Liputan6.com, Jakarta - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membidik USD 100 juta-USD 150 juta atau setara dengan Rp 1,49 triliun hingga Rp 2,24 triliun (asumsi kurs Rp 14.959 per dolar AS) untuk investasi di berbagai perusahaan maupun sektor pada 2023.
Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya Devin Wirawan menuturkan, pihaknya tidak akan memaksakan untuk investasi apabila tidak memiliki prospek yang bagus.
Baca Juga
"Target kami USD 100-150 juta tergantung apakah ada oppurtunity di market, kalau tidak ada, tidak perlu memaksakan," kata Devin di sela acara Saratoga Investment Summit 2023, di Hotel Fairmount, Jakarta, Kamis, 26 Januari 2023.
Advertisement
Dengan demikian, Saratoga Investama Sedaya hanya akan investasi dalam proyek-proyek yang masih akan memberi imbal hasil ke pemegang saham.
"Kami hanya akan berinvestasi di proyek-proyek yang masih akan memberi imbal hasil ke pemegang saham dan target return kami adalah 20 persen per tahun," kata dia.
Di sisi lain, salah satu kelebihan Saratoga adalah memiliki dana permanen. "Jadi kami bukan private equity yang setelah lima tahun dananya harus dikembalikan ke investor. Dana permanen, jika kami tidak nemu investasi bagus, kami tidak perlu paksakan," kata dia.
Sementara itu, salah satu fokus investasi Saratoga pada 2023 di sektor energi terbarukan (energy renewable). Hal itu tercermin dari portofolio di PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
"Adaro ini sekarang bisa dibilang adalah perusahaan batu bara, tetapi sudah melakukan beberapa insiatif untuk bertransformasi bisnis mereka dari batu bara jadi bagian dari supply change untuk mendukung kendaraan listrik (electric vehicle/EV)," kata Devin.
Dengan begitu, Saratoga Investama Sedaya menilai Adaro telah melakukan transformasi bisnis ke energi terbarukan. "Jadi kami mendukung dengan pembangunan smelter alumina yang nanti akan dipakai sebagai bahan pembuatan mobil listrik," kata dia.
Saratoga Investama Sedaya Beli Saham MDKA Rp 1,47 Triliun
Sebelumnya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menambah kepemilikannya atas saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Saratoga Investama Sedaya telah membeli 351.261.886 lembar saham MDKA pada periode 15—20 Juli 2022 senilai Rp 1,47 triliun.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (22/7/2022), harga pembelian per saham dimulai pada rentang Rp 3.350 hingga Rp 4.200 per lembar saham.
Rinciannya, pada 15 Juli 2022, Saratoga Investama Sedaya membeli 174.810.143 saham MDKA dengan harga Rp 4.200 per saham atau total senilai Rp 734,2 miliar. Lalu pada 19 Juli dilakukan pembelian 570 ribu lembar saham dengan harga Rp 3.350—Rp 3.500 per saham, totalnya senilai Rp 1,93 miliar.
Terakhir, Saratoga Investama Sedaya membeli 175.881.743 lembar saham MDKA dengan harga Rp 3.400—Rp 4.200 per saham, atau totalnya senilai Rp 737,87 miliar.
Usai transaksi, Saratoga Investama Sedaya kini genggam 18,34 persen atau 4.423.174.297 lembar saham MDKA, dari sebelumnya 4.071.912.411 lembar saham atau 16,88 persen.
Pada perdagangan Jumat, 22 Juli 2022, saham MDKA ditutup naik 250 poin atau 6,61 persen. Saham MDKA terpantau bergerak pada rentang 3.800—4.040. Secara year to date (ytd) saham MDKA turun 9,47 poin atau 0,23 persen.
Advertisement
Saratoga Kantongi Laba Bersih Rp 3,6 Triliun
Sebelumnya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)mencatatNet Asset Value (NAV) sebesar Rp 60,9 triliun pada kuartal I 2022. NAV Perseroan tersebut tumbuh 89 persen dibandingkan kuartal I 2021 sebesar Rp 32,2 triliun dan lebih tinggi daripada NAV Saratoga Investama Sedaya pada akhir 2021 sebesar Rp 56,3 triliun.
Saratoga juga mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham sebesar Rp 3,6 triliun, yang mencerminkan kenaikan 208 persen secara year on year (yoy). Sebagian besar adalah kenaikan nilai portofolio yang belum direalisasikan.
Presiden Direktur Saratoga Michael William P Soeryadjaja menuturkan, nilai pasar sejumlah portofolio investasi Perseroan terus melanjutkan penguatan seperti yang terjadi sejak semester II 2021. Kenaikan harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) menjadi katalis utama kenaikan NAV Perseroan di kuartal I tahun 2022 ini.
Strategi Perseroan
“Pada kuartal I-2022 Saratoga memperoleh pendapatan dividen sebesar Rp 141 miliar dari PT Provident Agro Tbk. (PALM) dan Deltomed. Kinerja positif Perseroan di awal tahun ini menunjukkan bahwa strategi investasi Saratoga di sektor-sektor kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat optimal,” ujar Michael melalui keterangan resmi di Jakarta, (26/4/2022).
Michael menuturkan, memasuki 2022 kondisi perekonomian masih menghadapi beragam tantangan. Pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya tuntas dan gejolak harga energi telah mendorong naiknya inflasi di hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Sebagai perusahaan investasi aktif Saratoga terus mencermati situasi yang terjadi, mengingat tren kenaikan harga-harga kebutuhan pokok dan inflasi di dalam negeri juga terus meningkat.
“Salah satu prioritas utama Saratoga saat ini adalah memastikan bahwa setiap sumber daya Perseroan dialokasikan secara efisien dan efektif untuk mendukung strategi bisnis kami. Saratoga berusaha menjaga rasio biaya dan utang pada tingkat yang sehat, di mana kami mencatatkan biaya operasional tahunan terhadap NAV sebesar 0,3 persen dan nilai pinjaman bersih sebesar 4,7 persen dari NAV,” ungkapnya.
Advertisement
Rencana Investasi
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menambahkan, dalam situasi yang penuh dinamika saat ini Perseroan akan tetap melanjutkan rencana investasinya di sejumlah sektor strategis.
Di antaranya adalah industri teknologi digital, pelayanan kesehatan, energi terbarukan, dan konsumer yang terus mendapatkan momentum pertumbuhannya sejak pandemi terjadi lebih dari dua tahun lalu.
Menurut Devin, setiap tahun Saratoga mengalokasikan dana sekitar USD 100 juta - 150 juta baik untuk investasi di perusahaan baru atau pada portofolio yang sudah ada.
Pada 2022, sektor teknologi digital, pelayanan kesehatan, energi terbarukan, dan konsumer menjadi perhatian Perseroan mengingat potensi pertumbuhannya masih sangat tinggi dalam jangka panjang.
"Tentunya setiap investasi akan dilakukan secara terukur, disiplin dan pada sektor-sektor yang ikut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan neraca keuangan yang sehat, kami optimis dapat memaksimalkan setiap peluang investasi yang mampu memberikan peningkatan nilai perusahaan yang optimal dalam jangka panjang,” ia menambahkan.