Liputan6.com, Jakarta - Saham induk usaha Google, Alphabet Inc Class A masih tertekan hingga perdagangan Jumat, 10 Februari 2023. Namun, koreksi saham Alphabet terbatas jelang akhir pekan.
Saham Alphabet merosot 0,46 persen ke posisi USD 94,57 pada Jumat, 10 Februari 2023. Koreksi saham Alphabet itu membawa kapitalisasi pasar perseroan menjadi USD 1,21 triliun.
Baca Juga
Adapun saham induk usaha Google pada pekan ini sempat anjlok lebih dari 7 persen pada perdagangan Rabu, 8 Februari 2023. Hal itu membuat kapitalisasi pasar susut USD 100 miliar atau sekitar Rp 1.512 triliun (asumsi kurs Rp 15.125 per dolar AS). Penurunan kapitalisasi pasar tersebut setelah iklan yang dirancang untuk memamerkan bot AI barunya menunjukkan menjawab pertanyaan dengan tidak benar.
Advertisement
Dikutip dari BBC, ditulis Minggu (12/2/2023), Google sedang mencari cara untuk meyakinkan orang kalau perseroan masih berada di depan dalam perlombaan untuk teknologi kecerdasan buatan yang terbaik. Sejauh ini, iklan yang dirancang untuk memamerkan bot AI barunya menunjukkan menjawab pertanyaan dengan tidak benar.
Saat promosi bot yang dikenal sebagai Bard yang dirilis di Twitter pada Senin, 6 Februari 2023, bot tersebut ditanya tentang apa yang harus diceritakan kepada seorang anak berusia sembilan tahun tentang penemuan dari the James Webb Space Telescope.
Ini menghadirkan tanggapan teleskop adalah yang pertama mengambil gambar sebuah planet di luar tata surya bumi, padahal tonggak sejarah itu diklaim oleh the European Very Large Telescope pada 2004, sebuah kesalahan yang dengan cepat dicatat oleh astronom di Twitter.
"Mengapa Anda tidak memeriksa fakta contoh ini sebelum membagikannya?,” ujar Chris Harrison, rekan di Universitas Newcastle.
Investor juga kecewa dengan presentasi yang diberikan perusahaan tentang rencananya untuk memakai kecerdasan buatan dalam produknya. Google meluncurkan pesaing ChatGPT bernama Bard Microsoft meluncurkan Bing baru dengan kekuatan ChatGPT.
ChatGPT “Google Killer” memicu perlombaan chatbot AI Google telah berada di bawah tekanan sejak akhir tahun lalu, ketika OpenAI yang didukung Microsoft meluncurkan perangkat lunak ChatGPT baru.
Kata Juru Bicara Google
Dengan cepat menjadi hit viral karena fasilitasnya dalam lulus ujian sekolah bisnis, membuat lirik lagi dan menjawab pertanyaan lain.
Adapun pekan ini, Microsoft mengatakan versi baru mesin pencari Bing-nya yang telah tertinggal dari Google selama bertahun-tahun akan memakai teknologi ChatGPT dalam bentuk yang lebih canggih.
Meskipun investor telah menerima dorongan untuk kecerdasan buatan, orang yang skeptis telah memperingatkan terburu-buru menggunakan teknologi akan menimbulkan risiko kesalahan dan hasil yang miring serta masalah plagiarisme.
Seorang juru bicara Google mengatakan, kesalahan tersebut menyoroti pentingnya proses pengujian yang ketat, sesuatu yang perseroan mulai pekan ini dengan program penguji tepercaya.
“Kami akan menggabungkan umpan balik eksternal dengan pengujian internal kami sendiri untuk memastikan respons Bard memenuhi standar tinggi untuk kualitas, keamanan dan kebulatan dalam informasi dunia nyata,” ujar dia.
Bulan lalu, perusahaan induk Google, Alphabet memangkas 12.000 pekerjaan, sekitar 6 persen dari tenaga kerjanya di seluruh dunia, di tengah pemutusan hubungan kerja di sejumlah raksasa teknologi terkemuka.
Advertisement
AI Google Bard Tampilkan Informasi Salah dan Bikin Rugi Besar?
Sebelumnya, Google mengumumkan pesaing ChatGPT, bernama Bard. Sayangnya belum lama ini Bard sempat error. Mengutip Gizchina, Jumat (10/2/2023), Google membagikan beberapa interaksi dunia nyata di situs web dan platform media sosialnya, untuk memberi pengguna gambaran umum mengenai opsi yang disediakan oleh Bard.
Namun, ada screenshot dari percakapan yang memperlihatkan tentang Teleskop James Webb. Pernyataan tersebut diarahkan ke Bard:
"Penemuan apa dari teleskop luar angkasa James Webb yang dapat saya ceritakan kepada anak saya yang berusia 9 tahun?"
Chatbot AI Google Bard rupanya merespons dengan mencantumkan tiga informasi.
Menurut Bard, teleskop James Webb mengambil foto pertama dari sebuah planet di luar tata surya.
Sayangnya informasi ini salah, karena pada kenyataannya, gambar pertama dari sebuah planet ekstrasurya ditangkap pada 2004, yakni 17 tahun sebelum teleskop James Webb dioperasikan. Detail tersebut pada situs web resmi NASA.
Di sisi lain, teleskop James Webb baru-baru ini menemukan exoplanet seukuran Bumi. Menurut The Verge, sejumlah peminat astronomi mengklarifikasi situasi tersebut di Twitter.
Kesalahpahaman ini menjadi masalah pada AI generatif. Pasalnya berdasarkan data yang dapat diakses, chatbot AI terkadang menghasilkan informasi palsu.
ChatGPT misalnya, membuat tanggapannya berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh pengguna online. Jika permintaan didasarkan pada asumsi yang salah, ada kemungkinan tanggapan tersebut mungkin menyertakan beberapa informasi yang dibuat-buat.