Bursa Saham Asia Melesat Usai Rilis Laporan Keuangan Apple

Mengikuti wall street, bursa saham Asia Pasifik ceria pada perdagangan Jumat, 3 Mei 2024. Saham supplier Apple catat penguatan.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Mei 2024, 09:20 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 09:20 WIB
Bursa Saham Asia Melesat Usai Rilis Laporan Keuangan Apple
Bursa saham Asia Pasifik menguat dengan Taiwan dan Hong Kong memimpin penguatan pada perdagangan Jumat (3/5/2024). Penguatan bursa saham Asia Pasifik mengikuti wall street.(AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat dengan Taiwan dan Hong Kong memimpin penguatan pada perdagangan Jumat (3/5/2024). Penguatan bursa saham Asia Pasifik mengikuti wall street.

Dikutip dari CNBC, Jumat pekan ini, saham suppliers Apple menjadi perhatian setelah Perseroan melaporkan laba melebihi perkiraan. Saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Company naik 1,8 persen. Saham Hon Hai Technology Group atau dikenal sebagai Foxconn bertambah 2,6 persen.

Di sisi lain, Apple melaporkan akan melakukan buyback saham USD 110 miliar. Saham Apple naik 7 persen usai perdagangan seiring investor fokus terhadap saham suppliers Apple di Taiwan dan Korea Selatan.

Indeks Kospi di Korea Selatan naik 0,39 persen. Indeks Kosdaq bertambah 0,28 persen. Indeks Taiwan menguat 1,41 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong bertambah 2 persen. Sementara itu, bursa saham di Jepang dan China libur.

Namun, yen Jepang menguat terhadap dolar AS setelah diduga pemerintah lakukan intervensi sehingga mendukung mata uang.

Selain itu, pelaku pasar fokus terhadap data ekonomi Amerika Serikat (AS). Berdasarkan polling yang dilakukan Dow Jones diharapkan 240.000 pekerjaan di AS pada April. Angka ini lebih rendah dibandingkan Maret sebesar 303.000. Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,54 persen.

Di wall street, indeks Dow Jones menguat 322,37 poin atau 0,85 persen. Indeks S&P 500 bertambah 0,91 persen. Indeks Nasdaq melompat 1,51 persen.

Penutupan Bursa Saham Asia pada 2 Mei 2024

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Kamis, 2 Mei 2024 setelah bank sentral AS atau the Fed memilih pertahankan suku bunga acuan.

Dikutip dari CNBC, Ketua the Fed Jerome Powell mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga sehingga kurangi kekhawatiran mengenai ketidakmampuan bank sentral mengendalikan inflasi.

Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan di bursa saham Asia dengan naik 2,4 persen. Indeks Hang Seng teknologi melonjak 4,4 persen setelah saham produsen kendaraan listrik China menguat lantaran rilis pengiriman kendaraan pada April. Bursa saham China libur untuk peringati hari buruh.

Yen Jepang yang awal pekan bergejolak, terakhir diperdagangkan di posisi 155,31 terhadap dolar AS. Indeks Nikkei 225 di Jepang melemah 0,1 persen menjadi 38.236,07. Indeks Topix mendatar di posisi 2.728,53.

Indeks ASX 200 naik 0,23 persen ke posisi 7.587. Indeks Kospi merosot 0,31 persen ke posisi 2.683,65. Indeks Kosdaq susut 0,17 persen ke posisi 867,48. Investor analis data harga konsumen dari Korea Selatan yang menunjukkan kenaikan lebih lambat pada April dibandingkan Maret.

 

Sentimen Ini jadi Fokus Investor di Wall Street

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Sebelumnya, saham-saham di wall street atau bursa saham Amerika Serikat (AS) mengalami rebound karena pendapatan perusahaan teknologi memicu reli di pasar, meskipun ada kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.

Di wall street, indeks Nasdaq Composite naik lebih dari 4% minggu lalu, sedangkan S&P 500 melonjak hampir 3%, dan Dow Jones Industrial Average (DJI) menguat kurang dari 1%.

Sepekan ke depan, pertemuan dan keputusan suku bunga The Fed, kinerja pasar tenaga kerja, dan pendapatan dari perusahaan teknologi besar Apple dan Amazon akan menguji optimisme pasar AS baru-baru ini.

"Peningkatan data inflasi lainnya kemungkinan akan mengarah pada pesan yang lebih condong hawkish pada pertemuan FOMC bulan Mei," kata kepala ekonom Deutsche Bank AS Matthew Luzzetti menulis dalam catatan penelitiannya, dikutip dari Yahoo Finance, Senin (29/4/2024).

"Meskipun kami memperkirakan Komite akan mempertahankan bias pelonggaran, kami juga mengantisipasi pernyataan dan konferensi pers akan menggemakan pandangan Ketua The Fed Jerome Powell," paparnya.

Pasar Tenaga Kerja

Dengan komitmen The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi sampai yakin inflasi AS akan turun, terdapat fokus yang berkelanjutan pada kesehatan pasar tenaga kerja.

 

Data Tenaga Kerja

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Data yang kuat membuat para ekonom berharap inflasi AS dapat turun hingga 2% tanpa mendorong perekonomian ke dalam resesi, meskipun suku bunga yang lebih tinggi.

Laporan ketenagakerjaan April diperkirakan menunjukkan 250.000 pekerjaan nonfarm payroll ditambahkan ke perekonomian AS, dengan tingkat pengangguran tetap stabil di 3,8%, menurut data dari Bloomberg. 

Secara umum, para ekonom memperkirakan tidak akan ada tanda-tanda keretakan dalam kekuatan pasar tenaga kerja.

"Kami tidak memperkirakan momentum pasar tenaga kerja baru-baru ini akan melambat," tulis ekonom BofA AS Michael Gapen dalam catatan mingguan kepada kliennya.

Sejauh ini, reaksi pasar terhadap pendapatan perusahaan teknologi besar AS beragam. Rencana Meta untuk mengeluarkan banyak dana pada teknologi Kecerdasan Buatan, bersama dengan panduan pendapatan kuartal kedua 2024 yang lebih lemah dari perkiraan, membuat investor terdiam.

Saham raksasa media sosial itu turun lebih dari 10% setelah rilis pendapatannya.

Sementara itu, perusahaan induk Google, Alphabet menjadi pemenang minggu ini.

Saham Alphabet melonjak lebih dari 10% setelah perusahaan mengumumkan program dividen tunai sebesar $0,20 per saham, persetujuan untuk program pembelian kembali saham senilai USD 70 miliar, dan hasil pendapatan yang melampaui perkiraan .

Kapitalisasi pasar Alphabet mencapai USD 2 triliun pada Jumat.

Ahli strategi sektor teknologi Baird, Ted Mortonson, menjelaskan bahwa alasan utama di balik perbedaan pergerakan di dua saham perusahaan teknologi adalah "permainan penentuan posisi". Saham Meta telah melonjak selama setahun terakhir, sementara kinerja Alphabet tidak terlalu tinggi.

Narasi ini akan diuji sekali lagi ketika Apple dan Amazon dijadwalkan melaporkan pendapatannya. 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya