Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan berhasil membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (27/2/2024), Astra International membukukan pendapatan bersih Rp 317,56 triliun pada 2023. Pendapatan itu naik 5,04 persen dibandingkan pendapatan pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 301,38 triliun.
Baca Juga
Bersamaan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan pada 2023 naik menjadi Rp 243,26 triliun dari Rp 231,29 triliun pada 2022. Meski begitu, perseroan masih membukukan kenaikan laba kotor 4,60 persen atau sebesar Rp 73,31 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 70,09 triliun.
Advertisement
Sepanjang 2023, perseroan membukukan beban penjualan RP 11,45 triliun, beban umum dan administrasi Rp 17,59 triliun, dan penghasilan bunga Rp 3,05 triliun. Selain itu, perseroan juga membukukan biaya keuangan Rp 3,11 triliun, kerugian selisih kurs Rp 408 miliar, dan penyesuaian nilai wajar investasi pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) senilai RP 159 miliar.
Penghasilan lain-lain pada periode ini tercatat sebesar RP 1,71 triliun, bagian atas hasil bersih ventura bersama Rp 7,66 triliun, dan bagian atas hasil bersih entitas asosiasi sebesar Rp 1,84 triliun.
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 33,84 triliun. Laba ini naik 16,91 persen dibandingkan laba pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 28,94 triliun.
Dari sisi aset perseroan hingga akhir Desember 2023 tercatat sebesar Rp 445,68 triliun, naik dari Rp 413,3 triliun pada akhir 2022. Liabilitas ikut naik menjadi RP 195,26 triliun pada akhir 2023 dari Rp 169,58 triliun pada akhir 2022. Sementara ekuitas hingga akhir 2023 naik menjadi Rp 250,42 triliun dari Rp 23,72 triliun pada 2022.
Investasi di Halodoc, Astra International Sebut Sektor Layanan Kesehatan Prospektif
Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) meyakini layanan kesehatan akan menjadi sektor yang potensial secara jangka panjang. Ini mengingat Indonesia memiliki populasi yang besar, yaitu 270-280 juta penduduk, sehingga membutuhkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro menuturkan, layanan dan akses kesehatan di Indonesia masih memiliki kekurangan, terutama jika dibandingkan dengan negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia.
Lantas, salah satu portofolio Astra, yakni Halodoc dianggap sebagai sebuah platform yang memberikan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia lantaran memiliki sistem digital yang sangat membantu.
"Dengan potensi demografi maupun potensi pertumbuhan yang ada di Indonesia, kami melihat bahwa layanan kesehatan menjadi sektor yang potensial secara jangka panjang," ujar dia dalam keterbukaan informasi, ditulis Selasa (21/11/2023).
Dengan demikian, Astra International memiliki aspirasi untuk terlibat ke sektor layanan kesehatan. Namun, untuk saat ini Astra masih berada pada tahap yang sangat awal, sehingga perusahaan tersebut juga banyak belajar dari investasi-investasinya.
"Oleh karena itu, kami memutuskan untuk investasi di Halodoc, dan tahun ini kami menambah investasi sejumlah USD 100 juta di sana," kata dia.
Dengan investasi tersebut, Astra tentu ingin berkontribusi dalam mempercepat perkembangan Halodoc. Berbekal ekosistem Astra yang besar, jumlah karyawan yang melimpah, dan jumlah titik value chain yang potensial, terdapat berbagai potensi yang bisa dioptimalkan Astra melalui sinergi dengan Halodoc.
"Beberapa sinergi sudah mulai kami lakukan, walaupun masih perlu penyesuaian secara bertahap," tandasnya.
Advertisement
Astra International Prediksi Data Center Beroperasi pada Akhir 2024
Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) memproyeksikan data center beroperasi secara komersial pada akhir 2024 atau awal 2025.
Direktur Astra International Santosa menuturkan, pihaknya sedang membangun data center tahap satu dengan total luasan sekitar 5.300 m2 dan bisa memiliki 1.600 kabinet. Alhasil, data center tersebut bisa digunakan untuk melayani perusahaan-perusahaan multinasional maupun domestik di Indonesia.
“Kami harap topping off dapat dilakukan sebelum akhir tahun ini dan commercial operation dapat dimulai pada akhir 2024 atau awal 2025,” kata Santosa dalam keterbukaan informasi, ditulis Selasa (21/11/2023).
Sebelumnya, Equinix (Nasdaq: EQIX), perusahaan digital infrastruktur dunia dan PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan pembentukan usaha patungan untuk mengembangkan infrastruktur digital di Indonesia yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam negeri dan multinasional dalam mempercepat transformasi digitalnya.
Equinix dan Astra membentuk perusahaan patungan tersebut dengan kepemilikan modal saham 75 persen Equinix dan 25 persen Astra.
Percepat Transformasi Digital
Dengan menggabungkan keahlian infrastruktur digital berskala global yang dimiliki Equinix dan pengalaman luas Astra International di Indonesia, perusahaan patungan ini akan membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mengembangkan kapabilitas digital mereka dan memanfaatkan teknologi baru, seperti hybrid multicloud, 5G, internet of things (IoT), kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan lainnya.
Presiden Equinix Asia Pacific Jeremy Deutsch mengatakan, pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk mempercepat transformasi digital di seluruh Indonesia.
Perusahaan patungan dengan Astra ini memanfaatkan potensi digital yang terus meningkat dan mencerminkan keberlanjutan komitmen Equinix dalam melayani masyarakat Indonesia dengan kapasitas skala besar untuk memenuhi kebutuhan komputasi, penyimpanan, dan edge data center.
Advertisement