Komisaris Utama Emiten Priyama Hospital Beli 3,6 Juta Saham PRAY

Komisaris Utama PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY) atau emiten pengelola Primaya Hospita Yos Effendi Susanto membeli 3.604.200 saham PRAY dengan harga Rp 720 per saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Jan 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2024, 10:00 WIB
IHSG Ditutup Menguat
Komisaris Utama PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY), Yos Effendi Susanto menambah kepemilikan saham PRAY. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Komisaris Utama PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY) atau emiten pengelola Primaya Hospital, Yos Effendi Susanto menambah kepemilikan saham PRAY.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (6/1/2024), Yos Effendi Susanto membeli 3.604.200 saham PRAY dengan harga Rp 720 per saham pada 29 Desember 2023. Dengan demikian, nilai pembelian saham PRAY tersebut Rp 2,59 miliar.

"Tujuan transaksi pribadi, dengan status kepemilikan langsung,” tulis Komisaris Utama Famon Awal Bros Sedaya Yos Effendi dalam keterbukaan informasi BEI.

Setelah pembelian saham PRAY itu, Yos memiliki 111.556.600 saham PRAY atau setara 0,80 persen saham PRAY dari sebelumnya 107.952.400 atau 0,77 persen.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 5 Januari 2024, saham PRAY melonjak 2,9 persen ke posisi Rp 710 per saham. Saham PRAY dibuka naik 20 poin ke posisi Rp 710 per saham. Saham PRAY berada di level tertinggi Rp 710 dan terendah Rp 695 per saham. Total frekuensi perdagangan 15 kali dengan volume perdagangan 189 saham. Nilai transaksi Rp 13,2 juta. Secara year to date, saham PRAY menguat 0,71 persen.

Sementara itu, IHSG berbalik arah ke zona merah pada penutupan perdagangan saham Jumat pekan ini. IHSG melemah tipis 0,12 persen ke posisi 7.350,61. Indeks LQ45 melemah 0,24 persen ke posisi 986,25. Mayoritas indeks saham acuan tertekan.

Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat menguat pada awal sesi perdagangan. Bahkan IHSG sempat sentuh level tertinggi 7.403,57. Namun,IHSG berbalik arah ke zona merah hingga sentuh posisi terendah di kisaran 7.350,61.

Sebanyak 294 saham melemah sehingga menekan IHSG. 237 saham menguat dan 236 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.253.721 kali dengan volume perdagangan 18,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 9,9 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.503. Investor asing melakukan aksi beli saham Rp 1,3 triliun. Sepanjang 2024, investor asing membeli saham Rp 2,8 triliun.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sektor Saham

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jelang akhir pekan ini, mayoritas sektor saham (IDX-IC) tertekan kecuali sektor saham energi naik 0,43 persen, sektor saham siklikal bertambah 0,22 persen, sektor saham properti menguat 0,45 persen. Selain itu, sektor saham keuangan bertambah 0,87 persen, dan catat penguatan terbesar.

Sementara itu, sektor saham basic merosot 0,38 persen, sektor saham industri turun 0,60 persen, sektor saham nonsiklikal merosot 0,64 persen. Selanjutnya sektor saham kesehatan tergelincir 0,78 persen, sektor saham teknologi terpangkas 0,40 persen, sektor saham infrastruktur merosot 0,54 persen dan sektor saham transportasi susut 0,24 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penguatan IHSG sudah relatif terbatas karena sudah berada pada akhir fase uptren-nya. “Di sisi lain, koreksi dari IHSG ini sejalan dengan pergerakan market global yang juga terkoreksi,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, hal tersebut diperkirakan meningkatnya kembali imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ke angka 4 persen ditambah the Fed nampaknya masih cenderung hawkish untuk suku bunganya.

 


Bursa Saham Asia Pasifik

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Jumat, 4 Januari 2024 setelah anjlok beberapa perdagangan pertama pada 2024. Sebagian besar pasar mencatat penurunan pada akhir pekan pertama 2024.

Dikutip dari CNBC, investor menilai data dari seluruh wilayah dengan inflasi Filipina yang mencapai titik terendah dalam dua tahun. Selain itu, data dari Jepang menunjukkan kontraksi dalam aktivitas sektor swasta telah berhenti.

Sebagian besar bursa saham di Asia melemah pekan ini. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 2,8 persen dan indeks Kospi di Korea Selatan merosot lebih dari 3 persen.

Indeks Hang Seng turun 0,63 persen, sedangkan indeks CSI 300 China susut 0,54 persen ke posisi 3.329,11. Selama sepekan, indeks CSI 300 merosot 2,97 persen.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,07 persen ke posisi 7.489,10, dan memperpanjang penurunan untuk hari ketiga berturut-turut. Indeks ASX 200 melemah 1,3 persen selama sepekan ini.

Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,27 persen ke posisi 33.377,42. Indeks Topix bertambah 0,62 persen ke posisi 2.393,54. Ini menandai kenaikan pertama indeks Nikkei sejak gempa bumi di Jepang pada tahun baru dan tabrakan penerbangan Japan Airlines dalam dua hari pertama tahun ini.

Indeks Kospi Korea Selatan susut 0,35 persen ke posisi 2.578,08. Sedangkan indeks Kosdaq naik 1,39 persen ke posisi 878,33. Indeks Topix dan Kosdaq termasuk di antara saham-saham yang mencatat keuntungan terbesar pada pekan ini yang diperkirakan masing-masing naik lebih dari 1 persen.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya