Vale Indonesia Cetak Pendapatan Setara Rp 5,39 Triliun pada Kuartal I 2023

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan pendapatan naik 59,49 persen dan laba bersih melonjak 45,10 persen pada kuartal I 2023.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 26 Apr 2023, 21:08 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2023, 21:08 WIB
Vale Indonesia Cetak Pertumbuhan Pendapatan dan Laba pada Kuartal I 2023
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan hingga kuartal I 2023. (Foto: tangkapan layar/laman Vale Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan hingga kuartal I 2023. Pada periode tersebut, Vale Indonesia mencatatkan kenaikan dari sisi pendapatan dan laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (26/4/2023), pendapatan pada Maret 2023 naik 54,49 persen menjadi USD 363,18 juta atau Rp 5,39 triliun (asumsi kurs Rp 14.845 per dolar AS) dari USD 235,08 juta pada kuartal I 2022.

Sementara, beban pokok pendapatan pada periode yang sama naik 60,33 persen menjadi USD 228,24 juta dari periode yang sama sebelumnya USD 142,35 juta. Dengan demikian, laba bruto melesat 45,52 persen menjadi USD 134,93 juta pada akhir Maret 2023 dibanding periode yang sama 2022 sebesar USD 92,72 juta.

Sepanjang kuartal I 2023, perseroan membukukan laba usaha sebesar USD 119,67 juta, naik 37,39 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 87,10 juta.

Laba bersih Vale Indonesia hingga Maret 2023 naik 45,10 persen sebesar USD 98,15 juta atau Rp 1,45 triliun dari USD 67,64 juta pada periode yang sama 2022. 

Aset perseroan sampai dengan Maret 2023 naik menjadi USD 2,79 miliar dari USD 2,65 miliar pada Desember 2022. Liabilitas naik menjadi USD 340,72 juta pada kuartal I 2023 dari tahun sebelumnya USD 303,33 juta. Sementaraa ekuitas hingga Maret 2023 naik menjadi USD 2,45 miliar dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar USD 2,35 miliar.

Saham INCO

Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 26 April 2023, saham INCO stagnan di posisi Rp 6.600 per saham. Saham INCO dibuka melemah 50 poin ke posisi Rp 6.550 per saham. Saham INCO berada di level tertinggi Rp 6.600 dan terendah Rp 6.400 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.049 kali dengan volume perdagangan 96.475 lot saham. Nilai transaksi Rp 62,9 miliar.

 

Produksi Nikel

Nikel
Ilustrasi Nikel

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan kenaikan volume produksi nikel menjadi 16.769 metrik ton nikel dalam matte pada kuartal I 2023. Volume produksi nikel tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Perseroan terus menjaga keandalan operasional Furnace 4 setelah pembangunan kembali rampung tahun lalu. Pada Furnace 2, sebagai bagian dari strategi, kami telah melakukan perbaikan atap secara aman yang dilakukan lebih awal yaitu pada Maret 2023, dan bukan pada kuartal IV 2023," kata CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (22/4/2023). 

Dia bilang, perbaikan pada Furnace 2 sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pemulihan penambangan dengan memaksimalkan armada tambang yang lebih kecil pada proyek bottom ore recovery. Adapun, volume produksi nikel perseroan menjadi 16.769 ton nikel dalam matte pada kuartal I 2023 atau meningkat 4 persen dari kuartal IV 2022 sebesar 16.183 ton.

Sementara itu, secara tahunan volume produksi nikel pada kuartal I 2023 tercatat mengalami peningkatan 21 persen dari 13.827 ton pada kuartal I 2022.

"Produksi pada kuartal I 2023 masing-masing sekitar 4 persen dan 21 persen lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pada kuartal IV 2023 dan kuartal I 2022," kata dia.

Dengan demikian, Vale Indonesia membidik produksi sekitar 70.000 ton pada 2023. "Target kami adalah untuk menghasilkan produksi secara aman dan berkelanjutan pada kisaran 70.000 ton pada 2023," pungkasnya.

 

Vale Indonesia Dilirik Perusahaan Dunia, Ini Tanggapan Manajemen INCO

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan groundbreaking Pembangunan Proyek Pertambangan dan Pengolahan Nikel Rendah Karbon Terintegrasi PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (PT BNSI). (Dok Kemenko perekonomian)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan groundbreaking Pembangunan Proyek Pertambangan dan Pengolahan Nikel Rendah Karbon Terintegrasi PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (PT BNSI). (Dok Kemenko perekonomian)

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dilirik oleh sejumlah perusahaan besar dunia. Salah satunya Volkswagen, hal itu telah diumumkan oleh pemerintah baru-baru ini.

Melansir Yahoo Finance, Volkswagen akan membangun ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia dan akan bermitra dengan penambang Vale, Ford dan produsen mineral baterai Cina Zhejiang Huayou Cobalt.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut, Volkswagen, pembuat mobil terbesar di Eropa, akan bekerja sama dengan Vale Indonesia, Ford, Huayou, penambang Perancis Eramet dan beberapa perusahaan Indonesia seperti Merdeka Gold Copper, perusahaan induk Merdeka Battery, dan perusahaan energi Kalla Group.

Dia bilang, kemitraan tersebut akan terdiri dari usaha patungan dan pasokan bahan baku. "Indonesia adalah negara yang penting dan menarik dalam hal bahan baku dan kami melakukan pertukaran positif dengan pemerintah dan pemasok," kata Volkswagen dalam sebuah pernyataan.

BASF Menyatakan Minat Bangun Pabrik

Sementara itu, Bahlil mengatakan BASF juga telah menyatakan minatnya untuk membangun pabrik yang memproduksi bahan baterai, bermitra dengan Eramet, di Provinsi Maluku Utara, Indonesia, dengan total investasi sekitar USD 2,6 miliar.

Menanggapi hal tersebut, Head of Communications Vale Indonesia Bayu Aji menuturkan, proses keberlanjutan sangat penting bagi Vale Indonesia.

"Menurut saya ini nyambung yang disampaikan Pak Jokowi, bagi Vale yang terpenting bagaimana kita nambang di situ proses keberlanjutan sangat penting kan sayang udah ditambang hasil keluar tapi dampaknya besar. Untuk Vale keberlanjutan adalah faktor utama," kata Bayu dalam Media Gathering, dikutip Selasa (18/4/2023).

Selain itu, ia juga menyebut, banyak perusahaan yang melirik Vale Indonesia dan telah mengunjungi proyek perseroan.

"Melihat itu histori panjang di Sorowako praktik keberlanjutan 54 tahun bisa dilihat di Sorowako makanya banyak mengunjungi ke sana, kalo Pomalaa dan Morowali rencana ke depan kita, belum bisa dilihat masih progressing. Perusahaan kendaraan listrik lainnya melihat praktiknya di Sorowako, cuma Vale ini komtimen prkatik bekerlanjutan di Sorowako akan dibawa ke proyek-proyek lainnya di Pomalaa, Morowali juga, atau di mana lagi juga begitu," kata dia.

 

Investor Singapura Terjun ke Proyek Nikel Vale Indonesia di Pomalaa

Lahan bekas tambang, PT Vale Indonesia
Lahan bekas tambang, PT Vale Indonesia (dok: Athika Rahma)

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) meneken akta perubahan dan pernyataan kembali sehubungan dengan perjanjian kerja sama definitif dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd.

Mengutip keterbukaan informasi, Selasa (28/2/2023), Vale Indonesia juga menandatangani perjanjian usaha patungan dan perjanjian pengambilan bagian saham dengan Huaqi (Singapore) Pte. Ltd. dan PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI).

Kedua penandatanganan tersebut dilakukan pada 27 Februari 2023. Hal itu dilakukan sehubungan dengan rencana penyertaan modal Huaqi  (Singapore) Pte. Ltd. di KNI. Dengan demikian, Vale Indonesia akan mendapatkan investor baru dalam mengembangkan industri nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Adapun, penandatanganan tersebut tidak memberikan dampak informasi atau fakta material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha emiten.

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menandatangani Perjanjian Kerjasama Definitif bersama Zhejiang HuayouB20 Cobalt Co., Ltd (Huayou) pada Minggu, 13 November 2022 untuk memproses bijih nikel PT Vale dari Blok Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara, sebuah tonggak penting sebagai bagian dari rangkaian proyek.

Perjanjian ini, yang ditandatangani pada Minggu bersamaan dengan acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) B20/G20 di Nusa Dua, Bali, merupakan bagian dari komitmen PT Vale untuk membangun portofolio proyek kelas dunia dan memperkuat penambangan berkelanjutan generasi berikutnya di Indonesia.

"Proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) Blok Pomalaa adalah landasan agenda pengembangan berkelanjutan PT Vale yang akan memperkuat pembangunan ekonomi dan sosial di tingkat lokal dan nasional menuju masa depan,” ujar CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy dikutip dari keterangan tertulis dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (14/11/2022).

 

 

Kinerja Keuangan 2022

Konsisten Good Mining Practice, MIND ID Dukung Perubahan Status Vale Indonesia
Ilustrasi pertambangan.

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar USD 1,18 miliar atau sekitar Rp 17,93 triliun (kurs Rp 15.206 per USD). Raihan itu naik 23,74 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD 958,17 juta.

Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi USD 865,89 juta dari USD 704,32 juta pada Desember 2021. Meski begitu, laba kotor perseroan masih mengalami pertumbuhan sebesar 26,01 persen yoy menjadi USD 313,57 juta pada Desember 2022.

Melansir laporan keuangan perseroan, Jumat (17/2/2023), sepanjang tahun lalu PT Vale Indonesia Tbk mencatatkan beban usaha sebesar USD 19,73 juta, pendapatan lainnya USD 1,29 juta, dan beban lainya USD 23,09 juta. Dari rincian itu, diperoleh laba usaha sebesar USD 272,03 juta, naik 21,97 persen yoy. Pada periode yang sama, pendapatan keuangan tercatat sebesar USD 10,69 juta dengan biaya keuangan USD 6,9 juta.

Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mengukuhkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 200,4 juta atau sekitar 3,05 triliun. Laba ini naik 20,87 persen dibanding posisi akhir 2021 sebesar USD 165,8 juta.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan Desember 2022 tercatat sebesar USD 2,66 miliar, naik dibanding posisi tahun sebelumnya sebesar USD 2,47 miliar. Terdiri dari aset lancar senilai USD 989,8 juta dan aset tidak lancar USD 1,67 miliar.

Liabilitas hingga Desember 2022 turun menjadi USD 303,34 juta dari USD 318,37 juta pada Desember 2021. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar USD 175,04 juta dan liabilitas jangka panjang USD 128,3 juta. Sementara ekuitas hingga akhir tahun lalu naik menjadi USD 2,35 miliar dibanding Desember 2021 sebesar USD 2,15 miliar.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya