kenaikan laba bruto sebesar 8,61 persen menjadi Rp 57,74 miliar.
Pada periode ini, perseroan mencatatkan beban usaha sebesar Rp 19,61 miliar, penghasilan keuangan Rp 779.171, beban selisih kurs Rp 506.846, beban keuangan Rp 11,91 miliar, dan beban lain-lain Rp 212,04 juta.
Setelah dikurangi pajak penghasilan, perseroan berhasil mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp 19,31 miliar atau naik 22,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sehingga laba per saham dasar naik menjadi Rp 20,53 dari Rp 16,76.
Dari sisi aset Indonesian Tobaccohingga September 2022 tercatat sebesar Rp 538,94 miliar, naik dibandingkan posisi Desember 2021 sebesar Rp 526,7 miliar. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 156,17 miliar dan aset tidak lancar Rp 382,77 miliar.
Liabilitas hingga September 2022 tercatat sebesar Rp 194,77 miliar, turun dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 202,03 miliar. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 142,74 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 52,03 miliar. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 naik menjadi Rp 422,16 miliar dari Rp 324,68 miliar pada Desember 2021.
Indonesian Tobacco Bidik Kenaikan Penjualan 15 Persen hingga Akhir 2022
Sebelumnya, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menargetkan penjualan tumbuh 15 persen hingga akhir 2022. Keyakinan itu merujuk pada perubahan gaya hidup setelah pandemi COVID-19 dan kenaikan cukai pada awal 2022 yang dinilai akan memberikan dampak positif dan peluang bagi perseroan.
"Untuk outlook pencapaian target pada 2022, Indonesian Tobacco merencanakan untuk mencapai peningkatan sales hingga 15 persen. Perusahaan akan terus memperhatikan peningkatan kinerja untuk menciptakan positive value bagi kinerja perusahaan,” kata Komisaris Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Shirley Suwantinna dalam paparan publik, Jumat (3/6/2022).
Sejalan dengan target tersebut, perseroan mencatatkan kinerja yang solid untuk periode tiga bulan pertama tahun ini. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 59,5 miliar. Meningkat 29,9 persen atau Rp 13,7 miliar dibandingkan dengan kuartal I 2021 sebesar Rp 45,8 miliar.
Hal ini juga diiringi dengan peningkatan EBITDA yang dibukukan sebesar Rp 11,6 miliar pada kuartal I 2022, meningkat sebesar 17,2 persen atau Rp 1,7 miliar dibandingkan dengan kuartal I 2021 sebesar Rp 9,9 miliar.
Komitmen manajemen ITIC terwujud dalam peningkatan laba bersih pada kuartal I 2022 sebesar Rp 3,8 miliar meningkat 94,4 persen sebesar Rp 1,8 miliar dibandingkan kinerja kuartal I 2021 sebesar Rp 1,9 miliar.
Diharapkan pada akhir 2022 dan perusahaan akan terus memperhatikan peningkatan kinerja untuk menciptakan positive value bagi kinerja perusahaan.
Advertisement
Belanja Modal 2022
Sebelumnya, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 25 miliar untuk tahun ini. Jumlah ini mengalami peningkatan dari belanja modal yang semula disiapkan sebesar Rp 15 miliar.
Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono mengatakan, belanja modal itu akan dialokasikan untuk menunjang operasional perseroan. Seperti peremajaan mesin dan renovasi gedung.
"Awalnya kita menganggarkan Rp 15 miliar, namun dengan berjalannya waktu, kita meningkatkan anggaran itu menjadi Rp 25 miliar, mengingat adanya beberapa mesin-mesin yang perlu kita remajakan dan gedung-gedung yang kita pakai untuk operasional di perusahaan banyak yang butuhkan renovasi, makanya belanja modal kita tingkatkan," kata dia dalam paparan publik perseroan, Jumat (3/6/2022).
Hingga Mei 2022, Djonny mengatakan, belum ada perkembangan signifikan dari realisasi belanja modal tersebut. Alasannya, pandemi yang belum sepenuhnya selesai membuat beberapa rencana belanja mengalami penundaan. Namun, perseroan akan secepatnya mulai merealisasikan belanja modal itu.
"Sampai Mei ini, jujur saja baru kita mulai. Karena adanya pandemi, ini agak tertunda. Namun kami akan mempercepat untuk pembelanjaan ini,” imbuh Djonny.
Djonny menambahkan, untuk tahun ini perseroan tetap mempertahankan posisi pangsa pasar yang kuat di Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara, dan terus memanfaatkan potensi peluang pasar baru di Sumatera. Hal ini mencerminkan kemampuan dan komitmen Perseroan dalam memperkuat dan memperluas distribusi dan keberadaan merek produk tembakaunya di seluruh Indonesia.