Liputan6.com, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) telah mengumumkan hasil keuangan yang tidak diaudit untuk kuartal I 2024. Presiden Bukalapak Teddy Oetomo mengatakan, periode tersebut menjadi momen bersejarah bagi perseroan. Pasalnya, untuk pertama kali Bukalapak meraih keuntungan berbasis EBITDA yang disesuaikan secara kuartalan.
"Hasil yang luar biasa ini dicapai melalui pertumbuhan pendapatan yang kuat, take rate yang terus meningkat—terutama di segmen Online to Offline (O2O), serta upaya pengendalian biaya operasional yang efektif," ujar Presiden PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Teddy Oetomo dalam keterangan resmi, Selasa (30/4/2024).
Pendapatan inti yang dihitung sebagai laba bersih yang dilaporkan tidak termasuk keuntungan atau kerugian investasi, nilai tukar, goodwill, dan non-recurring items mencapai Rp 185 miliar. Angka tersebut meningkat pesat dibandingkan kerugian Rp 117 miliar yang dialami perusahaan pada kuartal I tahun lalu.
Advertisement
Basis modal, rasio modal, dan neraca keuangan BUKA tetap kuat dengan kas, setara kas, dan investasi likuid senilai Rp 19,1 triliun.
Pendapatan
Pendapatan tumbuh sebesar 16% YoY pada kuartal pertama, dengan peningkatan pertumbuhan sebesar 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu di segmen O2O. Pertumbuhan segmen O2O yang sangat baik tersebut didorong oleh optimalisasi dari portofolio produk yang ditawarkan dan peningkatan ragam layanan dengan cakupan lebih luas untuk Mitra sehingga mendukung kesuksesan Mitra yang terus berlanjut.
Sekitar 64% dari Total Processing Value (TPV) berasal dari luar wilayah Tier 1 di Indonesia, di mana BUKA terus melihat pertumbuhan kuat dalam semua penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi di antara toko ritel mikro offline. Segmen O2O sendiri mewakili 55% pendapatan BUKA di kuartal pertama.
Margin kontribusi BUKA secara keseluruhan, dihitung sebagai laba kotor setelah biaya penjualan dan pemasaran, meningkat dari Rp 104 miliar di Kuartal Pertama 2023 ke Rp 124 miliar di Kuartal Pertama 2024.
Margin kontribusi oleh segmen O2O sebagai persentase dari TPV naik 23 basis poin dari -0,10% dan kembali membawa angka positif untuk kedua kalinya sebesar 0,13% di kuartal pertama 2024.
Target Pendapatan
Selanjutnya, pondasi ekonomi makro yang kuat dan kepercayaan konsumen yang tinggi membawa perseroan ke momentum positif di awal 2024 dengan tren bisnis menuju ke arah yang lebih baik. Perusahaan mengharapkan pendapatan dapat meningkat antara 15-20% YoY menjadi setidaknya Rp 5,1 triliun, dengan EBITDA yang disesuaikan diharapkan melebihi Rp 200 miliar di 2024.
Model bisnis ini akan terus dijalankan dan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Perseroan terus berinvestasi dalam berbagai peluang pertumbuhan yang akan meningkatkan skala bisnis serta pendapatan dan margin dari waktu ke waktu.
"Kami terus fokus untuk mencapai tujuan pertumbuhan dan keuntungan yang berkelanjutan di kuartal-kuartal mendatang, terutama sepanjang tahun 2025, sambil terus memanfaatkan peluang pertumbuhan dalam bisnis Mitra Bukalapak, gaming, dan e-retail kami. Pencapaian ini adalah buah dari usaha dan fokus kami tersebut,” kata Teddy.
Perseroan menitikberatkan pada empat divisi, antara lain mitra, mobile & console game, ritel O2O, dan layanan keuangan—komitmen untuk memberikan yang terbaik dalam layanan bagi pelanggan terus menjadi kunci. Hal ini dilakukan melalui investasi dan inovasi dalam proposisi nilai pelanggan, menawarkan berbagai pilihan, pengalaman pengguna yang lebih baik di aplikasi, dan opsi pengiriman yang lebih baik.
Advertisement
Modal Perusahaan
"Penting bagi kami untuk terus menjaga kedisiplinan dalam hal biaya. Terdapat penurunan signifikan dalam biaya umum dan administrasi pada kuartal pertama, turun 36% QoQ menjadi Rp 208 miliar. Investasi di bidang teknologi adalah komponen utama dalam mendorong efisiensi biaya. Digitalisasi ini membantu kami untuk terus meningkatkan pengalaman pengguna kami dan mengurangi waktu eksekusi transaksi," beber Teddy.
Selain upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi ditambah pertumbuhan yang stabil, BUKA juga memiliki posisi modal yang kuat dengan kas, setara kas, dan investasi likuid, termasuk obligasi pemerintah dan reksa dana senilai Rp 19,1 triliun per tanggal 31 Maret 2024.
Neraca yang kuat memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi dalam inovasi, memperluas pasar, mendiversifikasi produk, dan meningkatkan skala operasi di waktu yang tepat.
"Menciptakan pertumbuhan yang menguntungkan secara berkelanjutan dan menciptakan nilai nyata sambil mengoptimalkan operasi dan menjaga disiplin keuangan adalah fokus utama tim manajemen di tahun-tahun mendatang," pungkas Teddy.