Wall Street Loyo, Indeks Dow Jones Hentikan Reli Imbas Aksi Ambil Untung Investor

Wall street atau bursa saham Amerika Serikat (AS) kompak melemah. Indeks Dow Jones catat koreksi terbesar didorong saham Honeywell.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Jul 2023, 06:57 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2023, 06:57 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Kamis, 27 Juli 2023. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Kamis, 27 Juli 2023. Indeks Dow Jones pun akhirnya kehabisan tenaga pada perdagangan Kamis pekan ini seiring investor realisasikan keuntungan setelah indeks Dow Jones alami kenaikan 13 kali beruntun.

Dikutip dari CNBC, Jumat (28/7/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 237,40 poin atau 0,67 persen ke posisi 35.282,72. Indeks Dow Jones tertekan seiring koreksi saham Honeywell dan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun yang naik di atas 4 persen juga tidak bantu sentimen.

Adapun jika indeks Dow Jones mencatat lagi kenaikan pada perdagangan Kamis pekan ini akan membuat indeks cetak rekor kenaikan terpanjang sejak 1897.

Sementara itu, indeks S&P 500 susut 0,64 persen menjadi 4.537,41. Indeks tersebut sempat sentuh 4.600 untuk pertama kali sejak Maret 2022 pada perdagangan Kamis siang. Sementara itu, indeks Nasdaq terpangkas 0,55 persen menjadi 14.050,11 seiring investor realisasikan keuntungan di saham teknologi antara lain Microsoft dan Apple.

Kenaikan beruntun indeks Dow Jones didorong oleh tanda-tanda ekonomi akan terhindar dari resesi, penurunan data inflasi dan laba perusahaan yang tangguh. Hal itu didapatkan pelaku pasar di wall street pada Kamis pekan ini.

Saham Meta naik 4,4 persen seiring kinerja keuangan yang lebih baik dari perkiraan dan panduan yang kuat. Kinerja keuangan Meta didorong pertumbuhan pendapatan iklan.

Di sisi lain, pembacaan produk domestik bruto (PDB) menunjukkan kenaikan 2,4 persen pada kuartal II, yang lebih baik dari kenaikan 2 persen yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei Dow Jones.

Laporan PDB juga menilai tekanan harga mereda dengan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi naik 2,6 persen pada kuartal II. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi tersebut lebih rendah dari kenaikan 3,2 persen yang diprediksi ekonom dan lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4,1 persen.

Pada pekan ini, indeks Dow Jones terus menguat bahkan saat the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 22 tahun pada Rabu pekan ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menanti Pertemuan the Fed pada September

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Investor merespons kenaikan suku bunga dengan tenang seiring ketua the Fed Jerome Powell menuturkan, setelah keputusan bank sentral dapat menaikkan suku bunga lagi dan mempertahankannya stabil pada level ini tergantung pada data.

Bank sentral bertemu lagi pada September, dan pelaku pasar bertaruh data yang akan datang akan sebabkan the Fed mundur.

“Suku bunga tinggi membuat saya takut dan pasar awal tahun tampaknya tidak memiliki efek negatif sebanyak yang saya takutkan,” ujar Jeremy Siegel dari Wharton School.

Akan tetapi, momentum itu tampaknya sudah selesai pada perdagangan Kamis pekan ini. Saham Honeywell terpangkas lebih dari 5 persen setelah melawan tren hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan dengan pendapatan lebih ringan dari yang diinginkan wall street.

Adapun indeks Dow Jones mencatat kenaikan selama 13 kali berturut-turut dan terbaik sejak 1987. Pada perdagangan Kamis bisa jadi hari bersejarah seiring rekor yang tidak terlihat sejak 126 tahun lalu. Saat itu, Dow Jones hanya mencatatkan 12 saham dan berkembang menjadi 30 saham pada 1928.


Penutupan Wall Street pada 26 Juli 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 26 Juli 2023. Indeks Dow Jones membukukan kemenangan beruntun terbaik sejak 1987 seiring pelaku pasar mencerna setelah bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga dan rilis laporan keuangan perusahaan besar.

Dikutip dari CNBC, Kamis (27/7/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 82,05 poin atau 0,23 persen ke posisi 35.520,12. Indeks Dow Jones memperpanjang reli dalam 13 hari, kenaikan yang belum dicapai sejak Januari 1987.

Jika indeks Dow Jones naik selama 14 hari berturut-turut pada Kamis pekan ini, akan menyamai rekor terpanjang yang pernah terjadi sejak Juni 1897. Itu satu tahun setelah Dow Jones hadir pada Mei 1896.

Sementara itu, indeks S&P 500 merosot 0,02 persen ke posisi 4.566,75. Indeks Nasdaq tergelincir 0,12 persen ke posisi 14.127,28 di wall street.

Di sisi lain, the Fed kerek suku bunga ke level tertinggi selama lebih dari 22 tahun setelah menaikkan suku bunga 0,25 persen. Namun, imbal hasil obligasi pemerintah AS atau treasury susut setelah ketua the Fed Jerome Powell menyarankan bank sentral dapat berhenti menaikkan suku bunga.

“Saya akan mengatakan sangat mungkin bahwa kami akan menaikkan bunga lagi pada pertemuan September jika datanya benar. Dan saya juga akan mengatakan mungkin kami akan memilih untuk tetap stabil dan kami akan membuat penilaian yang cermat, seperti yang saya katakan, pertemuan demi pertemuan,” ujar Powell.

The Fed akan kembali memutuskan kebijakan suku bunga pada 20 September 2022. Saham bank termasuk Wells Fargo menguat setelah komentar itu karena pelaku pasar bertaruh ekonomi dapat menghindari resesi  jika the Fed tetap bertahan.

Namun, penekanan Powell kalau bank sentral akan bergantung pada data membuat pelaku pasar bingung tentang langkah bank sentral selanjutnya dan agak membebani sentimen pasar.

 


Sektor Saham di Wall Street

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Selain itu, saham induk usaha Google Alphabet naik 5,8 persen seiring pertumbuhan pendapatan cloud membantu mendorong perusahaan terhadap kinerja perusahaan kuartalan yang lebih baik dari perkiraan.

Saham Boeing naik 8,7 persen setelah melaporkan penurunan kuartal II di tengah kenaikan pengiriman pesawat komersial. Namun, tidak semua berita laporan keuangan perusahaan positif. Saham Microsoft merosot 3,7 persen setelah melaporkan pertumbuhan pendapatan cloud yang melambat.

Semua 11 sektor saham di S&P 500 bersiap membukukan kenaikan bulanan pada Juli 2023. Saham-saham energi dan keuangan telah memimpin sektor tersebut lebih tinggi dengan masing-masing naik lebih dari  5 persen pada Juli.

Sektor saham consumer dan teknologi informasi menguat terbatas pada Juli seiring dua sektor saham itu naik kurang dari 1 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya