Wall Street Perkasa, Indeks Dow Jones Cetak Rekor Usai The Fed Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga

The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mengisyaratkan menurunkan suku bunga beberapa kali pada 2024 memberi angin segar ke wall street. Indeks Dow Jones pimpin penguatan di wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Des 2023, 07:08 WIB
Diterbitkan 14 Des 2023, 07:08 WIB
Wall Street Perkasa, Indeks Dow Jones Cetak Rekor Usai The Fed Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat signifikan pada perdagangan Rabu, 13 Desember 2023. (Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat signifikan pada perdagangan Rabu, 13 Desember 2023. Indeks Dow Jones melonjak hingga sentuh rekor tertinggi pada perdagangan Rabu pekan ini.

Hal ini terjadi setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mengisyaratkan menurunkan suku bunga beberapa kali pada 2024 sehingga memuaskan investor yang berharap bank sentral AS pada akhirnya akan mulai mengakui tren perlambatan inflasi dengan sikap moneter yang tidak terlalu agresif.

Mengutip CNBC, Kamis (!4/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 512,30 poin atau 1,4 persen ke posisi 37.090,24. Hal ini  menandai pertama kalinya indeks acuan ditutup di atas angka 37.000, melampaui rekor sebelumnya yang dibuat pada Januari 2022.

Pada sesi tertingginya, indeks Dow Jones menyentuh 37.094,85. Indeks S&P 500 menguat 1,37 persen ke posisi 4.707,09 melewati level 4.700 untuk pertama kalinya sejak Januari 2022. Sedangkan indeks Nasdaq mendaki 1,38 persen ke possi 14.733,96. Tiga indeks saham acuan tersebut menyentuh level tertinggi dalam 52 minggu.

Bank sentral AS mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25 persen-5,5 persen seperti yang diharapkan. Namun, hal yang lebih penting adalah bank sentral tersebut prediksi tiga kali penurunan suku bunga pada 2024 yang lebih besar dari yang ditunjukkan sebelumnya.

Investor makin berharap agar the Fed memberikan sinyal lebih jelas mereka akan mulai menurunkan suku bunga tahun depan seiring dengan pelonggaran data inflasi baru-baru ini.

Pernyataan pertemuan the Fed mengakui inflasi “telah mereda” selama setahun terakhir dan bank sentral resmi menurunkan prediksi inflasi 2024 dengan tingkat suku bunga turun 2,4 persen dari 2,6 persen.

“The Fed telah memberikan pasar hadiah liburan awal hari ini ketika akhirnya untuk pertama kalinya mereka berkomentar positif mengenai inflasi,” ujar Presiden Bolvin Wealth Management, Gina Bolvin.

Ia menuturkan, tampaknya the Fed bergerak ke arah pasar, bukan pasar yang bergerak ke arah the Fed. “Reli sinterklas mungkin akan terus berlanjut,” ujar dia.

 

Kinerja Indeks Saham

Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)
Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

Indeks Dow Jones mundur dari level rekor sebelumnya pada awal 2022 karena the Fed mulai kampanye pengetatan kebijakannya untuk menangkis inflasi. Tahun lalu, indeks Dow Jones merosot 8,8 persen, penurunan tahunan terbesar sejak 2008.

Namun, sejak awal kuartal IV, indeks Dow Jones telah melonjak lebih dari 10 persen seiring dengan tumbuhnya harapan akan kebijakan yang lebih mudah.

Kenaikan indeks saham acuan pada Rabu pekan ini membawa kenaikan indeks Dow Jones year to date menjadi 11,9 persen. Pasar yang lebih luas telah memperoleh keuntungan lebih besar dengan indeks S&P 500 mendaki 22,6 persen pada 2023. Indeks Nasdaq bertambah 40,8 persen.

Pasar mendapat data inflasi yang lebih menggembirakan pada perdagangan Senin sebelumnya dengan indeks harga produsen tidak berubah pada November 2023. Hal ini menyusul rilis indeks harga konsumen pada Selasa pekan ini yang menunjukkan harga melambat ke tingkat tahunan 3,1 persen pada bulan lalu.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun yang menjadi acuan suku bunga hipotek dan pinjaman lainnya turun menjadi 4,03 persen setelah rilis perkiraan suku bunga the Fed yang merupakan level terendah sejak Agustus 2023.

Sektor Saham

Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))
Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))

Saham Bank of America dan Wells Fargo mendapat keuntungan jika the Fed mengatur apa yang disebut soft landing. Dua saham tersebut masing-masing melonjak 4 persen dan hampir 3 persen pada Rabu pekan ini.

Di sisi lain, penjualan Home Depot mendorong kebangkitan pasar perumahan, saham naik 3 persen.

Seluruh 11 sektor saham menguat pada perdagangan Rabu pekan ini. Terutama sektor teknologi yang mencatat rekor tertinggi sepanjang masa pada sesi perdagangan ini.

Saham utilitas naik 2,5 persen memimpin kenaikan pada perdagangan Rabu pekan ini. Di sisi lain, saham-saham konsumen merosot 0,5 persen sehingga bebani saham. Baik sektor utilitas dan energi menguat lebih dari 10 persen dari posisi tertinggi dalam 52 minggu. 7 dari 11 sektor saham akan berakhir ke zona hijau pada 2023 yang dipimpin sektor teknologi naik 55,4 persen. Sedangkan sektor utilitas melambat dan turun 8,3 persen pada 2023.

Penutupan Wall Street pada 12 Desember 2023

Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)
Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)      

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Selasa, 12 Desember 2023. Pelaku pasar di wall street analisis data inflasi lainnya untuk mencari kapan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mulai melonggarkan kebijakan moneternya.

Dikutip dari CNBC, Rabu (13/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,46 persen ke posisi 4.643,70. Indeks Dow Jones bertambah 173,01 poin atau 0,48 persen ke posisi 36.577,94. Indeks Nasdaq melesat 0,70 persen ke posisi 14.533,40.

Tiga indeks acuan menyentuh level tertinggi intraday baru dalam 52 minggu pada perdagangan Selasa pekan ini. Indeks S&P 500 mencapai level intraday tertinggi sejak Januari 2022. Indeks Nasdaq dan Dow Jones yang sarat teknologi masing-masing menyentuh level tertinggi intraday sejak April dan Januari tahun lalu.

Indeks harga konsumen atau inflasi naik 3,1 persen pada November year over year (YoY) dan 0,1 persen month over month (MoM). Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi kenaikan tahunan 3,1 persen. Ekonom prediksi consumer price index (CPI)  tetap mendatar MoM. Tidak termasuk pangan dan energi, inflasi meningkat sejalan dengan harapan ekonom.

Laporan ini muncul ketika investor mencoba mengakhiri tahun yang kuat dengan baik. Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq mencatat kenaikan dalam enam minggu berturut-turut.

“Angka indeks harga konsumen (November), sangat konsisten dengan ekspektasi dan dengan demikian tidak banyak berubah,” ujar Pendiri dan President of Vital Knowledge, Adam Crisafulli.

Pelaku pasar akan mengalihkan perhatian pada pengumuman kebijakan the Fed yang dijadwalkan pada Rabu waktu setempat. Wall street sebagian besar memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga. Namun, pelaku pasar akan meninjau komentar ketua the Fed Jerome Powell untuk mencari sinyal kapan penurunan suku bunga dapat dilakukan.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya