Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok penggemar KPop yang tergabung dalam platform daring penggemar KPOP4PLANET dan ARMY (penggemar BTS di Indonesia) menulis surat terbuka ke perusahaan otomotif Korea Selatan, Hyundai. Mereka meminta Hyundai mundur dari perjanjian terbaru dengan Adaro dalam membangun PLTU batu bara sebesar 1,1 GW di Kalimantan Utara.
Rencananya, PLTU tersebut menjadi sumber daya operasional smelter aluminium yang digarap PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
Baca Juga
“Karena itu surat terbuka dan tidak direct ke kita, jadi kita tetap jalankan bisnis seperti biasa. Tapi faktanya Adaro tidak greenwashing. Kita sudah bilang dari awal kalau smelter akan transisi dari bahan bakar batu bara ke energi hijau secara bertahap,” kata Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk (ADRO) selaku induk Adaro Minerals, Febriati Nadira kepada wartawan, Rabu (10/5/2023).
Advertisement
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Adaro Minerals Tbk, Christian Ariano Rachmat menegaskan komitmen perseroan untuk melakukan transisi menuju energi hijau. Pernyataan ini sekaligus menanggapi laporan Financial Times yang menyebutkan Adaro melakukan praktek greenwashing.
Sederhananya, greenwashing dapat dimaknai sebagai suatu strategi pemasaran dan komunikasi suatu perusahaan untuk memberikan citra yang ramah lingkungan, baik dari segi produk, nilai, maupun tujuan perusahaan tanpa benar-benar melakukan kegiatan yang berdampak bagi kelestarian lingkungan.
"Kita mau bilang bahwa kita bukan greenwashing. Jelas-jelas kita bilang smelter aluminium ini akan dibangun pembangkitnya dari batu bara. Kenapa dari batu bara? karena hydro-nya baru jadi pada 2030. Jadi kita perlu transisi… Kita bukan enggak mau green, kita mau green tapi semua ada prosesnya,” ujar Ariano.
Surat Terbuka ARMY
Surat terbuka yang dilayangkan ARMY lantaran BTS diketahui menjadi brand ambassador mobil listrik Ioniq EV milik Hyundai yang mengusung kampanye KPOP4PLANET Hyundai, merepresentasikan kendaraan ramah lingkungan. Hyundai sendiri berencana menggunakan alumunium dari smelter Adaro untuk produksi mobilnya.
Di mana mereka menyatakan smelter tersebut hijau lantaran akan ditenagai oleh PLTA dari sungai Kayan. Namun, dari perencanaan dan jadwal proyeknya, PLTA tersebut baru akan tersedia pada 2030. Sementara pada tahap pertama, smelter itu akan bergantung pada pemasok listrik berbahan batu bara.
“Hyundai adalah salah satu merek yang kita pikirkan ketika mendengar kalimat kendaraan ramah lingkungan. Terutama setelah idola kami menjadi representasi dan secara aktif membicarakan merek tersebut. Itulah mengapa kami mendorong Hyundai untuk menjalankan prinsip mereka dan mundur dari proyek yang tidak hanya membahayakan lingkungan, tetapi juga merugikan masyarakat lokal," ujar aktivis KPOP4PLANET yang mengkoordinir kampanye di Indonesia, Nurul Sarifa dalam pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.
Saat ini, aktivitas pra konstruksi untuk proyek smelter aluminium telah dimulai, dengan estimasi Commercial Operation Date (COD) tahap pertama dengan kapasitas 500.000 ton akan dicapai pada 2025.
Advertisement
Adaro Minerals Optimistis Rampungkan Pendanaan Smelter Kaltara pada Kuartal II 2023
Sebelumnya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), anak usaha Adaro Energy (ADRO) dikabarkan sempat mengalami kesulitan menggalang dana USD 2 miliar dari pinjaman bank untuk proyek smelter aluminium di Kalimantan Utara (Kaltara). Hal itu menyusul protes yang diajukan oleh kelompok pemerhati lingkungan yang menuding perusahaan dan mitranya, Hyundai Korea Selatan, melakukan greenwashing.
Namun, Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Wito Krisnahadi optimistis dapat menyelesaikan kebutuhan pembiayaan tersebut maksimal pada kuartal II 2023.
"Saat ini kita lagi pembicaraan final dengan beberapa bank. Jadi seharusnya sebelum kuartal II berakhir sudah sign dan selesai," kata Wito dalam konferensi pers RUPST di Hotel St Regis Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Sayangnya, manajemen perseroan belum bisa membeberkan pihak yang akan berpartisipasi dalam pendanaan smelter tersebut.
Melansir laporan Financial Times (FT), bank-bank global yang sebelumnya memberikan pinjaman kepada grup Adaro, termasuk DBS Singapura mengatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam pembiayaan proyek smelter tersebut. Seseorang yang mengetahui situasi tersebut mengatakan Standard Chartered Inggris, yang terus bekerja sama dengan Adaro, juga tidak berpartisipasi.
“Adaro membahas pembiayaan dengan kami, tetapi kami telah berjanji untuk berhenti mendanai bisnis yang terkait dengan batu bara. [Proyek ini] termasuk dalam kategori itu,” kata seorang eksekutif di salah satu bank global yang tidak ingin disebutkan namanya. DBS dan bank lain telah berjanji untuk menghentikan pendanaan induk Adaro Energy sebagai bagian dari komitmen perubahan iklim.
Di sisi lain, Adaro juga telah mendekati bank-bank Eropa BNP Paribas, ING dan Commerzbank untuk pinjaman, menurut dua orang yang mengetahui situasi tersebut. Namun semua bank menolak berkomentar.
Absen Tebar Dividen
Sebelumnya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2022 pada Rabu, 10 Mei 2023. Pada rapat tersebut, pemegang saham menyetujui penggunaan laba bersih tahun buku 2022 untuk cadangan, dan tidak ada yang dialokasikan untuk dividen.
"Pada agenda kedua, para pemegang saham menyetujui penetapan penggunaan laba bersih perusahaan untuk tahun buku 2022 sebesar USD 336 juta, untuk digunakan sebagai dana cadangan wajib sejumlah USD 3,36 juta demi memenuhi ketentuan pasal 70 Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Sisanya sejumlah USD 332 juta akan dialokasikan sebagai laba ditahan," mengutip hasil RUPS Adaro Minerals Indonesia, Rabu (10/5/2023).
Pasar yang solid dan kondisi harga yang positif pada tahun 2022 memungkinkan perusahaan untuk mempercepat investasi pada bisnis mineral dan pengolahan mineral untuk menangkap peluang ekonomi hijau dan mendukung inisiatif pemerintah untuk mengembangkan industri hilir dan pengolahan untuk mineral di Indonesia.
"Laba 2022 kita alokasikan prioritas untuk pengembangan perusahaan dan kebutuhan dana untuk belanja modal. Juga mempertimbangkan struktur kas. Dengan mempertimbangkan faktor tersebut kita menganggap untuk laba tahun lalu kita tahan," kata Direktur Adaro Minerals Heri Gunawan dalam konferensi pers RUPST di Hotel St Regis Jakarta.
Selain penggunaan laba bersih 2022, para pemegang saham menerima dan menyetujui realisasi penggunaan dana perolehan dari penawaran perdana (IPO) Adaro Minerals Indonesia.
Sesuai prospektus, perolehan dari IPO ADMR, setelah dikurangi biaya IPO, digunakan untuk membayar sebagian pinjaman antar perusahaan kepada PT Adaro Energy Indonesia Tbk, dan untuk belanja modal perusahaan anak ADMR.
Per 31 Desember 2022, ADMR telah menggunakan Rp296 miliar untuk membayar sebagian pinjaman kepada PT Adaro Energy Indonesia Tbk. Sisa saldo sebesar sekitar Rp 343 miliar ditempatkan di rekening giro dan deposito di bank pihak ketiga dengan suku bunga 0,05 persen sampai 2,75 persen untuk rekening giro dan 4 persen untuk deposito.
Advertisement