Profil Bank Mega Milik Orang Terkaya Indonesia Chairul Tanjung

PT Bank Mega Tbk (MEGA) mencatatkan kapitalisasi pasar di atas Rp 60 triliun. Berikut profil Bank Mega yang dibangun orang terkaya Indonesia Chairul Tanjung.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Feb 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2023, 06:00 WIB
Profil PT Bank Mega Tbk
Berikut profil PT Bank Mega Tbk (MEGA) (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mega Tbk (MEGA) didirikan pada 1969 sebagai sebuah usaha milik keluarga bernama PT Bank Karman dan berkedudukan di Surabaya, Jawa Timur. Pada 1992, perusahaan berubah nama menjadi PT Mega Bank dan melakukan relokasi kantor pusat ke Jakarta.

Seiring dengan perkembangannya, pada 1996, PT Mega Bank diambil alih oleh PT Para Global Investindo dan PT Para Rekan Investama (PARA Group), sebuah holding company milik Chairul Tanjung. Selanjutnya PARA Group berubah nama menjadi CT Corpora.

Setahun berselang, pada Juni 1997 dilakukan perubahan logo Bank Mega berupa tulisan huruf M warna biru kuning dengan tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan masyarakat, akan lebih mudah dikenal melalui logo perusahaan yang baru tersebut.

Pada saat krisis ekonomi 1998, Bank Mega mencuat sebagai salah satu bank yang tidak terpengaruh oleh krisis dan tumbuh terus tanpa bantuan pemerintah bersama-sama dengan bank bank asing yang berada di Indonesia.

Melewati itu, pada 2000 perusahaan kembali melakukan perubahan nama dari PT Mega Bank menjadi PT Bank Mega. Dalam rangka memperkuat struktur permodalan, pada tahun yang sama PT Bank Mega melaksanakan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO). Saat itu, perusahaan menerbitkan 112,5 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Sedangkan harga penawaran dipatok sebesar Rp 1.200 per saham. Sehingga total dana yang dihimpun dari IPO mencapai Rp 135 miliar.

Pada penutupan perdagangan, Jumat, 17 Februari 2023, saham MEGA naik 2,25 persen ke posisi Rp 5.675 per saham. Dalam satu tahun terakhir, harga saham MEGA naik 2,11 persen. Kapitalisasi pasar saham MEGA saat ini tercatat sebesar Rp 66,63 triliun.

Pemegang saham mayoritas Bank Mega yakni PT Mega Corpora dengan porsi 58,02 persen atau sebanyak 6.811.830.514 lembar. Sisanya 41,98 persen atau sebanyak 4.929.092.851 lembar merupakan kepemilikan publik.

Kinerja

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector
Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Pada 2022, Bank Mega membukukan laba bersih sebesar Rp 4,05 triliun, atau naik 1,11 persen dari Rp 4,01 triliun pada 2021. Bank Mega memiliki total aset sebesar Rp 141,75 triliun atau tumbuh sebesar 6,68 persen dibanding Desember 2021 sebesar 132,88 triliun.

Laba sebelum pajak (PBT) sedikit meningkat, menjadi Rp 5,03 triliun, atau tumbuh 1,52 persen dibanding akhir 2021 sebesar Rp 4,95 triliun. Kredit tumbuh sebesar 15,84 persen yoy menjadi Rp 70,29 triliun. Sepanjang 2022, penyaluran kredit bank tetap fokus pada segmen korporasi dan komersial.

Pertumbuhan kredit ini dibarengi dengan rasio kredit bermasalah atau NPL gross yang tetap terjaga pada level 1,23 persen dari sebelumnya 1,12 persen. Sedangkan NPL Net pada level 0,91 persen dar i0,81 persen pada 2021. Bank Mega berhasil mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 4,09 persen menjadi rp 102,95 triliun dari RP 98,91 triliun pada 2021. DPK Bank Mega masih didominasi oleh deposito mencapai 73 persen dari total DPK.

Komposisi CASA masih jauh di bawah perbankan. Ke depan Bank akan terus melakukan upaya maksimal untuk meningkatkan CASA. Sementara itu, Bank berhasil meningkatkan NIM menjadi 5,42 persen dari 4,75 persen pada 2021.BOPO terjaga rendah yakni sebesar 56,76 persen yang mencerminkan bank semakin efisien.

Posisi BOPO ini lebih rendah dibanding BOPO industri sebesar 76,69 per akhir Agustus 2022. rasio-rasio keuangan Bank Mega lainnya juga dapat terjaga dengan baik. Return on asset (ROA) tercatat sebesar 4 persen dari 4,22 persen pada 2021, sedangkan return on equity (ROE) tetap terjaga pada level 23,15 persen dari posisi 2021 sebesar 23,49 persen. Bank Mega juga mempertahankan posisi permodalan dan likuiditasnya yang kokoh, tercermin dari posisi capital adequacy ratio (CAR) sebesar 25,41 persen dan liquidity to deposit ratio (LDR) sebesar 68,04 persen.

 

 

Bank Mega Fokus Genjot Pertumbuhan Dana Murah

Ilustrasi Bank Sentral
Ilustrasi Bank Sentral. Photo copyright by Freepik

Sebelumnya, PT Bank Mega Tbk terus fokus menggenjot pertumbuhan dana murah perseroan salah satunya melalui Program Meriah Bareng Mega yang diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk menabung di Bank Mega.

"Total saving saat ini (Agustus) sekitar Rp14,4 triliun. Dengan adanya Program Meriah Bareng Mega diekspektasi dapat memberikan kontribusi pertumbuhan sekitar 5 persen," kata Direktur Consumer Banking Bank Mega Diza Larentie dikutip dari Antara, MInggu (14/8/2022).

Bank Mega menyelenggarakan kegiatan Meriah Bareng Mega di foreground Mall FX Sudirman, Jakarta, bertepatan dengan pelaksanaan Car Free Day yang biasa dimanfaatkan oleh warga untuk beraktivitas sosial.

Acara tersebut sekaligus menjadi rangkaian peluncuran program Meriah Bareng Mega yang telah dilakukan pada awal Juli 2022 lalu.

Bank Mega mengadakan kegiatan tersebut untuk memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk merasakan kemeriahan dari Program Meriah Bareng Mega secara langsung.

Selain itu, Bank Mega juga berharap melalui aktivitas tersebut dapat meningkatkan keterikatan atau engagement dan customer loyalty, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap Program Meriah Bareng Mega yang kali ini dimeriahkan oleh performa dari JKT 48.

"Acara ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang berkesan sehingga calon nasabah yakin bahwa Program Meriah Mega benar-benar akan memberikan banyak keuntungan dan kejutan yang menyenangkan sehingga mereka memutuskan untuk menjadi nasabah Bank Mega," ujar Diza.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya