Liputan6.com, Jakarta - Pemegang saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) yaitu PT Gozco Capital melepas 1,8 persen saham BBYB pada 8 Desember 2022.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (22/12/2022), PT Gozco Capital menjual 225.192.189 saham BBYB dengan harga Rp 900 per saham pada 8 Desember 2022. Dengan demikian, Gozco Capital raup dana Rp 202,67 miliar dari penjualan saham BBYB tersebut.
Baca Juga
“Tujuan transaksi penjualan saham, status kepemilikan langsung,” demikian mengutip keterbukaan BEI.
Advertisement
Setelah transaksi, Gozco Capital memiliki 1.267.975.705 saham BBYB atau setara 10,53 persen. Sebelumnya Gozco Capital mengenggem 12,4 persen atau setara 1.493.171.434 saham.
Berdasarkan data pemegang saham Bank Neo Commerce yaitu sebelumnya PT Gozco Capital sebesar 12,43 persen, PT Akulaku Silvrr Indonesia sebesar 26,43 persen, Rockcore Financial Technology Co Ltd sebesar 6,31 persen, masyarakat sebesar 54,83 persen.
Pada penutupan perdagangan Kamis, 22 Desember 2022, saham BBYB naik 1,6 persen menjadi Rp 635 per saham. Saham BBYB dibuka naik 30 poin ke posisi Rp 675 per saham.
Saham BBYB berada di level tertinggi Rp 675 dan terendah Rp 630 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.895 kali dengan volume perdagangan 329.794 saham. Nilai transaksi Rp 21,2 miliar.
Kinerja Membaik, Bank Neo Commerce Yakin Kantongi Laba pada 2023
Sebelumnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC optimis dapat mencatatkan laba pada tahun depan. Keyakinan itu merujuk pada kinerja positif yang berhasil ditorehkan perseroan sepanjang tahun ini.
“Tahun depan kami menargetkan untuk dapat mencatatkan laba full year dan menjadikan 2023 sebagai tahun profitable bagi BNC, didorong pendapatan operasional yang naik terus dan penurunan beban operasional sehingga margin meningkat,” ujar Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan, dikutip Sabtu (19/11/2022).
Pada kuartal III 2022, BNC berhasil mengantongi laba operasional sebesar Rp 11 miliar. Raihan itu berbalik dari rugi operasional yang dicatatkan pada kuartal II 2022 sebesar Rp 193 miliar.
Meski secara kumulatif untuk periode Januari—September, pBNC masih mencatatkan rugi operasional sebesar Rp 596 miliar, naik 124,91 persen dibandingkan rugi operasional pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 265 miliar.
Pendapatan operasional BNC pada kuartal III 2022 naik 42 persen menjadi Rp 602 miliar dibandingkan kuartal II 2022, atau naik 362 persen dibandingkan kuartal III 2021.
Untuk periode Januari—September 2022, pendapatan operasional tumbuh 399 persen menjadi Rp 1,3 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Advertisement
Biaya Operasional Meningkat
“Ini menjadi jawaban kenapa di posisi Juni kemarin BNC sudah mulai membukukan profit dari bulan ke bulan. Dengan kenaikan aset otomatis mendrive pendapatan operasional kami,” kata Tjandra.
Bersamaan dengan itu, biaya operasional pada kuartal III 2022 turun 49 persen dibandingkan kuartal II 2022, yakni menjadi Rp 239 miliar, atau turun 16 persen dibandingkan kuartal III 2021.
Namun secara kumulatif, sampai dengan September 2022 beban operasional tercatat sebesar Rp 1,24 triliun, naik 151 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 496 miliar.
Tjandra menjelaskan, kenaikan biaya operasional pada periode sembilan bulan tahun ini sejalan dengan peningkatan pada pengguna aplikasi NeoBank.
Sebagai gambaran, BNC meluncurkan NeoBank pada Maret 2022. Sehingga pengguna yang dicaplok sampai dengan September 2021 masih relatif kecil mengingat rentang waktu yang hanya beberapa bulan.
“Tahun lalu kita baru luncurkan NeoBank yang posisi hari ini sudah membukukan user lebih dari 20 juta yang sudah punya akun. September tahun lalu masih sekitar 10-11 juta user, jadi jauh dibandingkan tahun ini. NeoBank sekitar Maret-April baru lahir, jadi operasionalnya baru 4-5 bulan,” ujar Tjandra.
Aset Perseroan
Pada kuartal III 2022, perseroan mencatatkan total aset senilai Rp 15,99 triliun. Angka itu naik 11 persen dibandingkan kuartal II 2022 atau naik 98 persen dibandingkan kuartal III 2021.
Portfolio kredit BNC juga tubuh 27 persen dibandingkan kuartal II 2021, yakni menjadi Rp 8,93 triliun atau tumbuh 133 persen dibandingkan kuartal III 2021.
Dana pihak ketiga (DPK) pada kuartal III 2022 tercatat sebesar Rp 12,67 triliun, naik 14 persen dibanding kuartal II 2022 atau naik 90 persen dibanding kuartal III 2021.
Net margin income (NIM) pada kuartal III tercatat sebesar 12,7 persen, naik dibandingkan kuartal I dan II tahun ini masing-masing 7,7 persen dan 10,2 persen.
Sejalan dengan itu, biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) pada kuartal III 2022 tercatat sebesar 131 persen, turun dibandingkan dua kuartal sebelumnya masing-masing 192 persen dan 157 persen.
“Kami proyeksikan kuartal IV tahun ini angka itu akan terus turun karena revenue naik sementara biaya operasionalnya turun,” kata Tjandra.
Advertisement
LDR
Return on asset (RoA) pada kuartal III 2022 membaik jadi minus 6 persen dibanding dua kuartal sebelumnya masing-masing minus 13 persen dan minus 9 persen. Demikian pula Return of Equity (RoE) yang turut membaik jadi minus 36 persen pada kuartal III dibandingkan kuartal I dan II masing-masing 66 persen dan 54 persen.
Loan to Deposit Ratio (LDR) BNC pada kuartal III 2022 naik menjadi 70 persen dari 552,6 persen dan 63,4 persen pada kuartal I dan kuartal II tahun ini.
Gross non performing loan (NPL) naik menjadi 1,9 persen dibanding dua kuartal sebelumnya masing-masing 1,7 persen dan 1,8 persen. ENt NPL juga menunjukan tren serupa, yakni menjadi 1,7 persen pada kuartal III 2022 dari 1,7 persen dan 1,8 persen pada kuartal I dan kuartal II.
Adapun Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal BNC pada kuartal III 2022 tercatat sebesar 19,7 persen. Turun dibandingkan kuartal I dan kuartal II 2022 masing-masing sebesar 33,2 persen dan 21,8 persen.