Liputan6.com, Jakarta - Penerbitan saham baru atau rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) diyakini akan menjadi bahan bakar perusahaan untuk menggenjot pembiayaan pada masa mendatang.
Aksi korporasi tersebut dinilai akan menjaga kinerja BSI dengan baik ke depan, di tengah pertumbuhan ekonomi yang diproyeksi melambat pada 2023. Rencana aksi penambahan modal melalui skema rights issue BSI tengah memasuki tahapan baru.
Baca Juga
Dalam prospektus yang diterbitkan pada Rabu, 7 Desember 2022, BSI merencanakan untuk melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya sebesar 4,99 miliar saham baru Seri B, dengan nilai nominal Rp500 setiap saham. Harga pelaksanaan PMHMETD I atau rights issue BRIS sebesar Rp1.000 per unit saham.
Advertisement
Dalam prospektus, BSI menyatakan seluruh dana hasil PMHMETD I, setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi yang menjadi kewajiban Perseroan, akan digunakan untuk penyaluran pembiayaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis Perseroan.
Peneliti ekonomi syariah dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan, aset dan modal merupakan bensin bank untuk melaju kencang. Apabila bank memiliki modal yang kecil, maka ruang gerak inovasinya terbatas. “Ruang gerak produk yang bisa ditawarkan jadi terbatas,” ujar dia dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, (21/12/2022).
Fauziah menambahkan, dari sisi permintaan bank syariah memiliki untapped market yang terbilang besar. Selain itu bonus demografi usia produktif, likuiditas golongan menengah ke atas, dan gaya hidup halal akan menjadi stimulus positif bagi kinerja bank syariah.
"Dari sisi supply, BSI sebagai bank syariah terbesar juga semakin agresif memasarkan produk dan jasa perbankannya," kata Fauziah.
Potensi
Tingginya pasar yang belum tergarap perbankan syariah tersebut tercermin dalam indeks inklusi keuangan syariah yang belum lama ini dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Meskipun naik dari 9,1 persen pada 2019 menjadi 12,12 persen pada 2022, akses masyarakat terhadap produk finansial berbasis syariah masih jauh tertinggal.
Sebagai gambaran, secara total industri, inklusi keuangan 2022 mencapai 85,1 persen. Artinya sudah sebagian besar masyarakat di Indonesia memiliki akses terhadap layanan keuangan konvensional.
Selain pasar yang belum tergarap, BSI juga memiliki keunggulan sebagai bank syariah terbesar dari segi aset dan jaringan. Hingga September 2022, bank hasil gabungan anak usaha Bank Mandiri, BNI, dan BRI ini memiliki total aset senilai Rp280 triliun, jauh di atas bank syariah lainnya.
Terpisah, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menuturkan, kondisi pembiayaan syariah diperkirakan tidak akan banyak terdampak oleh resesi global yang bisa mempengaruhi perlambatan ekonomi Tanah Air tahun depan. Menurutnya Indonesia diuntungkan oleh tingginya harga barang-barang komoditas sehingga membantu pulihnya ekonomi seiring meredanya pandemi Covid-19.
Dengan kondisi tersebut, Piter memprediksi permintaan terhadap pembiayaan bank syariah akan tumbuh secara berkelanjutan pada tahun depan. “Seharusnya bank-bank syariah mampu memacu pertumbuhan kreditnya lebih tinggi," kata dia.
Advertisement
Bakal Lebih Tangguh
Sementara itu, pada 2022, bank syariah telah membuktikan ketangguhannya dengan mesin pembiayaan yang tumbuh di atas rata-rata industri.
Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan pembiayaan bank syariah mencapai 19 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) hingga September 2022. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan yang hanya naik 11 persen yoy pada periode yang sama.
Dengan rencana strategis berupa aksi korporasi rights issue BSI dan terbukti perbankan syariah lebih tangguh menghadapi dampak dari krisis keuangan global, hal itu pun dinilai akan menarik dana asing masuk ke pasar modal Indonesia.
Belum lama ini dalam keterangan resminya Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip mengungkapkan, ada sekitar 14-15 perusahaan yang akan IPO dan right issue pada akhir tahun ini, di antaranya BSI (BRIS) yang akan melakukan rights issue.
"Beberapa 'Big Name' seperti BTN dan BSI akan melantai di bursa menjelang tutup tahun 2022. Ini punya potensi untuk menarik inflow (dana asing) dari luar negeri," ujar Sunarsip.
Dia pun menilai bank yang memiliki modal di atas Rp16 triliun seperti BSI dalam aktivitas pasar modal sangat penting. Hal ini akan menstimulus sikap confidence investor asing terhadap pasar modal dan pasar keuangan Indonesia.
Bank Mandiri Suntik Modal BRIS
Sebelumnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melakukan penambahan penyertaan modal kepada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebesar Rp 2,75 triliun. Penambahan modal tersebut dilakukan pada 19 Desember 2022.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Rabu (21/12/2022), penambahan modal tersebut dilakukan dalam rangka pelaksanaan hak atas penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue BSI.
"Penambahan penyertaan modal Perseroan kepada BSI diharapkan dapat mendukung kegiatan bisnis dan operasional BSI sebagai bagian dari Mandiri Group yang bergerak di bidang keuangan syariah," tulis Corporate Secretary BMRI, Rudi As Aturridha, dikutip Rabu (21/12/2022).
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) melakukan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Bank Syariah Indonesia berencana menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 4.999.952.795 lembar saham.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Rabu (7/12/2022), Bank Syariah Indonesia akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 4.999.952.795 lembar saham dengan nilai nominal saham baru Rp 500 per saham. Kemudian, harga pelaksanaan rights issue BRIS senilai Rp 1.000 per saham.
Bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya dalam rangka rights issue akan mengalami penurunan persentase kepemilikan saham atau dilusi sebesar 10,84 persen.
Dana hasil rights issue akan digunakan perseroan untuk penyaluran pembiayaan sehingga mendukung pertumbuhan bisnis perseroan. Diperkirakan perseroan memperoleh dana sebesar Rp 4,99 triliun dari rights issue.
Rasio rights issue tersebut 90.000 : 10.941. Setiap pemegang 90.000 saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) Perseroan pada 15 Desember 2022 pukul 16.00 WIB.
Jadwal HMETD:
Tanggal Efektif: 5 Desember 2022
Tanggal Daftar Pemegang Saham (DPS) yang berhak atas HMETD:15 Desember 2022 Waktu 16:00
Tanggal Cum HMETD di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 13 Desember 2022
Tanggal Ex HMETD di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 14 Desember 2022
Tanggal Cum HMETD di Pasar Tunai: 15 Desember 2022
Tanggal Ex HMETD di Pasar Tunai: 16 Desember 2022
Tanggal Distribusi HMETD: 16 Desember 2022
Tanggal Pencatatan Efek di BEI: 19 Desember 2022
Periode Perdagangan HMETD: 19 Desember 2022 s.d 23 Desember 2022
Periode Pelaksanaan HMETD: 19 Desember 2022 s.d 23 Desember 2022
Periode Penyerahan Efek: 21 Desember 2022 s.d 27 Desember 2022
Tanggal Akhir Pembayaran Pesanan Efek Tambahan: 27 Desember 2022
Tanggal Penjatahan: 28 Desember 2022
Tanggal Pengembalian Kelebihan Uang Pesanan: 29 Desember 2022
Advertisement