Liputan6.com, Jakarta - Emiten nikel milik Grup Harita, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) memberikan bocoran soal pembagian dividen pada 2024.
Investor Relations Trimegah Bangun Persada Lukito Gozali mengungkapkan, dividen yang diberikan kepada pemegang saham akan sesuai dengan pedoman pembagian dividen yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Alhasil, jika mengacu pada pedoman saat ini besaran dividen yang diberikan sebesar 30% dari laba bersih.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, Harita Nickel telah membagikan dividen tunai sebesar 30% dari total laba bersih tahun 2022 atau sekitar Rp 1,4 triliun.
Advertisement
"RUPS Tahun ini pun kita bagikan dividen 30 persen, itu (pedoman) ada di prospektus kita, angkanya di 30 persen secara guideline belum berubah," kata dia dalam acara Indonesia Investment Education, Sabtu (8/12/2023).
Ia melanjutkan, pembagian keuntungan berupa dividen tersebut akan dibagikan kepada pemegang saham saat Perseroan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Hingga akhir kuartal III 2023, PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau disebut Harita Nickel mencatat penjualan Rp 17,3 triliun. Penjualan tersebut melonjak 135 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 7,4 triliun.
Seiring kenaikan penjualan tersebut, perseroan membukukan laba bersih ke pemilik entitas induk tumbuh 24 persen menjadi Rp 4,5 triliun hingga akhir kuartal III 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,6 triliun.
Perseroan mencatat laba kotor Rp 6,1 triliun hingga September 2023. Laba kotor itu naik 63 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,8 triliun.
Aset Perseroan
Laba usaha bertambah 59 persen menjadi Rp 5,4 triliun hingga akhir kuartal III 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,4 triliun. Laba periode berjalan meningkat 60 persen menjadi Rp 5,7 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,5 triliun.
Perseroan mencatat laba per saham dasar naik menjadi Rp 74,35 hingga kuartal III 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 65,43.
Ekuitas perseroan naik menjadi Rp 27,17 triliun hingga akhir September 2023 dari Desember 2022 sebesar Rp 14,2 triliun.
Total liabilitas turun menjadi Rp 17,91 triliun akhir kuartal III 2023 dari Desember 2022 Rp 20,3 triliun.
Aset perseroan tercatat naik menjadi Rp 45,08 triliun hingga akhir September 2023 dari akhir 2022 Rp 34,6 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 5,2 triliun hingga akhir September 2023 dari Desember 2022 Rp 1,2 triliun.
Advertisement
Trimegah Bangun Persada Buka Peluang Ekspor Nikel ke Jepang dan Korea Selatan
Sebelumnya diberitakan, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel membuka peluang ekspor nikel ke Jepang dan Korea Selatan. Sebelumnya, Perseroan telah melakukan ekspor ke negara produsen baterai kendaraan listrik, yakni China.
Presiden Direktur Trimegah Bangun Persada, Roy A. Arfandy menegaskan, perseroan melakukan ekspor terhadap semua produsen yang memproduksi baterai mobil listrik.
"Tidak hanya ke China, tapi terutama memang banyak pembuatan baterai modal listrik itu berada di China juga kebanyakan ekspor kami itu ke negara China,” kata Roy dalam acara OCBC Experience Supporting Indonesia to The Global Stage di The Ritz-Carlton Jakarta, pada Selasa (14/11/2023).
Dengan demikian, Harita Nickel tidak menutup kesempatan untuk melakukan ekspor nikel ke Jepang dan Korea. Selain China, rupanya Perseroan juga pernah melakukan ekspor nikel ke India.
Ia melanjutkan, saat ini nikel bukan hanya dimanfaatkan sebagai stainless steel. Akan tetapi, nikel ini bisa digunakan sebagai bahan pembuatan baterai kendaraan listrik.
"Jadi nikel itu memang sangat bermanfaat dan banyak dipakai di kebutuhan-kebutuhan yang sangat luas,” kata dia.
Di sisi lain, ia menuturkan, dalam rangka memperkuat bisnisnya, Perseroan terus mengembangkan jaringan dengan bank global. Sehingga, Perseroan bisa melakukan transaksi dagang dengan luar negeri atau negara lain yang prospektif.
Jadi Pendatang Baru di BEI
Sebelumnya diberitakan, PT Trimegah Bangun Persada Tbk, bergerak di bidang usaha pertambangan bijih nikel akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (12/4/2023). Trimegah Bangun Persada mencatatkan saham perdana sebagai perusahaan tercatat ke-31 di BEI pada 2023.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Trimegah Bangun Persada mencatatkan saham perdana dengan kode saham NCKL.
Perseroan mencatatkan saham di papan utama dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik (termasuk Employee Stock Allocation) 7.997.600.000 atau 7,99 miliar saham. Lalu, emiten dengan kode saham NCKL akan mencatatkan saham sejumlah 63.098.600.000 atau 63,09 miliar saham.
Adapun, harga penawaran saham Rp 1.250 per saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dengan demikian, Trimegah Bangun Persada meraup dana segar Rp 9,99 triliun
Dalam rangka IPO, Trimegah Bangun Persada menunjuk PT BNP Paribas Sekuritas Indonesia, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT OCBC Sekuritas Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Sekuritas ditunjuk sebagai penjamin emisi efek.
Sementara itu, dana yang diperoleh dari penawaran umum perdana saham ini setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan dialokasikan sekitar 8,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Harita Jayaraya. Sekitar 9,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Dwimuria Investama Andalan.
Selain itu, sekitar 23,6 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada Oversea-Chinese Banking Corporation Limited (OCBC) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC NISP). Lalu, sekitar 1,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang outstanding Fasilitas Term Loan 1 dan Fasilitas Term Loan 3 kepada OCBC NISP.
Kemudian, sekitar 3,3 persen akan digunakan oleh perseroan untuk belanja modal (capital expenditure). Sekitar 50,4 persen untuk keperluan entitas anak dan entitas asosiasi yang akan disalurkan melalui setoran modal dan pinjaman. Sisanya sekitar 3,5 persen akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja (working capital).
Advertisement