Wall Street Beragam, Saham Apple hingga Microsoft Bebani Indeks Nasdaq

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi didorong sejumlah sentimen antara lain imbal hasil obligasi AS yang menguat dan investor realisasikan keuntungan.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Jan 2024, 06:27 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2024, 06:27 WIB
Wall Street Beragam, Saham Apple hingga Microsoft Bebani Indeks Nasdaq
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Selasa, 2 Januari 2023.(Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Selasa, 2 Januari 2023. Indeks S&P 500 melemah pada hari perdagangan pertama 2024.

Hal ini seiring imbal hasil obligasi menguat dan investor merealisasikan keuntungan setelah indeks saham catat kinerja yang kuat pada 2023.Dikutip dari CNBC, Rabu (3/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 merosot 0,57 persen ke posisi 4.742,83.

Indeks Nasdaq susut 1,63 persen menjadi 14.765,94, dan mencatat kinerja terburuk sejak Oktober 2023. Indeks Dow Jones bertambah 25,50 poin atau 0,07 persen ke posisi 37.715,04.

Di sisi lain, saham Apple melemah lebih dari 3 persen setelah Barclays menurunkan peringkat saham Apple menjadi underweight. Hal ini berarti analis prediksi harga saham akan cenderung turun dalam 6-12 bulan dibandingkan dengan saham lain pada sektor yang sama. Sementara itu, saham Johnson&Johnson dan Merck yang menguat mengangkat indeks Dow Jones.

Wall street menutup 2023 dengan kinerja positif. Indeks S&P 500 menguat dalam sembilan minggu berturut-turut, dan mencatat kinerja mingguan terbaik sejak 2004.

Aset risiko menikmati reli seiring ekonomi tetap tangguh dan inflasi mereda. Sementara itu, the Federal Reserve (the Fed) mengisyaratkan akhir dari kenaikan suku bunga. Pasar juga alami krisis perbankan regional dan peran di Ukraina serta Timur Tengah.

Saham teknologi terutama saham teknologi kapitalisasi besar memimpin kenaikan pada 2023. Saham Apple melonjak 48 persen, saham Microsoft menanjak hampir 57 persen, dan saham Nvidia meroket 239 persen. Indeks Nasdaq melonjak 43,4 persen, dan catat kinerja terbaik sejak 2020.

Indeks Dow Jones membukukan kenaikan 13,7 persen, dan mencatat rekor baru pada 2023. Reli tersebut juga dibantu sentimen suku bunga.

 

Saham Teknologi Tergelincir

Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))
Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))

Selain itu, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun yang telah menakuti investor naik di atas 5 persen pada Oktober. Imbal hasil obligasi ditutup lebih rendah dari 3,9 persen. Namun, pada perdagangan Selasa, 2 Januari 2024, imbal hasil obligasi naik 8 basis poin, mendekati 4 persen.

Pada perdagangan Selasa pekan ini, saham teknologi kapitalisasi besar menurun. Saham Apple turun setelah penurunan peringkat dari Barclays. Perusahaan itu mengatakan, Apple bisa turun 17 persen pada 2024 karena penjualan iPhone yang kurang bergairah. Saham Microsoft dan Nvidia juga melemah.

CEO Infrastructure Capital Management, Jay Hatfield menuturkan, pembalikan ini cukup umum pada hari pertama perdagangan.

“Ini sangat normal, aktivitas yang agak diharapkan. Ini adalah pola musiman yang normal kalau Anda memiliki kerugian pajak pada periode sebelum akhir tahun, dan kemudian Anda mendapatkan hasil panen pada periode setelah, dan saya katakan titik pemicu adalah peringkat Apple ini,” tutur dia.

Terlepas dari sedikit koreksi, Hatfield masih bullish pada saham pada 2024. Ia berharap saham dapat kembali menguat setelah musim laporan keuangan.

Penutupan Wall Street pada 29 Desember 2023

Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)
Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)      

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street lesu pada perdagangan terakhir 2023, tepatnya pada Jumat, 29 Desember 2023. Namun, indeks acuan di wall street mencatat kinerja positif sepanjang 2023.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (30/12/2023),pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,28 persen ke posisi 4.769,83. Namun, sepanjang 2023, indeks S&P 500 mencatat penguatan 24,2 persen.

Penguatan indeks saham acuan itu didorong inflasi yang melambat, ekonomi tetap kuat dan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) isyaratkan bakal hentikan kenaikan suku bunga.

Indeks S&P 500 menguat selama sembilan minggu berturut-turut pada 2023. Ini merupakan rekor kemenangan beruntun terbaiknya sejak 2004. Saham-saham teknologi kapitalisasi besar angkat indeks Nasdaq ke pencapaian terbaik sejak 2020 karena antusiasme kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Sementara itu, indeks Dow Jones melemah 20,56 poin atau 0,05 persen ke posisi 37.689,54 pada Jumat pekan ini. Indeks Dow Jones melesat 13,7 persen pada 2023 dan mencatat rekor baru.

Indeks Nasdaq turun tipis 0,56 persen ke posisi 15.011,35 pada perdagangan Jumat pekan ini. Akan tetapi, sepanjang 2023, indeks Nasdaq melambung 43,4 persen, dan mencatat kinerja terbaik sejak 2020.

"Momentum tetap menguntungkan menjelang akhir tahun. Ini merupakan perjalanan yang sangat fenomenal,” ujar Senior Investment Strategist Edward Jones, Mona Mahajan.

 

Didukung Euforia Kecerdasan Buatan

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Selama sepekan ini, indeks S&P 500 menguat 0,3 persen pada pekan ini. Indeks Dow Jones dan Nasdaq masing-masing naik 0,8 persen dan 0,1 persen, dan mencatat kenaikan mingguan terbaik sejak 2019.

Adapun saham-saham kembali bangkit pada 2023 setelah 2022 merupakan tahun yang sulit. Hal tersebut didukung euforia kecerdasan buatan yang memicu kenaikan saham magnificent 7 antara lain saham Nvidia dan Microsoft.

Antusiasme tersebut memperkuat indeks bahkan ketika rata-rata saham mengalami kesulitan di tengah kenaikan suku bunga dan memicu kinerja lebih baik dari indeks Nasdaq.

Namun, dengan ada sinyal dari the Federal Reserve (the Fed) kemungkinan kenaikan suku bunga akan berakhir, dan bahkan dapat menurunkan suku bunga beberapa kali pada 2024.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya