Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) atau Wika Gedung mengumumkan hasil kinerja hingga akhir 2022. Perseroan membukukan pendapatan Rp 2,36 triliun pada 2022, menurun 25,31 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,16 triliun.
Mengutip laporan keuangan Wijaya Karya Bangunan Gedung atau Wika Gedung, ditulis Minggu (12/3/023), beban pokok pendapatan hingga akhir 2022 mencapai Rp 2,13 triliun atau menurun 26,29 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 2,89 triliun.
Baca Juga
Dengan demikian, laba bruto Wijaya Karya Bangunan Gedung turun 15,68 persen menjadi Rp 228,05 miliar pada 2022 dari Rp 270,48 miliar pada 2021.
Advertisement
Hingga akhir 2022, Wijaya Karya Bangunan Gedung mengantongi laba bersih sebesar Rp 230,05 miliar. Laba bersih perseroan meningkat 7,56 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 213,88 miliar
Sementara itu, aset perseroan senilai Rp 5,42 triliun hingga akhir 2022 turun dari akhir tahun lalu sebesar Rp 5,97 triliun. Kemudian, liabilitas Wijaya Karya Bangunan Gedung Rp 2,88 triliun hingga akhir 2022 turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,59 triliun.
Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 2,54 triliun hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu Rp 2,38 triliun.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 10 Maret 2023, saham WEGE naik 5,97 persen ke posisi Rp 142 per saham. Saham WEGE dibuka stagnan Rp 134. Saham WEGE berada di level tertinggi Rp 145 dan terendah Rp 142 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.414 kali dengan volume perdagangan 274.376 lot saham. Nilai transaksi Rp 3,9 miliar.
Strategi Wika Gedung Cegah Arus Kas Negatif
Sebelumnya, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) atau WIKA Gedung menjelaskan, strategi ke depan Perseroan akan memprioritaskan proyek-proyek yang memiliki pendanaan jelas jangka panjang. Hal tersebut dilakukan agar tidak lagi terjadi arus kas negatif.
Direktur Keuangan, HC, dan Manajemen Risiko Wika Gedung Syailendra Ogan menuturkan, pihaknya tengah menyasar proyek pemerintah, karena anggarannya dipastikan sudah ada.
"Strategi yang kita lakukan, proyek yang kita sasar 80 persen proyek pemerintah, anggarannya ada," kata Ogan dalam paparan publik WEGE, Kamis (8/12/2022).
Dia juga menuturkan, saat ini terdapat perubahan strategi perseroan dalam rencana bisnisnya.
"Jadi memang ini strategi yang sudah kita buat ditencana bisnis kita, setelah COVID 2020-2021, kita mengubah strateginya terhadap pasar-pasar pemerintah, BUMN dan swasta," kata dia.
Kemudian, pada 2023, porsi tersebut berubah menjadi 10-20 persen proyek swasta, dan 80 persen proyek pemerintah maupun BUMN.
"Pada 2017 sampai dengan 2019 itu 70 persen proyek swasta, sisanya proyek pemerintah dan BUMN. Sekarang kita berubah 2023 10-20 proyek swasta, 80 persen proyek pemerintah dan BUMN," kata dia.
Sementara itu, Direktur QHSE & Pemasaran WEGE, Yulianto mengatakan, pihaknya telah memiliki perencanaan untuk 2023 dan meyakini industri konstruksi tumbuh cukup bagus. Apalagi salah satu katalis positifnya ada di Ibu Kota Negara (IKN) tidak hanya di PUPR tetapi juga Kementerian atau lembaga lain.
Kedua dari sisi swasta juga sudah melihat ada pergerakan meskipun tidak besar, tapi secara potensi dibandingkan 2-3 tahun terakhir sudah mulai ada pergerakan sehingga itu menjadi sasaran WEGE di bawah 20 persen.
"Jadi kita yakini, bahwa industri kontruksi masih positif dan kita tetapkan juga untuk pertumbuhan 2023 antara 10 sampai 20 persen. Saya yakini bisa kita capai," kata dia.
Advertisement
Target Perseroan
Yulianto mengaku, pihaknya memiliki kekuatan dari sistem manajemen WIKA.
"Di sana ada juga BIM, sumber daya manusia, BLU dari perusahaan yang menjadi kekuatan untuk mencapai hasil yang lebih baik," kata Yulianto.
Tak hanya itu, Ogan menyebutkan, terdapat beberapa pasar yang akan digarap oleh WIKA Gedung.
"Jadi outlooknya, kita melihat beberapa pasar yang akan tetap kita masuk dan pertajamkan. Jadi pasarnya ada di RS, yang memang masih tumbuh dan berpeluang besar untuk industri konstruksi," kata dia.
Kemudian, ada juga pasar pendidikan di mana beberapa universitas yang ada melakukan kegiatan investasi dari konstruksi.
"Kedua di pasar pendidikan. Beberapa universitas yang ada melakukan kegiatan investasi dari konstruksi, sehingga ini akan menjadi proyek sasaran pada 2023 dan ada beberapa BUMN yang sudah memang menargetkan investasi untuk perkantoran baik di Jakarta maupun luar daerah," kata Ogan.
Menurut ia, pasar tersebut masih tumbuh, sehingga tahun depan berpeluang besar.
"Nah ini masih tumbuh tahun depan berpeluang besar dari hasil kalkulasi kita. Terakhir, kita masuk pasar pariwisata. Jadi ini yang masih kita sasar dan yakin bahwa untuk konstruksi masih tumbuh," katanya.
Ia mengatakan, peluang pasarnya masih cukup baik bagi industri konstruksi di tengah kekhawatiran resesi.
"Jadi peluang pasarnya masih cukup baik. Walaupun diketahui bahwa akan terjadi resesi dan sebagainya serta tahun politik, tetapi Indonesia itu tidak pernah mengalami resesi. Jadi kami yakin kami masih mampu bertahan dan eksis terutama di industri konstruksi gedung," ujar dia.