Suku Bunga Acuan BI Naik, Sektor Saham Ini Berpeluang Cuan pada Tahun Kelinci Air

Kenaikan suku bunga akan berdampak terhadap sektor saham perbankan, properti dan infrastruktur pada tahun kelinci air.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 22 Jan 2023, 17:25 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2023, 17:25 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan BI, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 persen persen, dari sebelumnya 5,50 persen menjadi 5,75 persen. Lantas, bagaimana dampak kenaikan suku bunga acuan BI terhadap pasar saham?

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, kenaikan suku bunga direspons positif oleh pelaku pasar, di mana Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) dapat ditutup di zona hijau. IHSG menguat ke posisi 6.819 pada Kamis, 19 Januari 2023 dari posisi 6.765 pada 18 Januari 2023.

Menurut ia, kenaikan suku bunga bisa memberikan dampak positif bagi sektor perbankan. Namun, ada juga sektor yang tidak diuntungkan dengan kenaikan suku bunga tersebut, yakn sektor yang memiliki utang bunga yang tinggi, seperti konstruksi dan properti.

Abdul menuturkan, prospek saham perbankan masih memiliki pertumbuhan positif yang didorong dengan estimasi kinerja emiten perbankan yang baik.

"Kenaikan suku bunga akan berdampak juga pada peningkatan bunga kredit, sehingga hal ini dapat meningkatkan net interest margin (NIM) dari perbankan," kata Abdul kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (22/1/2023).

Selain itu, Abdul menilai bank kapitalisasi besar masih menarik mengingat dengan valuasi yang masih murah dibandingkan bank digital. Dengan demikian, bagi para investor, Abdul merekomendasikan beli untuk saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 10.375- Rp 10.550 per saham dan support Rp 9.800 - Rp 9.600 per saham. 

"Kami merekomendasikan trading buy BMRI dengan dengan target harga Rp 10.375- Rp 10.550 per saham dan support Rp 9.800 - Rp 9.600 per saham," kata Abdul.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Suku Bunga Naik Berdampak Negatif ke Sektor Properti dan Konstruksi

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, kenaikan suku bunga BI sesuai dengan perkiraan pasar dan BI memberi siglnyal tidak ada kenaikan suku bunga bulan depan. Sehingga memberikan pedoman tambahan bagi pelaku pasar sehingga pasar saham juga merespons positif. 

"Sektor yang diuntungkan, yaitu perbankan kapitalisasi pasar karena berpotensi menambah pendapatannya, sedangkan saham bank digital kurang diuntungkan karena mereka melakukan perang bunga tinggi jadi akan menggerus margin bank digital," kata Cheryl.

Bagi pelaku pasar, Cheryl merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 4.990 per saham serta stop loss Rp 4.580 dan saham BMRI dengan target harga Rp 10.600 serta stop loss Rp 9.650.

Sementara itu, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani mengatakan, jika suku bunga tetap naik tinggi, itu seharusnya berdampak negatif bagi beberapa perusahaan, seperti konstruksi dan properti. Hal itu dikarenakan akan meningkatkan beban biaya operasional.

Sedangkan, Arjun juga melihat saham-saham perbankan terutama, empat bank terbesar mengalami kinerja harga saham atau kinerja keuangan yang sangat baik pada tahun lalu di tengah kenaikan suku bunga dan tinggi.

"Bank besar dan mapan seharusnya bisa mendapatkan manfaat kenaikan suku bunga dari NIM mereka dan ini bagus untuk perusahaan perbankan," kata dia.

 

 

 

Sektor Perbankan

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dengan demikian, sektor perbankan memiliki prospek positif di tengah kenaikan suku bunga.

"Tapi karena bobot paling tinggi di sektor perbankan di perbankan besar sebenarnya secara umum efek kenaikan suku bunga terhadap sektor perbankan seluruhnya positif," kata Arjun.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga untuk sektor properti berdampak negatif terhadap konsumen yang ingin membeli properti melalui utang. Karena biaya utangnya meningkat dan ini bisa berdampak negatif terhadap permintaan properti.

"Selain itu, biaya konsumen untuk beberapa hal akan meningkat jadi dampak nya negatif secara logika," ujar dia.

Tak hanya itu, khususnya sektor properti dan konstruksi (infrastruktur) terkena dampak negatif dari kenaikan suku bunga. Hal itu dikarenakan biaya operasional mereka meningkat untuk membangun proyek konstruksi. Selain itu, biaya pembayaran barang baku juga akan meningkat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya