Selain Mau Bangkrut, Tupperware Terancam Terdepak dari Bursa New York

Tupperware memperingatkan kelanjutan bisnisnya yang berpeluang bangkrut. Tak hanya terancam bangkrut, Tupperware juga berpotensi delisting dari bursa.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Apr 2023, 15:07 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2023, 12:54 WIB
Produk Tupperware (Foto: Tupperware.com)
Produk Tupperware (Foto: Tupperware.com)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan produk konsumen global, Tupperware memperingatkan bisnisnya berpotensi gulung tikar, hanya tiga tahun setelah merek retro tersebut menikmati lonjakan penjualan karena pandemi COVID-19. Saat itu, lockdown yang terjadi membuat masyarakat mencoba memasak di rumah.

Dikutip dari CBS News, Rabu (12/2/2023), perusahaan yang berbasis di Orlando, Amerika Serikat menyebutkan memiliki keraguan besar tentang kemampuannya untuk melanjutkan kelangsungan usahanya. Hal itu disebutkan dalam siaran pers dan pengajuan sekuritas kepada regulator.

Saham Tupperware anjlok hampir 50 persen pada Senin, 10 April 2023, dan alami penurunan terbesar ke level terendah sepanjang masa. Saham Tupperware ditutup melemah 49,6 persen ke posisi USD 1,22. Namun, saham Tupperware menguat 4,8 persen ke posisi USD 1,3 pada perdagangan Selasa, 11 April 2023.

Saham Tupperware telah anjlok sekitar 84 persen sejak November, saat perusahaan pertama kali mengungkapkan kekhawatiran kemampuannya untuk terus beroperasi.

Mengutip dari Straits Times, investor ketakutan setelah Tupperware mengatakan pekan lalu telah menyewa penasihat keuangan untuk membantu perbaiki struktur permodalan dan memulihkan keraguan mengenai kemampuannya untuk melanjutkan kelangsungan usahanya.

Perusahaan mengalami peningkatan selama dua tahun pertama pandemi COVID-19 dengan harga sahamnya melonjak menjadi USD 37 karena lockdown mendorong penjualan peralatan dapur.

Akan tetapi, telah jatuh pada masa-masa sulit sejak saat itu, dengan perusahaan menyalahkan kendala kas yang disebabkan oleh biaya bunga yang lebih tinggi.

Cari Investor Baru

Produk Tupperware (Foto: Tupperware.com)
Produk Tupperware (Foto: Tupperware.com)

Didirikan pada 1946, Tupperware dan wadah khasnya menciptakan bisnis penyimpanan makanan modern. Tupperware distribusikan produknya di hampir 70 negara, terutama melalui perwakilan independen di seluruh dunia.

Namun, merek berusia 77 tahun itu telah berjuang untuk melepaskan citranya yang kokoh dan menarik pembeli yang lebih muda dalam hadapi persaingan baru, sementara permintaan akan produk rumahan telah turun.

Pada Maret 2023, perusahaan melaporkan kerugian dari operasi yang dilanjutkan sebesar USD 28,4 juta atau sekitar Rp 421,52 miliar (asumsi kurs Rp 14.842 per dolar AS) pada 2022, turun dari periode tahun sebelumnya USD 152,2 juta. Sedangkan penjualan turun 18 persen menjadi USD 1,31 miliar atau sekitar Rp 19,44 triliun.

CEO Tupperware Miguel Fernandez menuturkan, perusahaan sedang mencari calon investor atau mitra untuk bertahan dalam bisnis dan tidak akan memiliki cukup uang tunai untuk mendanai operasi jika gagal melakukannya.

Perusahaan juga mempertimbangkan langkah-langkah pemangkasan biaya termasuk memangkas pekerjaan dan meninjau portofolio real estatenya. Perseroan bekerja sama dengan Moelis&Company dan Kirkland & Ellis untuk jajaki opsi utang jangka panjang hampir USD 700 juta.

Terancam Delisting

Tupperware
NASA X Tupperware. foto: istimewa

Sementara itu, New York Stock Exchange memperingatkan saham Tupperware terancam delisting atau terhapus dari bursa karena tidak mengajukan laporan tahunan yang diwajibkan.

Dalam siaran pers, perseroan menerima pemberitahuan dari New York Stock Exchange (NYSE) yang menyatakan kalau perusahaan tidak mematuhi section 802.01E sebagai akibat dari kegagalan untuk mengajukan formulir 10-K tepat waktu. Adapun laporan 10-k ini disampaikan langsung kepada Securities and Exchange Commision (SEC), dan tidak dirancang untuk investor, demikian mengutip dari berbagai sumber.

Pemberitahuan dari NYSE juga mencatat NYSE dapat memulai proses delisting kapan saja jika dianggap perlu.

Perusahaan saat ini berharap mengajukan formulir 10-K kepada regulator SEC dalam 30 hari ke depan. Akan tetapi,tidak ada jaminan kalau formulir 10-K akan diajukan pada saat itu. Seperti yang diungkapkan perseroan sebelumnya pada 16 Maret 2023 telah mengajukan pemberitahuan keterlambatan pengajuan formulir 12b-25. Perseroan melaporkan membutuhkan tambahan waktu untuk lengkapi formulir 10-K karena beberapa hal terkait dengan akuntansi untuk pajak penghasilan dan sewa.

Terancam Bangkrut

Tupperware
Inspirasi penyajian masakan lebaran dengan Tupperware Gourmet Servers. (Dok. Tupperware)

Tupperware memperingatkan akan segera gulung tikar. Tupperware yang pernah menjadi produk pilihan yang ada di dapur masyarakat Amerika Serikat (AS) memperingatkan mungkin tidak memiliki cukup uang untuk bertahan.

Dikutip dari Fortune, ditulis Rabu (12/4/2023), dalam siaran pers, perusahaan mengatakan ada keraguan besar tentang kemampuannya untuk melanjutkan kelangsungan usahanya dan telah melibatkan penasihat keuangan untuk mengumpulkan dana.

“Tupperware telah memulai perjalanan untuk membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi modal dan likuiditas,” ujar Presiden dan CEO Tupperware Brands, Miguel Fernandez.

Tupperware hadapi kemungkinan delisting karena gagal mengajukan laporan tahunan, demikian disampaikan perseroan. Adapun saham Tupperware telah anjlok 68 persen pada 2023. Tupperware akan mengajukannya dalam 30 hari ke depan. Akan tetapi, Tupperware menyatakan tidak ada jaminan formulir 10-K akan diajukan pada saat itu.

Penjualan Tupperware telah menurun selama bertahun-tahun, karena persaingan dalam bisnis wadah penyimpanan plastic telah meningkat secara dramatis dengan pesaing menawarkan produk dengan harga jauh lebih rendah. Namun, pada 2020, Tupperware melaporkan peningkatan penjualan tahun ke tahun pertamanya sejak 2017.

Tupperware mengatakan sedang bekerja untuk memperbaiki struktur modal dan likuiditas jangka pendek dan telah membawa penasihat untuk membantunya mencari investor atau mitra potensial. Selain itu juga meninjau portofolio real estate untuk potensi suntikan tunai.

“Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami,” ujar Fernandez.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya