Liputan6.com, Semarang - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tengah menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan pendapatan dan laba pada 2023. Lantaran, terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi.
Chief Executive Officer (CEO) Astra Agro Lestari, Santosa mengatakan, pihaknya akan melakukan efisiensi maupun digitalisasi untuk mengerek pendapatan dan laba di tengah tingginya harga pupuk serta kenaikan harga bahan bakar.
"Mesti dengan efisiensi, kita cuma bisa menjadi a low cost producer, makanya digitalisasi kita lakukan, precision farming tadi yang saya bilang melihat nutrien lebih detail mau nggak mau harus dilakukan," kata Santosa di sela acara Talk to The CEO 2023, ditulis Sabtu (18/2/2023).
Advertisement
Bos Astra Agro Akui Program Biodiesel B35 Kerek Permintaan CPO
Chief Executive Officer (CEO) PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Santosa mengungkapkan program biodiesel B35 memicu permintaan minyak kelapa sawit (CPO) dalam negeri meningkat.
Kenaikan permintaan juga didorong langkah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang mengeluarkan ketentuan penyerapan kebutuhan CPO meningkat dari 9,5 juta ton menjadi 12 juta ton.
"Tahun lalu ESDMÂ mengeluarkan 9,5 juta ton sekarang kan bisa 12 juta ton. Artinya, ada penambahan demand kan 2 juta ton potensinya. Otomatis berapa pun produksi akan leap up 2,5 juta ton lebih banyak untuk dibakar," kata Santosa di sela Talk to The CEO 2023 di Semarang, ditulis Sabtu (18/2/2023).
Menurut dia, dengan keberadaan Program B35, Indonesia menjadi penghasil sawit terbesar dan pengguna sawit terbesar di dunia.
"Harapannya dengan ekspornya nanti, kalau produksinya tidak berlebihan demand-nya akan tetap naik kan harga akan terkerek. Tapi balik lagi harga terlalu tinggi kan nggak sehat juga akhirnya timbul masalah kaya tahun lalu," kata dia.
Di sisi lain, Santosa menyebutkan, prospek bisnis CPO hingga akhir tahun diyakini baik dan dalam jangka panjang lebih baik lagi.
"Prospek bisnis CPO hingga akhir tahu mestinya bagus, jangka panjang lebih bagus lagi karena tidak ada lahan baru, yang tadi saya cerita Indonesia - Malaysia udah 85 persen, saya 2007 baru belajar industri ini Malaysia udah 18 juta ton, kita baru 7,5 juta hektare itu cuma 14-15 juta ton. Hari ini Indonesia hampir 50 juta ton, Malaysia 20-21 juta ton, lahan dia nggak bisa nambah," ujar dia.
Â
Â
Advertisement