Menelisik Prospek Saham Emiten Bank BUMN

Berikut sejumlah ulasan analis mengenai prospek saham emiten bank BUMN.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 22 Jan 2024, 21:14 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2024, 21:12 WIB
Menelisik Prospek Saham Emiten Bank BUMN
Saham-saham dari emiten perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diyakini masih mempunyai prospek yang cerah ke depan.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham dari emiten perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diyakini masih mempunyai prospek yang cerah ke depan. Lantas, bagaimana rekomendasi saham-nya? 

Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menuturkan, saham-saham Bank BUMN masih memiliki prospek untuk kinerja positif mengingat pertumbuhan kredit masih tumbuh positif. 

Di sisi lain, meskipun terdapat potensi penurunan suku bunga ini juga tidak langsung membuat perbankan menurunkan suku bunga kreditnya biasanya perbankan akan lama menurunkannya. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang masih positif dan adanya momentum pemilu diharapkan juga bisa mendorong kredit konsumsi. 

"Kami merekomendasikan beli untuk saham BBRI dan BMRI dengan target 15%,” ujar Abdul kepada Liputan6.com, Senin (22/1/2024).

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menuturkan, untuk sektor perbankan secara umum masih dinilai overweight. Dari empat bank BUMN yang ada, pihaknya merekomendasikan saham BMRI dan BBRI. 

“Pemerintah terus mendorong perkembangan UMKM lebih pesat, dan BBRI yang paling banyak memiliki portofolio di UMKM ini akan diuntungkan,” kata Martha. 

Sedangkan, untuk BMRI dengan debitur utama dari korporasi juga akan diuntungkan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun ini. Dengan rencana penurunan suku bunga diperkirakan akan mendorong permintaan kredit korporasi.

Alhasil, Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan saham BMRI dengan target harga Rp 6.900 per saham dan BBRI dengan target harga Rp 6.600 per saham. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Harga Saham Emiten Bank Kelas Kakap Kompak Menguat pada Awal 2024, Bagaimana Rekomendasinya?

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, emiten bank kakap mayoritas berada di zona hijau pada perdagangan Jumat, 5 Januari 2024. Lantas, bagaimana pergerakan harga saham bank kakap tersebut?

Mengutip RTI, harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,06 persen ke level Rp 9.575 per saham. Harga saham BBCA juga naik 1,86 persen dalam sepekan terakhir.

Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) bertambah 0,88 persen ke level Rp 5.750 per saham. Dalam sepekan terakhir, harga saham BBRI juga tumbuh 0,44 persen.

Sementara itu, harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) naik 1,18 persen ke level Rp 6.425 per saham. Harga saham BMRI turut melesat 4,90 persen dalam sepekan terakhir. 

Selain itu, harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terkoreksi 0,45 persen. Namun, dalam sepekan terakhir harga saham emiten bank tersebut melonjak 4,21 persen.

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan, untuk 2024 pihaknya melihat ada beberapa sektor yang diperkirakan kinerjanya meningkat. Alhasil, ia pun merekomendasikan beli pada saham sektor perbankan. 

Bagi para investor, ia merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 6.000 per saham dan beli saham BBNI dengan target harga Rp 7.300 per saham. 

"Kami menilai pertumbuhan kredit akan tetap kuat dengan potensi pivot kebijakan moneter, setidaknya pada kuartal I 2024 pasar menginginkan pemangkasan suku bunga terjadi," kata Oktavianus kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (7/1/2024).

Tim riset BRI Danareksa Sekuritas menyebut tema kelanjutan pertumbuhan pasca pemilu seharusnya lebih berpihak pada sektor perbankan. Dengan demikian, BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli saham BBCA dengan target harga Rp 12.100 per saham, beli saham BMRI dengan target harga Rp 7.300 per saham.

 

 

Meneropong Prospek Saham Emiten Bank Digital pada 2024

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, bank digital diyakini masih dapat berkembang dalam beberapa waktu ke depan. Ini mengingat, ceruk pasarnya masih besar. 

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menuturkan, data dari Bank Indonesia, jumlah penduduk Indonesia yang masih unbanked relatif besar, yaitu 97,7 juta orang (48% dari penduduk).

"Sehingga kami melihat hal ini akan menjadi potensi besar untuk pengembangan inklusi perbankan untuk jangka waktu yang panjang, khususnya melalui digital banking," ujar dia kepada Liputan6.com, Jumat (5/1/2024).

Selain itu, kemudahan masyarakat untuk mengakses yang dapat menjangkau wilayah Indonesia tanpa cara konvensional akan menjadi keunggulan bank digital dari sisi biaya.

Adapun beberapa sentimen yang mempengaruhi saham bank digital, yakni tingkat unbanked di Indonesia yang masih tinggi dan kemudahan akses, akan memberikan ruang untuk digital bank menjangkau masyarakat, secara khusus melalui UMKM.

Selain itu, pertumbuhan PDB Indonesia yang diperkirakan diatas 5% dan inflasi yang terkendali pada tahun depan masih akan menunjukkan aktivitas ekonomi yang kembali menguat setelah pemulihan dari Covid-19.

 

 

Rekomendasi Saham Bank Digital

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bagi para investor, ia merekomendasikan beli ARTO dengan target harga Rp 3.960 per saham dan BBYB dengan target harga Rp 688 per saham. 

Pengamat Pasar Modal Wahyu Tri Laksono mengatakan, saham bank digital potensial pada tahun ini meskipun bank konvensional seperti nya lebih baik terutama yang memiliki kapitalisasi besar. 

"Emiten bank digital potensial juga karena sentimen positif global yang juga mendukung bank konvensional," kata dia. 

Ia melanjutkan, pada 2023, sejumlah bank digital di Indonesia memiliki kinerja keuangan yang bagus dari sebelumnya. Walaupun mungkin harganya sudah tinggi, potensi bank digital masih jauh bisa berkembang didukung tren digitalisasi yang semakin berkembang di Indonesia.

"Seperti bank konvensional, bank digital akan melakukan ekspansi secara signifikan demi mempertahankan dana pihak ketiga dengan suku bunga yang cukup kompetitif. 

Bank digital masih bisa bertahan dan mengupayakan bagaimana konsumen tertarik kredit," imbuhnya. 

Terkait saham pilihannya, ia memilih saham BBHI dan ARTO untuk dapat dipertimbangkan oleh para investor. 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya