Liputan6.com, Jakarta - Sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat bisnis inti dan implementasi pengembangan energi yang ramah lingkungan, CNGR Hong Kong Material Science & Technology Co., Ltd. (CNGR) menandatangani framework agreement (FA) dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
"Penandatangan FA sebagai tindak lanjut dari perjanjian pendahuluan (Head of Agreement) untuk pembangunan dan pengembangan kawasan industri hilirisasi bijih nikel menjadi bahan baku baterai yang sebelumnya ditandatangani oleh kedua belah pihak pada 5 Agustus 2022.,” tulis Manajemen Perseroan, Rabu (16/11/2022).
Baca Juga
Dalam FA, Aneka Tambang melalui anak perusahaannya PT Kawasan Industri Antam Timur (PT KIAT) akan membangun dan mengelola kawasan industri di area izin usaha pertambangan Aneka Tambang di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dan CNGR melalui anak perusahaannya PT Pomalaa New Energy Material (PT PNEM) akan mengembangkan fasilitas pengolahan bijih nikel laterit menjadi nickel matte.
Advertisement
Nickel matte merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik dengan menggunakan teknologi OESBF (oxygen-enriched side-blown furnace) yang dimiliki oleh CNGR dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 80.000 ton nikel dalam produk nikel matte yang terbagi dalam dua fase pembangunan. PT PNEM selanjutnya akan menjadi tenant pada kawasan industri yang dikelola oleh PT KIAT.
"Dalam sinergi ini, masing-masing CNGR dan ANTAM juga mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kepemilikan saham di masing-masing anak usaha yaitu PT PNEM dan PT KIAT," tulis Manajemen Perseroan.
Adapun pembangunan kawasan industri dan fasilitas pengolahan nikel akan rampung dan mulai beroperasi pada 2025. Sejalan dengan penyelesaian pembangunan smelter PT PNEM, Aneka Tambang akan mendukung suplai kecukupan bahan baku pabrik bijih nikel laterit.
Melalui penandatangan FA, diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk nikel serta mendukung pengembangan penerapan energi hijau berbasis EV Battery melalui sinergi penerapan keunggulan teknologi dan sumber daya yang dimiliki oleh kedua belah pihak.
Aneka Tambang Resmi Spin Off Sebagian Usaha Nikel Rp 9,85 Triliun
Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau disebut Antam resmi melakukan spin off sebagian unit usaha nikel senilai Rp 9,85 triliun.
Mengutip keterbukaan informasi, ditulis Kamis (13/10/2022), perseroan telah menandatangani akta pemisahan sebagian aktiva dan pasiva segmen usaha pertambangan Aneka Tambang ke dalam PT Nusa Karya Arindo (NKA) dan PT Sumberdaya Arindo (SDA).
"Perseroan telah melakukan pemisahan sebagian segmen usaha pertambangan nikel perseroan di wilayah Halmahera Timur, Maluku Utara ke dalam perusahaan terkendali perseroan, yaitu NKA dan SDA, di mana pemisahan sebagian segmen usaha pertambangan nikel perseroan efektif pada 30 September 2022,” tulis manajemen perseroan, dikutip Kamis, 13 Oktober 2022.
Selain itu, pemisahan sebagian segmen usaha nikel ditindaklanjuti dengan peningkatan modal pada NKA dan SDA.
"Nilai penyertaan modal dari perseroan kepada NKA dan SDA secara keseluruhan adalah sebesar Rp 9.859.823.900.000,” tulis manajemen perseroan.
Advertisement
Selanjutnya
Sementara itu, obyek pemisahan sebagian segmen usaha nikel adalah aktiva dan pasiva milik perseroan yang berada di wilayah izin usaha pertambangan Buli Serani, termasuk di dalamnya aset cadangan dan non-cadangan (tanah, prasarana, bangunan, mesin dan alat produksi, kendaraan dinas serta inventaris), yang mencakup area Tanjung Buli, Sangaji Utara, Moronopo, Sangaji Tenggara dan Sangaji Selatan.
Manajemen menjelaskan, hubungan afiliasi antara perseroan terhadap NKA dan SDA adalah NKA dan SDA merupakan perusahaan terkendali perseroan yang sahamnya dimiliki oleh perseroan secara langsung sebesar 99,99 persen.
"Pemisahan sebagian segmen usaha nikel ini tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kondisi keuangan perseroan karena NKA dan SDA selaku perusahaan penerima pemisahan adalah anak perusahaan terkendali yang 99 persen atau lebih sahamnya dimiliki oleh Perseroan. Oleh karena itu, laporan keuangan NKA dan SDA akan tetap dikonsolidasikan ke dalam perseroan,” tulisnya.
Aneka Tambang Harap Kantongi Kerja Sama CATL dan LG Akhir 2022
Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam berharap segera kantongi perjanjian kerja sama dengan dua mitra dalam proyek baterai kendaraan listrik.
Dua mitra tersebut yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL), cucu usaha CATL, dan LG Energy Solution (LGES). Ketiganya berencana membentuk perusahaan patungan atau Joint Venture (JV) dengan CBL dan LG untuk mengelola nikel kepada Indonesia Battery Corporation (IBC)sebagai bahan baku baterai.
"Kerja sama dengan LG memang kita harapkan tahun ini. Tapi kalau untuk bulan ini, JV agreement kita belum bisa sampai karena ada beberapa hal yang harus kita selesaikan dengan pihak parner.Saat ini JV agreement dalam tahap finalisasi dengan CBL,” kata Direktur Pengembangan Usaha Antam Dolok R Silaban dalam Public Expose Live 2022, Jumat (16/9/2022).
IBC mengumumkan perjanjian kerangka kerja (framework agreement) tentang pengembangan proyek baterai EV terintegrasi antara IBC dengan Antam dan CBL pada April lalu. Bersamaan dengan itu, Antam dan IBC juga menandatangani perjanjian serupa dengan LG Energy Solution.
Advertisement
Nilai Estimasi Investasi
Total nilai estimasi investasi dari kedua perjanjian tersebut adalah sebesar USD 15 miliar atau setara Rp 215 triliun.
"Kita berperan dari hulu untuk memberikan supply nikel ore. Diperkirakan mereka akan gunakan 16–18 juta ton nikel ore yang akan disupply dari Tanjung Buli, Halmahera Timur. Direncanakan akan dilaksanakan grobreking dalam waktu yang rifka lama lagi, disesuaikan dengan jadwal persetujuan pembentukan JV,” terang Dolok.
Sementara, Dolok mengatakan LG beserta konsorsiumnya akan menyerap 16 juta ton nikel ore per tahun. Sehingga total kapasitas serapan nikel ore nantinya akan berada di angka 32-34 juta ton per tahun. Nantinya, baik CBL maupun LG akan melakukan hilirisasi sampai dengan battery recycle.
"Antam membuat sebuah skema, kita akan divestasi nantinya kurang lebih 49 persen nickel ore resources-nya kepada pihak partner. Jadi Antam tetap sebagai 51 persen. Ini peran yang sangat penting untuk kita tetap bisa mengontrol operasi dari penggunaan nikel ore kita di Halmahera Timur, Maluku Utara,” kata Dolok.