Wall Street Melesat Jelang Rilis Data Inflasi AS

Wall street menguat pada penutupan perdagangan Rabu, 10 Januari 2024. Indeks Nasdaq catat penguatan terbesar jelang pengumuman inflasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Jan 2024, 06:56 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2024, 06:56 WIB
Wall Street Melesat Jelang Rilis Data Inflasi AS
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 10 Januari 2024. (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 10 Januari 2024. Investor menanti rilis data inflasi dan laba terbaru dari perusahaan AS.

Dikutip dari CNBC, Kamis (11/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,57 persen ke posisi 4.783,45. Indeks Dow Jones bertambah 170,57 poin atau 0,45 persen ke posisi 37.695,73. Indeks Nasdaq melesat 0,75 persen ke posisi 14.969,65.

Saham Intuitive Surgical dan Lennar menarik indeks pasar lebih tinggi. Masing-masing saham tersebut naik 0,13 persen dan 3,5 persen. Intuitive meningkatkan prospek pertumbuhan untuk tahun fiskal 2024. Lennar juga mengumumkan kenaikan dividen tahunannya.

"Kami berada dalam kondisi tenang sebelum realisasinya,” ujar Managing Partner and Global Strategist MRB Partners, Philip Colmar.

Ia juga mencatat aktivitas wall street cukup tenang mengingat rencana penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) yang telah diperkirakan pada akhir tahun.

"Saat ini, pasar cukup sepi, tapi menurut saya pasar tidak akan sepi sepanjang tahun. Kami telah sepenuhnya memperkirakan skenario soft landing Goldilocks ini,” ujar Colmar.

"Apa berikutnya? Ini mungkin tidak ada landing, yang berarti imbal hasil obligasi mungkin tidak akan bertahan seperti semula, beberapa dari penurunan suku bunga tersebut kembali terjadi dan kemudian volatilitas kembali terjadi di pasar saham, dan kemudian ini bukan pembelian, semua reli yang kami lihat pada akhir tahun,” ia menambahkan.

Investor menanti laporan indeks harga konsumen terbaru yang dijadwalkan rilis Kamis pekan ini. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi CPI naik 3,2 persen year over year (YoY) pada Desember. Sedangkan indeks harga produsen akan rilis Jumat pekan ini.

Investor akan melihat laporan itu untuk mencari petunjuk kapan the Federal Reserve (the Fed) akan mulai menurunkan suku bunga. Beberapa dari ekspektasi tersebut telah ditolak dalam beberapa hari terakhir, meski peluangnya berada di sekitar 64 persen, menurut CME Group FedWatch.

Pernyataan Pejabat The Fed

Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)
Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)      

“Pasar sedang melihat tarik menarik terhadap mereka yang melihat pertumbuhan ekonomi lebih lambat, tetapi masih tangguh dan mereka yang melihat kemunduran ekonomi yang lebih sulit,” ujar LPL Financial Chief Global Strategist Quincy Krosby.

Adapun jelang akhir pekan akan rilis laporan laba perusahaan terutama dari perusahaan keuangan termasuk JPMorgan Chase, Bank of America, UnitedHealth dan Delta Air Lines.

Di satu sisis, saham keluar dari sesi yang beragam. Indeks S&P 500 dan Dow Jones melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Namun, indeks Nasdaq naik tipis.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve New York John Williams menuturkan, data inflasi bergerak ke arah yang benar tetapi memperkirakan kebijakan moneter akan tetap ketat.

“Sikap kebijakan moneter yang membatasi saat ini akan terus memulihkan keseimbangan dan membawa inflasi kembali ke target jangka panjang sebesar 2 persen,” ujar dia.

Williams menilai perlu mempertahankan sikap kebijakan yang restriktif agar tujuan dapat sepenuhnya tercapai. “Dan akan tepat mengurangi tingkat pengekakangan kebijakan saat yakin inflasi bergerak menuju 2 persen pada saat ini berkelanjutan,” ujar dia.

Williams menuturkan, risiko bagi the Fed tetap bersifat dua sisi karena bank sentral mungkin akan menarik kebijakannya terlalu cepat dan menimbulkan risiko inflasi yang lebih tinggi atau tetap mempertahankan kebijakan jangka panjang dan menekan ekonomi.

 

Penutupan Wall Street pada 9 Januari 2024

Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))
Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Selasa, 9 Januari 2024. Indeks S&P 500 merosot yang didorong saham teknologi.

Dikutip dari CNBC, Rabu (10/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 turun tipis 0,15 persen ke posisi 4.756,50. Pada posisi terendah perdagangan Selasa pekan ini, indeks acuan tersebut melemah 0,7 persen.

Indeks Dow Jones terpangkas 157,85 poin atau 0,42 persen ke posisi 37.525,16  setelah turun 310 poin pada posisi terendah. Indeks Nasdaq susut hampir 0,9 persen dan berbalik arah menguat 0,09 persen ke posisi 14.857,71.

Saham Nvidia melonjak 1,7 persen, dan mencapai level tertinggi baru sepanjang masa. Saham Amazon menguat lebih dari 1,5 persen diikuti Alphabet. Saham Juniper Networks melonjak hampir 22 persen pada perdagangan Selasa pekan ini setelah laporan Wall Street Journal menyebutkan Hewlett Packard Enterprise dapat mengumumkan kesepakatan untuk akuisisi Juniper Networks senilai USD 13 miliar pada pekan ini.

Sektor teknologi yang mencatat sebagai sektor dengan kinerja terbaik pada 2023 mengalami kesulitan pada 2024. Hal itu memberikan tekanan pada pasar.

"Kami menjauh dari big tech, dan kami memasuki bagian pasar yang lebih dalam, tetapi sebenarnya tidak disukai. Misalnya saja kami melihat semakin banyak pembeli yang tertarik pada layanan kesehatan,” ujar LPL Financial Chief Global Strategist Quincy Krosby.

Sektor saham layanan kesehatan menjadi salah satu dari empat sektor S&P 500 yang diperdagangkan menguat pada perdagangan Selasa pekan ini. Pada 2024, sektor saham layanan kesehatan naik 3 persen, menjadikannya kinerja sektor saham yang terbaik.

 

Sektor Saham Layanan Kesehatan Menguat

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Di sisi lain, indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat pada perdagangan Senin pekan ini seiring saham-saham teknologi berkapitalisasi besar bangkit dari koreksi pekan lalu.

Pada akhir pekan ini, investor akan analisis data inflasi untuk mendapatkan kejelasan mengenai jalur penurunan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed). Indeks harga konsumen pada Desember akan rilis pada perdagangan Kamis pekan ini, diikuti indeks harga produsen jelang akhir pekan.

Sementara itu, sejumlah perusahaan akan rilis laporan laba pekan ini termasuk Infosys pada Kamis pekan ini, JPMorgan Chase, United Health, Bank of America, Delta Air Lines pada Jumat pekan ini.

Di antara 11 sektor saham, hanya sektor saham layanan kesehatan yang diperdagangkan lebih tinggi pada Selasa pekan ini. Sektor saham layanan kesehatan naik hampir 0,4 persen. Hingga kini, sektor saham layanan kesehatan bertambah hampir 1,2 persen.

Sektor saham tersebut didukung saham Illumina naik 7 persen dan Revvity bertambah 5 persen. Saham kedua perusahaan bioteknologi itu melonjak setelah memberikan pandungan pendapatan pada kuartal IV yang melampaui harapan analis.

Setelah layanan kesehatan, sektor jasa komunikasi juga mendatar. Sedangkan sektor saham yang menurun antara lain sektor energi dan material yang masing-masing turun 1,6 persen dan 1,4 persen pada perdagangan Selasa pekan ini.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya