Liputan6.com, Jakarta - PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan penjualan Rp 612,33 miliar.
Penjualan naik 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 489,88 miliar. Mengutip laporan keuangan Telefast Indonesia dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (28/11/2022), beban pokok penjualan naik menjadi Rp 581,37 miliar dari Rp 256,72 miliar pada September 2021. Sehingga laba kotor perseroan turun 6,66 persen menjadi Rp 30,95 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 33,16 miliar.
Baca Juga
Beban umum dan administrasi sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 22,34 miliar. Seentara beban usaha Rp 24,59 miliar. Dari rincian ini, perseroan memperoleh laba usaha sebesar Rp 6,35 miliar, turun 39,79 persen dibandingkan September 2021 sebesar Rp 10,55 miliar.
Advertisement
Pada periode ini, perseroan juga mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp 1,11 miliar, bagian atas laba entitas asosiasi Rp 449,39 juta, beban bunga Rp 4,42 miliar, kerugian investasi lainnya Rp 1,945 miliar, dan pendapatan lain-lain bersih sebesar RP 317,06 juta Setelah dikurangi pajak, perseroan berhasil memperoleh laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 1,34 miliar, turun 96,52 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp 38,38 miliar.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 96,52 persen menjadi Rp 1,34 miliar dari Rp 38,41 miliar. Sehingga laba per saham dasar terkikis menjadi Rp 0,81 dari sebelumnya Rp 23,18.
Dari sisi aset perseroan sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 296,06 miliar, naik dairi posisi lahir tahun lalu sebesar Rp 275,05 miliar. Terdiri dari aset lanar Rp 223,22 miliar dan aset tidak lancar Rp72,84 miliar.
Liabilitas sampai dengan September 2022 naik menjadi Rp 98,61 miliar dari Rp 78,99 miliar pada Desember 2021. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 94,81 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 3,79 miliar. Sementar aekuitas sampai dengan September 2022naik menjadi Rp 197,45 miliar dari Rp 196,06 miliar pada Desember 2021.
Telefast Indonesia Gandeng BNI
Sebelumnya, PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS), anak usaha PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), untuk ‘Mitra Keagenan untuk Layanan Keuangan Inklusif dan Sosialisasi SiCepat Point’.
Kerja sama ini merupakan langkah kolaboratif yang ditempuh untuk memperluas jaringan Drop Points Logistik yaitu SiCepat Point melalui lebih dari 165.000 jaringan BNI Agen46. Sebaliknya, langkah ini sekaligus menjadi upaya ekspansi jangkauan layanan BNI Agen46 melalui jaringan mitra drop point TFAS seluruh Indonesia.
"Dengan terjalinnya kerja sama ini tentu akan memudahkan dan saling menguntungkan bagi kita agar ke depannya bisnis ini dapat tumbuh semakin maju dan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional Indonesia,” kata Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Telefast Indonesia, Jody Hedrian dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (9/11/2022).
Dalam kerja sama ini, BNI akan melakukan sosialisasi terkait informasi pendaftaran dan persyaratan melalui media informasi BNI Agen46 untuk bergabung menjadi SiCepat Point kepada BNI Agen46 yang tersebar luas di seluruh Indonesia.
Lebih lanjut, TFAS yang telah memiliki lebih dari 9.000 jaringan drop point logistik yang tersebar di Indonesia, akan diberikan tambahan bisnis melalui solusi layanan finansial yang terdapat pada sistem BNI Agen46.BNI Agen46 sendiri merupakan mitra dari BNI yang menyediakan layanan perbankan kepada masyarakat seperti Layanan Laku Pandai, Layanan
Keuangan Digital dan Layanan e-Payment.Dengan terjalinnya kerja sama ini, TFAS dan BNI yakin dapat menghasilkan kontribusi positif pada pertumbuhan jaringan layanan yang dimiliki, baik pertumbuhan jumlah BNI Agen46 maupun ekspansi penyebaran SiCepat Point.
Advertisement
Kinerja IHSG 21-25 November 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan koreksi pada 21-25 November 2022. Analis menilai, koreksi IHSG yang terjadi selama sepekan ini masih didominasi sentimen global terutama kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (26/11/2022), IHSG melemah 0,41 persen ke posisi 7.053,15 pada 21-25 November 2022. Pada pekan lalu, IHSG turun terbatas 0,10 persen ke posisi 7.082,18.
Sementara itu, kapitalisasi pasar bursa naik terbatas 0,12 persen menjadi Rp 9.484,63 triliun dari Rp 9.473,06 triliun pada pekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi bursa merosot 1,58 persen menjadi 17,985 miliar saham dari 18,274 miliar saham.
Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa susut 13,88 persen menjadi 1.063.305 transaksi dari 1.234.632 transaksi pada pekan sebelumnya. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa terpangkas 16,25 persen menjadi Rp 10,40 triliun dari Rp 12,41 triliun pada pekan sebelumnya.
Pada Jumat, 25 November 2022, investor asing membukukan aksi jual Rp 1,07 miliar. Selama sepekan, investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 1,98 triliun. Sepanjang 2022, investor asing membukukan aksi beli bersih Rp 79,47 triliun.
Mengutip Antara, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG masih didominasi sentimen global selama sepekan. “Ada sinyal perlambatan kenaikan suku bunga the Fed yang nampaknya menjadi katalis positif bagi para pelaku pasar,” ujar Herditya.
Ia menambahkan, di sisi lain, dengan ada kenaikan kasus COVID-19 di China menyusul ada kasus meninggal membuat kekhawatiran ada potensi lockdown di China dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Penutupan IHSG pada 25 November 2022
Pada Jumat, 25 November 2022, IHSG melemah 27,37 poin atau 0,39 persen ke posisi 7.053,15. Indeks LQ45 melemah 2,58 poin atau 0,26 persen ke posisi 1.001,74.
Berdasarkan indeks sektoral IDX-IC, sembilan sektor melemah dengan sektor energi merosot paling dalam 1,31 persen. Selanjutnya sektor teknologi dan sektor transportasi & logistik masing-masing terpangkas 1,04 persen dan 0,63 persen.
Sementara itu, dua sektor saham menguat antara lain sektor barang konsumen non-primer dan sektor barang konsumen primer masing-masing susut 0,02 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain INDX, RAFI, MEDS,ZATA dan KRYA. Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain PICO, KIOS, WIRG, BBSS, dan BBYB.
Sementara itu, frekuensi perdagangan tercatat 1.128.270 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 24,06 miliar saham senilai Rp 10,24 triliun. Ada 189 saham yang menguat, 320 saham melemah dan 195 saham tidak bergerak.
Advertisement