Wall Street Perkasa, Indeks S&P 500 Kembali Cetak Rekor Baru

Wall street meroket pada perdagangan Jumat, 2 Februari 2024 waktu setempat. Indeks Nasdaq pimpin penguatan seiring lonjakan saham Meta dan indeks S&P 500 kembali cetak rekor.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Feb 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2024, 07:00 WIB
Wall Street Perkasa, Indeks S&P 500 Kembali Cetak Rekor Baru
Indeks saham acuan di bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kompak menguat pada perdagangan Jumat, 2 Februari 2024. (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Indeks saham acuan di bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kompak menguat pada perdagangan Jumat, 2 Februari 2024.

Indeks S&P 500 mencatat rekor tertinggi baru seiring hasil laporan keuangan perusahaan teknologi termasuk perusahaan induk Facebook Meta melampaui harapan.

Selain itu, laporan pekerjaan pada Januari 2024 jauh lebih baik dari perkiraan. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melesat 1,1 persen ke posisi 4.958,61. Indeks S&P 500 kembali sentuh rekor sebelumnya di 4.927,93.

Indeks Dow Jones menguat 134,58 poin atau 0,4 persen ke posisi 38.654,42. Indeks Nasdaq melejit 1,7 persen ke posisi 15.628,95. Demikian mengutip dari laman CNBC, Sabtu (3/2/2024).

Selama sepekan, indeks S&P 500 naik 1,4 persen. Indeks Nasdaq melesat 1,1 persen dan indeks Dow Jones melejit 1,4 persen. Ini adalah minggu keempat berturut-turut kenaikan indeks acuan setelah sempat terpuruk pada awal 2024.

Saham Meta melonjak lebih dari 20 persen setelah hasil kuartalan raksasa media sosial itu melampaui harapan analis. Induk Facebook juga mengumumkan akan membayar dividen triwulanan untuk pertama kalinya. Selain itu, Meta juga menyetujui program pembelian kembali (buyback) saham senilai USD 50 miliar.

Saham Amazon melompat 7,9 persen seiring rilis laba kuartal IV. Kenaikan saham-saham teknologi membantu mengalihkan fokus investor dari laporan pekerjaan yang buruk pada Jumat sebelumnya.

Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun melonjak 17 basis poin menjadi 4,02 persen setelah pemerintah melaporkan ekonomi Amerika Serikat menambah 353.000 lapangan pekerjaan pada Januari 2024, jauh di atas perkiraan Dow Jones dari ekonom sebesar 185.000.

“Kondisi pasar hari ini menunjukkan teknologi dapat dipisahkan dari narasi suku bunga dan lebih banyak banyak melakukan perdagangan fundamental. Teknologi dapat diperdagangkan lebih tinggi meski tingkat suku bunga sedang naik, dan hal ini membuat orang lengah,” ujar Chief Investment Officer Ceruity Dyan Kremer seperti dikutip dari CNBC.

 

Laporan Upah hingga Komentar The Fed Bayangi Wall Street

Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)
Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

Laporan itu juga menyertakan data inflasi berupa pertumbuhan upah yang lebih besar dari perkiraan. Upah meningkat 4,5 persen dari tahun ke tahun, lebih dari perkiraan 4,1 persen. Laporan dan komentar dari ketua the Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu pekan ini kemungkinan besar mendorong peluang penurunan suku bunga kembali pada Mei atau paruh kedua 2024.

Namun, investor justru fokus pada ketahanan perekonomian dan bagaimana hal itu dapat terus meningkatkan keuntungan perusahaan.

Seiring lonjakan suku bunga, pasar mengabaikan kinerja kuartalan Apple yang lesu. Saham itu tidak alami reli pada Jumat pekan ini dan ditutup mendatar setelah raksasa iPhone membukukan penurunan penjualan 13 persen di China.

 

Penutupan Wall Street 1 Februari 2024

Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))
Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 1 Februari 2024. Indeks Dow Jones menguat seiring pulih dari aksi jual saham setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mempertahankan suku bunga tetap isyaratkan penurunan suku bunga pada Maret tidak mungkin terjadi.

Dikutip dari CNBC, Jumat (2/2/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melambung 369,54 poin atau 0,97 persen ke posisi 38.519,84. Posisi indeks Dow Jones tersebut merupakan rekor penutupan baru bagi indeks.

Indeks S&P 500 melesat 1,25 persen ke posisi 4.906,19. Indeks Nasdaq menguat 1,3 persen ke posisi 15.361,64.

Laporan keuangan sejumlah perusahaan teknologi yang masuk Magnificent Sevent rilis setelah pasar tutup. Saham Apple naik lebih dari 1 persen, membantu mengangkat indeks S&P 500. Saham Amazon bertambah 2,6 persen dan saham Meta melesat 1,2 persen.

Menjelang pembukaan pasar, saham perusahaan farmasi Merck mencatat kinerja terbaik pada kuartal IV yang membantu menopang indeks Dow Jones. Saham Merck naik lebih dari 4 persen.

 

 

Wall Street Keluar dari Sesi Terburuk

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Wall street keluar dari sesi yang buruk. Indeks Dow Jones turun 317 poin atau 0,8 persen, dan mencatat hari terburuk sejak Desember. Indeks S&P 500 terpangkas 1,6 persen pada perdagangan Rabu pekan ini yang merupakan hari terburuk sejak September. Indeks Nasdaq melemah 2,2 persen, dan merupakan sesi terburuk sejak Oktober.

Penurunan indeks saham yang terjadi pada Rabu pekan ini setelah ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell memupus harapan investor untuk penurunan suku bunga secepatnya pada Maret 2024, sehingga menyebabkan saham tertekan.

“Saya pikir pasar telah bergerak terlalu cepat, dengan memperkirakan akan lebih banyak penurunan suku bunga karena hal ini akan dikaitkan dengan perekonomian yang jauh lebih lemah jika mereka memangkas suku bunga sebanyak yang diperkirakan pasar saat ini,” ujar Ekonom Apollo Global Management, Torsten Slok.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun mencapai titik terendah dalam satu bulan. Imbal hasil obligasi turun 9 basis poin menjadi 3,87 persen.

Investor sekarang akan mengalihkan perhatiannya untuk laporan pekerjaan pertama pada 2024 yang akan dirilis pada Jumat pagi.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya