Presiden Komisaris Saratoga Edwin Soeryadjaya Beli 12,05 Juta Saham SRTG

Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) Edwin Soeryadjaya membeli 0,89 persen saham SRTG.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Des 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 03 Des 2022, 12:00 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) Edwin Soeryadjaya menambah kepemilikan saham SRTG.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (3/12/2022), Edwin Soeryadjaya membeli 12.056.700 saham SRTG atau setara 0,89 persen pada 30 November 2022. Harga pembelian saham SRTG sebesar Rp 2.600 per saham. Dengan demikian, ia merogok Rp 31,34 miliar untuk beli saham SRTG.

“Tujuan transaksi investasi, status kepemilikan langsung,” tulis manajemen perseroan.

Dengan pembelian saham itu, Edwin Soeryadjaya memiliki 4.502.626.790 saham atau sebesar 33,19 persen. Sebelumnya, ia genggam 4.490.570.090 saham SRTG atau sebesar 33,10 persen.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 2 Desember 2022, saham SRTG ditutup stagnan Rp 2.750 per saham. Saham SRTG berada di level tertinggi Rp 2.770 dan terendah Rp 2.700 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.802 kali dengan volume perdagangan 166.526 saham. Nilai transaksi Rp 45,6 miliar.

Berdasarkan data BEI, pemegang saham Saratoga Investama Sedaya yaitu Sandiaga Uno sebesar 21,51 persen, Edwin Soeryadjaya sebesar 33,10 persen, PT Unitras Pertama sebesar 32,72 persen, pemegang saham lainnya kurang dari lima persen sebesar 12,31 persen.

Lalu saham treasury sebesar 0,35 persen, Lany Djuwita sebesar 0,0176 persen, Michael Soeryadjaya sebesar 0,0295 persen, Edwin Soeryadjaya sebesar 33,10 persen dan Devin Wirawan sebesar 0,2996 persen.

 

Kinerja Kuartal III 2022

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)

Sebelumnya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatatkan net asset value (NAV) atau nilai pasar reksa dana saat ini sebesar Rp 64,9 triliun. Angka tersebut naik 42 persen dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama pada 2021 sebesar Rp 45,8 triliun secara tahunan atau year on year (yoy).

Presiden Direktur Saratoga Michael William P. Soeryadjaya menuturkan, pertumbuhan NAV Saratoga di tengah tingginya tingkat volatilitas global menunjukkan bahwa strategi investasi yang dilakukan Perseroan sudah berjalan dengan baik. 

Hal ini juga tercermin dari kemampuan perseroan membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemegang saham sebesar Rp 7,1 triliun pada sembilan bulan pertama 2022. Laba perseroan merosot 49,19 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 14,07 triliun.

 

 

 

Aset Perseroan

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Perseroan mencatat penurunan keuntungan bersih atas saham dan efek ekuitas lainnya Rp 7,58 triliun hingga September 2022. Keuntungan tersebut susut 45,15 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 13,82 triliun. Demikian mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, (31/10/2022).

Dengan melihat kondisi tersebut, perseroan mencatat laba per saham dilusi turun menjadi Rp 523 hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1.032 per saham.

Total ekuitas naik menjadi Rp 62,34 triliun hingga September 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 56,01 triliun. Liabilitas perseroan turun menjadi Rp 4,26 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 5,13 triliun.

Perseroan mencatat aset Rp 66,61 triliun hingga kuartal III 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 61,15 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 1,08 triliun hingga September 2022.

Pendapatan Dividen

Ilustrasi dividen (image by Alexsander-777 from pixabay)
Ilustrasi dividen (image by Alexsander-777 from pixabay)

Khusus pada kuartal III 2022, perseroan mampu mencatat laba bersih senilai Rp 3,8 triliun, meningkat tajam dibandingkan rugi bersih sebesar Rp 253 miliar pada kuartal II 2022 sebelumnya.

"Peningkatan perolehan dividen dan kenaikan nilai portofolio investasi menjadi katalis utama menguatnya fundamental Saratoga hingga akhir September 2022. Kami berusaha untuk menjaga momentum pertumbuhan ini dan mengoptimalkan kinerja setiap portofolio investasi agar dapat tumbuh positif sehingga ikut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Michael dalam keterangan resminya, Senin (31/10/2022).

Saratoga membukukan pendapatan dividen sebesar Rp 1,4 triliun sampai dengan akhir kuartal III-2022, naik 58 persen dibandingkan periode yang sama 2021 yoy. Dividen tersebut terutama berasal dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), serta PT Tower Bersama Infrastructure Tbk  (TBIG). 

“Kami optimis perekonomian Indonesia tetap mampu menghadirkan peluang-peluang investasi dengan potensi pertumbuhan yang tinggi dalam jangka panjang. Dengan pengalaman dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, Saratoga akan mengambil inisiatif untuk melanjutkan investasinya di sektor-sektor strategis seperti infrastruktur digital, pelayanan kesehatan, energi terbarukan dan konsumer,” kata Michael. 

Kurangi Utang

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, di tengah tren kenaikan inflasi dan suku bunga di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, perseroan terus melanjutkan penguatan neraca keuangan melalui strategi pengurangan utang dan efisiensi operasional. Hingga kuartal III 2022, Saratoga telah berhasil mengurangi utang hingga 29 persen menjadi Rp 1,7 triliun, dibandingkan semester I 2022 sebesar Rp 2,4 triliun.

Pengurangan utang ini merupakan bagian dari upaya Saratoga untuk menjaga efisiensi operasional, sehingga rasio utang dan biaya berada pada level yang sehat. Hingga kuartal III 2022, perseroan mencatat annualized operating costs-to-NAV ratio sebesar 0,3 persen serta loan-to-value ratio pada level 0,9 persen. 

Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Devin Wirawan, mengungkapkan likuiditas Saratoga hingga kuartal III 2022 sangat sehat dengan dana kas mencapai Rp 1,1 triliun. 

“Dengan dukungan likuiditas yang kuat dan rasio pinjaman yang rendah memungkinkan Saratoga untuk mengoptimalkan setiap peluang investasi yang ada. Kami memiliki beberapa opsi investasi yang sejalan dengan rencana bisnis Saratoga ke depan,” kata Devin. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya