Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan dua emiten baru pada awal 2024, yakni PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) dan PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS). Sayangnya, nasib kedua emiten itu saling bertolak.
Saham ASLI tercatat dan mulai diperdagangkan di Bursa pada Jumat, 5 Januari pekan lalu. Saat itu, saham ASLI ditutup turun 11 persen ke posisi 89. Pelemahan berlanjut pada perdagangan hari ini, Senin, 8 Januari 2024, di mana saham ASLI terkoreksi 32,58 persen ke posisi 60.
Baca Juga
Melansir data RTI, saham ASLI terjerembab di zona merah pada rentang 58-88 sepanjang perdagangan berlangsung. Frekuensi perdagangan saham ASLI hari ini sebanyak 49.109 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 1,49 miliar senilai Rp 97,85 miliar. Harga saham ASLI saat ini telah susut 40 persen dari harga IPO yang dipatok 100 per saham.
Advertisement
Sementara, saham CGAS mulai tercatat dan diperdagangkan di Bursa pada Senin, 8 Januari 2024. Pada perdagangan perdananya, saham CGAS berhasil menembus top gainer. Saham CGAS naik 24,85 persen ke posisi 422 dari harga IPO 338 per saham. Saham CGAS sempat bergerak ke zona merah hingga posisi 288 sebelum rebound dan ditutup pada zona hijau. frekuensi perdagangan saham CGAS tercatat sebanyak 99.596 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 595,80 juta lembar senilai Rp 214,23 miliar.
PT Asri Karya Lestari Tbk mencatatkan saham di papan utama, dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik 1,25 miliar saham. Harga penawaran saham yakni Rp 100 per saham. Dengan demikian, perseroan meraup dana sebanyak Rp 125 miliar dari penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Dana IPO Asri Karya Lestari
Rencananya, Asri Karya Lestari mengalokasikan sekitar 50,79 persen dana IPO sebagai setoran modal pada anak perusahaan Perseroan yaitu PT Bumi Prima Konstruksi dan PT Manyar Perkasa Mandiri. Lalu dana ipo sekitar 43,75 persen akan digunakan oleh PT Manyar Perkasa Mandiri untuk pembangunan batching plant dan pembelian mesin. Sisanya akan digunakan untuk modal kerja perseroan, yakni pembayaran material, perlengkapan proyek, gaji, dan tunjangan karyawan serta biaya operasional.
Sedangkan PT Citra Nusantara Gemilang Tbk tercatat di papan pengembangan. Perseroan melepas saham sebanyak-banyaknya 531.429.000 saham dengan harga penawaran dipatok sebesar Rp 338 per saham. Dengan demikian, perseroan bakal meraup dana segar sebanyak Rp 179,62 miliar dari IPO.
Seluruh dana yang diperoleh dari IPO ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, akan digunakan sekitar 90 persen untuk pembayaran dalam rangka pembangunan LNG Station (Liquefied Natural Gas) di Galian Field Tambun Zone 7 Regional 2. Penggunaan dana ini dikategorikan sebagai belanja modal atau capital expenditure (capex).
Sisanya sekitar 10 persen akan digunakan perseroan untuk modal kerja. Penggunaan dana ini dikategorikan sebagai operating expenditure (opex).
Advertisement
BEI Incar 62 IPO pada 2024
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.
"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).
Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 5 Perusahaan dari sektor industrials
• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 5 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.
Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.
Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
BEI Cetak Rekor IPO Terbanyak ke-6 di Dunia
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan capaian mengesankan sepanjang 2023. Salah satunya, Bursa mencatatkan perusahaan IPO terbanyak ke-6 di dunia dengan 79 emiten baru.
"Kalau dari jumlah IPO di Indonesia untuk 2023 itu 79 emiten, atau 6 persen dari total global IPO, itu nomor 6 di dunia,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Jakarta, ditulis Sabtu (30/12/2023).
Secara global, terdapat 1.298 IPO pada 2023. Posisi Indonesia tepat berada di bawah bursa Tokyo dengan 86 IPO atau setara 7 persen dari IPO global.
Di urutan pertama, ada bursa India dengan 220 IPO atau setara 17 persen dari total IPO, disusul Shenzhen 129 IPO atau 10 persen dari total IPO.Kemudian posisi ketiga ada bursa AS dengan 105 IPO atau setara 8 persen dari total IPO global, serta Shanghai dengan 86 IPO atau 8 persen dari total IPO global.
Sementara dari sisi dana yang berhasil dihimpun lewat penawaran perdana saham (initial public offering/IPO), Indonesia berada di posisi ke-9 dengan raihan USD 3,6 miliar. Capaian itu setara 3 persen dari total dana yang berhasil dihimpun dari IPO global yang mencapai USD 123,3 miliar.
Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp 54,14 triliun dan obligasi sebesar Rp 126,97 triliun.
"Penambahan pencatatan sebanyak 79 saham baru pada tahun 2023. "Ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia," imbuh Iman.
Jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah mencapai 903 emiten sampai dengan saat ini. Jumlah tersebut tumbuh 9,3 persen ytd. Menempati posisi kedua terbesar di kawasan Asen setelah bursa Malaysia dengan 990 emiten atau tumbuh 2,1 persen ytd.
Advertisement