Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu, (22/3/2023). Hal ini seiring investor menantikan keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mengenai suku bunga.
Hal ini seiring bank sentral berusaha menyeimbangkan pertarungan inflasi dan membendung krisis perbankan. Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin kenaikan di Asia Pasifik dengan melonjak 2,32 persen. Indeks Hang Seng teknologi bertambah 2,45 persen. Demikian dikutip dari CNBC, Rabu pekan ini.
Baca Juga
Adapun indeks saham Hang Seng memimpin di wilayah Asia Pasifik yang didorong dari kenaikan sektor saham perawatan kesehatan dan konsumer siklikal. Saham Geely melonjak 7,16 persen. Saham Wuxi Biologics dan Country Garden Holdings masing-masing menguat 4,68 persen dan 5,43 persen.
Advertisement
Indeks Nikkei 225 di Jepang bertambah 1,95 persen dan indeks Topix mendaki 1,94 persen. Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,97 persen, indeks Kospi menanjak 1,1 persen dan indeks Kosdaq melambung 0,82 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai menguat 0,39 persen dan indeks Shenzhen naik 0,67 persen.
Di wall street, tiga indeks acuan utama menguat. Indeks S&P 500 menanjak 1,3 persen ke posisi 4.002,87. Indeks Dow Jones bertambah 0,98 persen dan indeks Nasdaq naik 1,58 persen.
Penutupan Bursa Saham Asia pada 21 Maret 2023
Bursa saham Asia Pasifik melonjak pada perdagangan Selasa, 21 Maret 2023 setelah reli wall street di tengah harapan krisis perbankan dapat mereda. Hal ini setelah UBS mengambil alih Credit Suisse senilai USD 3,2 miliar.
Dikutip dari CNBC, pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal Reserve Amerika Serikat dimulai di Amerika Serikat pada Selasa, 21 Maret 2023. Bank sentral diperkirakan menyetujui kenaikan suku bunga 25 basis poin, menurut pakar di wall street.
Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,82 persen ke posisi 6.955,4, indeks Kospi Korea Selatan bertambah 0,38 persen ke posisi 2.388,35 dan indeks Kosdaq naik tipis ke posisi 802,53. Sedangkan bursa saham Jepang libur.
Indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,45 persen dan indeks Hang Seng teknologi melambung 2,62 persen. Di China, indeks Shanghai naik 0,64 persen ke posisi 3.255,65 dan indeks Shenzhen bertambah 1,6 persen ke posisi 11.427,25.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 21 Maret 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Selasa, 21 Maret 2023. Wall street menanjak seiring pelaku pasar optimistis pada prospek sektor keuangan menyusul jaminan Menteri Keuangan AS Janet Yellen untuk melindungi dari krisis perbankan.
Dikutip dari CNBC, Rabu (22/3/2023), wall street menandai kenaikan pada hari kedua jelang pengumuman the Federal Reserve (the Fed) tentang suku bunga. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 316,02 poin atau 0,98 persen ke posisi 32.560,60. Indeks S&P 500 naik 1,3 persen ke posisi 4.002,87, untuk pertama kali ditutup di atas ambang batas 4.000 sejak 6 Maret. Indeks Nasdaq menanjak 1,58 persen ke posisi 11.860,11.
Saham bank regional melonjak pada perdagangan Selasa pekan ini yang dipimpin First Republic. Saham First Republic melonjak hampir 30 persen setelah melemah 47 persen. The SDPR Regional Banking ETF (KRE) menguat hampir 6 persen. Saham bank regional mendapatkan dorongan setelah Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kalau pemerintah siap memberikan jaminan lebih lanjut dari deposito jika krisis perbankan memburuk.
Wall street melihat ke arah pengumuman Federal Reserve tentang jalur pengetatan kebijakan moneternya pada Rabu sore pekan ini.Investor sekarang mengharapkan kecepatan pengetatan yang lebih lambat dari Federal Reserve seiring krisis perbankan.
Pelaku Pasar Menanti Kebijakan Suku Bunga The Fed
Saat ini pelaku pasar mengharga peluang 86 persen dari kenaikan suku bunga 25 basis poin ketika the Federal Reserve (the Fed) menyelesaikan pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu pekan ini, menurut alat FedWatch CME Group. Probalitas jeda adalah 13,6 persen.
“Jika the Fed menghentikan kenaikan suku bunga, itu sama saja dengan mengakui mereka mengetahui sesuatu yang mungkin tidak diketahui pasar. Saya pikir itu akan menjadi ide yang menghancurkan bagi mereka. Tidak pernah ada argument bagi mereka untuk mundur dari 25 basis poin,” ujar dia.
Ia menambahkan, volatilitas pasar setelah kegagalan Silicon Valley Bank dan kehancuran Credit Suisse adalah reaksi spontan yang sangat alami bagi investor untuk segera pergi ke tempat yang aman.
“Sepertinya proses evaluasi sudah agak tenang, jadi kita bisa melanjutkan dan mengatakan ini adalah insiden yang relatif terisolasi. Sekarang, tentu saja, ini baru retakan pertama,” ujar Grahn.
Ia menuturkan, saat ini berada dalam periode volatilitas yang tinggi. “Saya pikir mudah untuk melupakan seberapa besar volatilitas yang dimiliki baik di sisi saham dan pendapatan tetap,” tutur dia.
Advertisement