Wall Street Anjlok Setelah Silicon Valley Bank Runtuh, Indeks Dow Jones Cetak Kinerja Mingguan Terburuk Sejak Juni 2022

Wall street jatuh pada perdagangan saham Jumat, 10 Maret 2023. Wall street tertekan setelah Silicon Valley Bank tutup seiring kerugian dalam portofolio obligasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Mar 2023, 08:16 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2023, 08:16 WIB
Wall Street Kompak Tertekan pada Jumat 10 Maret 2023
Wall street kompak tertekan pada perdagangan saham Jumat, 10 Maret 2023 di tengah sentimen penutupan Silicon Valley. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Jumat, 10 Maret 2023. Koreksi wall street terjadi seiring pemberi pinjaman yang fokus pada teknologi Silicon Valley Bank tutup menyusul kerugian dalam portofolio obligasi.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (11/3/2023), hal ini mendorong kegagalan bank terbesar sejak krisis keuangan global dan mengirimkan gelombang kejutan melalui sektor perbankan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 345,22 poin atau 1,07 persen ke posisi 31.909,64. Indeks S&P 500 terpangkas 1,45 persen ke posisi 3.861,59. Indeks Nasdaq turun 1,76 persen ke posisi 11.138,89.

Semua rata-rata indeks acuan pekan ini tertekan. Indeks Dow Jones merosot 4,44 persen, dan membukukan kinerja mingguan terburuk sejak Juni. Indeks S&P 500 terperosok 4,55 persen. Indeks Nasdaq susut 4,71 persen.

Regulator mengambil kendali Silicon Valley Bank pada Jumat, 10 Maret 2023 setelah saham jatuh pada Kamis, 9 Maret 2023 dan bank berjuang pada akhir pekan ini untuk menemukan perusahaan lain untuk membelinya.

Saham bank regional lain turun setelah tutupnya Silicon Valley Bank dengan SDPR S&P Regional Banking ETF tergelincir hampir 4,4 persen. Selama sepekan, the regional bank fund merosot 16 persen, pekan terburuk sejak Maret 2020 saat pandemi COVID-19 melanda.

“Anda mengalami keruntungan bank besar AS, kegagalan bank terbesar sejak 2008 yang pasti akan menakuti pasar,” ujar CEO dan Chief Investment Defiance ETFs, Sylvia Jablonski.

Ia menambahkan, kegagalan itu juga memicu kekhawatiran di kalangan investor tentang apakah penularannya menyebar ke luar SVB.


Saham Bank di Wall Street Terpukul

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Beberapa saham bank berulang kali dihentikan pada perdagangan Jumat, 10 Maret 2023 termasuk First Republic, Pacwest, dan Signature Bank yang fokus pada kripto. Saham First Republic susut 14,8 persen dan saham PacWest terpaangkas 37,9 persen. Sejumlah saham bank mengalami kerugian lebih kecil bahkan ketika kejatuhan SVB mendatangkan malapetaka pada saham lainnya.

Saham Goldman Sachs dan Bank of America masing-masing turun 4,2 persen dan 0,9 persen Saham JPMorgan naik 2,5 persen.

“Ini adalah buku permainan, di mana pelaku pasar dan investor jangka pendek tidak ingin berlama-lama pada akhir pekan,” ujar Chief Market Strategist The Colony Group Rich Steinberg.

Gejolak di antara saham bank membayangi laporan pekerjaan pada Februari yang memberi beberapa petunjuk inlfasi dapat melambat. Daftar gaji meningkat lebih dari yang diperkirakan, tetapi investor fokus pada kenaikan upah lebih kecil dari perkiraan yang dapat menyebabkan the Federal Reserve (the Fed) kembali memikirkan sikap agresifnya terhadap kenaikan suku bunga.

Kegagalan Silicon Valley Bank pada Jumat, 10 Maret 2023 juga merugikan industri yang berkaitan dengan ilmu kedokteran dari pada perbankan, keuangan dan bioteknologi.

Untuk beberapa perusahaan bioteknologi, terutama perusahaan rintisan lebih kecil dan kurang teruji, SVB adalah saluran vital dan saluran keuangan wall street. SVB juga memegang beberapa kas perusahaan. “Dalam bioteknongi, SVB telah banyak terlibat dalam aktivitas investasi perbankan di perusahaan,” ujar Analis Bank of America Jason Gerberry.


Penutupan Wall Street pada 9 Maret 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Kamis, 9 Maret 2023. Koreksi wall street terjadi dipicu saham bank dan keuangan yang alami aksi jual. Selain itu, investor juga Bersiap untuk rilis laporan gaji yang dapat membentu arah suku bunga.

Dikutip dari CNBC, Jumat (10/3/2023), indeks S&P 500 merosot 1,85 persen ke posisi 3.918,32.  Indeks Dow Jones jatuh 543,54 poin atau 1,6 persen ke posisi 32.254,86. Indeks Nasdaq jatuh 2,05 persen ke posisi 11.338,35.

Koreksi wall street pada perdagangan Kamis pekan ini membuat indeks Dow Jones ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak 9 November. Sepanjang pekan ini, indeks Dow Jones jatuh 3,4 persen. Pada 2023, indeks Dow Jones melemah 2,7 persen.  Baik indeks S&P dan Nasdaq masing-masing naik 2,05 persen dan 8,3 persen pada 2023, tetapi berada di jalur penurunan mingguan sebesar 3 persen.

Saham SVB Financial merosot 60 persen setelah mengumumkan penjualan saham senilai USD 1,75 miliar, mendorong kapitalisasi pasar menjadi sedikit di atas USD 6 miliar dan menyeret saham bank lainnya yang tergelincir. Saham SIlvergate anjlok lebih dari 42 persen di tengah berita menutup operasi.

Kerugian saham bank mendorong sektor keuangan S&P 500 anjlok 4,1 persne untuk hari terburuk sejak Juni 2020. Saham Bank of America dan Wells Fargo juga terpukul dengan masing-masing turun lebih dari 6 persen.

“The Fed telah mengubah narasi yang mendorong saham lebih tinggi pada Januari dan akhir Desember,” ujar CEO 50 Park Investments, Adam Sarhan.

Ia menambahkan, pasar menguat dengan asumsi the Fed akan berhenti menaikkan suku bunga akan berhenti pada musim panas dan dalam waktu dekat. Powell memperjelas bukan itu masalahnya.

Sarhan menuturkan, tampaknya tidak ada data yang menunjukkan the Fed harus menghentikan kenaikan suku bunga. Ia mengatakan, banyak investor menjual di tengah sentimen laporan pekerjaan untuk mengurangi risiko dan menemukan nilai dalam aset yang kurang berisiko seperti obligasi yang menawarkan hasil yang menarik.

"Pasar sedang mencari katalis bullish dan tidak dapat menemukannya,” ujar dia.

 


Investor Menanti Data Ekonomi AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Investor menerima lebih banyak berita tentang keadaan pasar tenaga kerja menjelang laporan nonfarm payrolls pada Jumat pekan ini. Klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 4 Maret juga naik lebih dari yang diharapkan, menandakan pasar tenaga kerja mungkin mulai melambat.

Meninjau kembali, laporan penggajian ADP dan data JOLTS pada Rabu menunjukkan ekonomi yang tangguh, meningkatkan kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) membutuhkan lebih banyak kenaikan untuk memperlambatnya.

Sejumlah ekonom, termasuk di Citi mengharapkan kejutan positif untuk kenaikan gaji pada Jumat, 10 Maret 2023 menyusul lonjakan pada Januari 2023. Analis Citi, Alex Saunders menuturkan, pertumbuhan pekerjaan yang kuat dapat berarti berita buruk bagi pasar.

“Mengingat berita baik adalah berita buruk bagi pasar, kami pikir ini kemungkinan akan menyebabkan saham untuk menjual lebih lanjut dan mendukung kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed yang terlalu besar,” ujar dia.

Di sisi lain, pergerakan pasar pada Kamis pekan ini datang sehari setelah Powell mengulangi pesan peringatannya kepada anggota parlemen kalau bank sentral dapat menaikkan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Sementara ketua the Fed Jerome Powell menekankan kalau belum ada keputusan yang dibuat mengenai pertemuan Maret, para pedagang Bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih besar dari perkiraan menyusul serangkaian data ekonomi yang kuat dalam beberapa pekan terakhir. Pada Kamis sore waktu setempat, sejumlah pelaku pasar memperkirakan peluang kenaikan 50 basis poin sekitar 61 persen, menurut alat FedWatch CME Group.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya