Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) meyakini layanan kesehatan akan menjadi sektor yang potensial secara jangka panjang. Ini mengingat Indonesia memiliki populasi yang besar, yaitu 270-280 juta penduduk, sehingga membutuhkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro menuturkan, layanan dan akses kesehatan di Indonesia masih memiliki kekurangan, terutama jika dibandingkan dengan negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia.
Baca Juga
Lantas, salah satu portofolio Astra, yakni Halodoc dianggap sebagai sebuah platform yang memberikan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia lantaran memiliki sistem digital yang sangat membantu.
Advertisement
"Dengan potensi demografi maupun potensi pertumbuhan yang ada di Indonesia, kami melihat bahwa layanan kesehatan menjadi sektor yang potensial secara jangka panjang," ujar dia dalam keterbukaan informasi, ditulis Selasa (21/11/2023).
Dengan demikian, Astra International memiliki aspirasi untuk terlibat ke sektor layanan kesehatan. Namun, untuk saat ini Astra masih berada pada tahap yang sangat awal, sehingga perusahaan tersebut juga banyak belajar dari investasi-investasinya.
"Oleh karena itu, kami memutuskan untuk investasi di Halodoc, dan tahun ini kami menambah investasi sejumlah USD 100 juta di sana," kata dia.
Dengan investasi tersebut, Astra tentu ingin berkontribusi dalam mempercepat perkembangan Halodoc. Berbekal ekosistem Astra yang besar, jumlah karyawan yang melimpah, dan jumlah titik value chain yang potensial, terdapat berbagai potensi yang bisa dioptimalkan Astra melalui sinergi dengan Halodoc.
"Beberapa sinergi sudah mulai kami lakukan, walaupun masih perlu penyesuaian secara bertahap," tandasnya.
Astra International Prediksi Data Center Beroperasi pada Akhir 2024
Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) memproyeksikan data center beroperasi secara komersial pada akhir 2024 atau awal 2025.
Direktur Astra International Santosa menuturkan, pihaknya sedang membangun data center tahap satu dengan total luasan sekitar 5.300 m2 dan bisa memiliki 1.600 kabinet. Alhasil, data center tersebut bisa digunakan untuk melayani perusahaan-perusahaan multinasional maupun domestik di Indonesia.
“Kami harap topping off dapat dilakukan sebelum akhir tahun ini dan commercial operation dapat dimulai pada akhir 2024 atau awal 2025,” kata Santosa dalam keterbukaan informasi, ditulis Selasa (21/11/2023).
Sebelumnya, Equinix (Nasdaq: EQIX), perusahaan digital infrastruktur dunia dan PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan pembentukan usaha patungan untuk mengembangkan infrastruktur digital di Indonesia yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam negeri dan multinasional dalam mempercepat transformasi digitalnya.
Equinix dan Astra membentuk perusahaan patungan tersebut dengan kepemilikan modal saham 75 persen Equinix dan 25 persen Astra.
Dengan menggabungkan keahlian infrastruktur digital berskala global yang dimiliki Equinix dan pengalaman luas Astra International di Indonesia, perusahaan patungan ini akan membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mengembangkan kapabilitas digital mereka dan memanfaatkan teknologi baru, seperti hybrid multicloud, 5G, internet of things (IoT), kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan lainnya.
Presiden Equinix Asia Pacific Jeremy Deutsch mengatakan, pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk mempercepat transformasi digital di seluruh Indonesia.
Perusahaan patungan dengan Astra ini memanfaatkan potensi digital yang terus meningkat dan mencerminkan keberlanjutan komitmen Equinix dalam melayani masyarakat Indonesia dengan kapasitas skala besar untuk memenuhi kebutuhan komputasi, penyimpanan, dan edge data center.
Advertisement
Buka Peluang Baru
Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) memproyeksikan data center beroperasi secara komersial pada akhir 2024 atau awal 2025.
Direktur Astra International Santosa menuturkan, pihaknya sedang membangun data center tahap satu dengan total luasan sekitar 5.300 m2 dan bisa memiliki 1.600 kabinet. Alhasil, data center tersebut bisa digunakan untuk melayani perusahaan-perusahaan multinasional maupun domestik di Indonesia.
“Kami harap topping off dapat dilakukan sebelum akhir tahun ini dan commercial operation dapat dimulai pada akhir 2024 atau awal 2025,” kata Santosa dalam keterbukaan informasi, ditulis Selasa (21/11/2023).
Sebelumnya, Equinix (Nasdaq: EQIX), perusahaan digital infrastruktur dunia dan PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan pembentukan usaha patungan untuk mengembangkan infrastruktur digital di Indonesia yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam negeri dan multinasional dalam mempercepat transformasi digitalnya.
Equinix dan Astra membentuk perusahaan patungan tersebut dengan kepemilikan modal saham 75 persen Equinix dan 25 persen Astra.
Dengan menggabungkan keahlian infrastruktur digital berskala global yang dimiliki Equinix dan pengalaman luas Astra International di Indonesia, perusahaan patungan ini akan membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mengembangkan kapabilitas digital mereka dan memanfaatkan teknologi baru, seperti hybrid multicloud, 5G, internet of things (IoT), kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan lainnya.
Presiden Equinix Asia Pacific Jeremy Deutsch mengatakan, pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk mempercepat transformasi digital di seluruh Indonesia.
Perusahaan patungan dengan Astra ini memanfaatkan potensi digital yang terus meningkat dan mencerminkan keberlanjutan komitmen Equinix dalam melayani masyarakat Indonesia dengan kapasitas skala besar untuk memenuhi kebutuhan komputasi, penyimpanan, dan edge data center.
Teknologi Inovatif
Adapun, JK1 akan memasukkan konsep sustainability ke dalam desainnya dengan memanfaatkan teknologi inovatif seperti cooling array Equinix untuk mendukung target komersial dan lingkungan perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Equinix adalah perusahaan pertama di industri data center yang menetapkan target 100 persen energi terbarukan dan berkomitmen untuk mencapai netralitas iklim pada 2030, didukung oleh short-term science-based targets yang telah disetujui. Hal ini sejalan dengan Astra 2030 Sustainability Aspirations.
Indonesia diharapkan dapat menjadi pasar colocation ASEAN terbesar pada 2027 seiring dengan permintaan ritel yang signifikan untuk colocation, ditambah dengan meningkatnya aktivitas hyperscale. Pasar colocation Indonesia diperkirakan bernilai USD 1,2 miliar pada 2027.
Selain itu, penyedia layanan cloud besar seperti Google Cloud, Amazon Web Services, Microsoft Azure dan Alibaba Cloud telah mengumumkan peluncuran cloud regions di Indonesia. Indonesia diperkirakan akan menjadi pasar cloud publik terbesar kedua di Asia Tenggara. Usaha patungan Equinix dan Astra memiliki posisi yang baik untuk menangkap pertumbuhan pasar yang sangat potensial ini.
Advertisement
Jangkauan Equinix
Saat ini, global footprint Platform Equinix® menjangkau lebih dari 245 data center di 71 pusat bisnis dan 32 negara, menyediakan infrastruktur digital untuk lebih dari 10.000 pelaku bisnis terkemuka dunia, termasuk lebih dari 50 persen perusahaan yang terdapat dalam daftar Fortune 500.
Di Asia Pasifik, Equinix saat ini memiliki 51 data center yang berlokasi di pusat bisnis utama di Australia, Cina, Hong Kong, India, Jepang, Korea, dan Singapura.
Sementara itu, Astra dengan pengetahuan mendalam mengenai pasar Indonesia dan pengalamannya yang luas di berbagai sektor di Indonesia akan dapat mendukung perusahaan patungan ini dalam mengembangkan potensi pasar data center Indonesia.