Liputan6.com, Jakarta - Analis mulai memperhatikan kondisi pasar saham setelah ajang debat pertama calon presiden Amerika Serikat (AS) 2024 antara petahana Joe Biden dan Donald Trump. Seperti diketahui, duel Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump dalam debat calon presiden atau debat capres AS yang digelar CNN pada hari Kamis 27 Juni 2024 di Atlanta.
Jurnalis pasar saham CNBC, Jim Cramer membeberkan perkiraannya terkait bagaimana suasana pasar saham dapat berubah, jika Trump kembali ke Gedung Putih.
Baca Juga
"Jika Anda berpikir bahwa Trump lebih berpeluang menjadi presiden, kondisi pasar saham secara keseluruhan akan membaik hanya karena orang tersebut tidak tahan melihatnya turun, karena rata-rata utama adalah barometer yang ia gunakan untuk mengukur pekerjaannya sendiri," kata Cramer, dikutip dari CNBC International, Senin (1/7/2024).
Advertisement
"Anda mungkin berpikir itu tidak masuk akal, tapi itulah kenyataannya, dan jika tidak ada yang lain, mau membencinya atau menyukainya dia (Trump) bagus untuk portofolio Anda," bebernya.
Cramer menyoroti masa pemerintahan Trump yang jarang memblokir merger.
Jadi perusahaan ritel di AS seperti Kroger, yang telah mencoba membeli Albertsons, mungkin akan berhasil, begitu pula ritel lainnya Tapestry, yang ingin mengakuisisi Capri Capital One juga mungkin siap untuk sukses, karena berharap untuk membeli Discover, jelasnya.
Ramah
Selain itu, Cramer juga mencatat bahwa Trump secara umum ramah terhadap industri gas dan minyak, dan menunjuk pada perusahaan-perusahaan seperti New Fortress Energy dan Cheniere.
Tetapi dia juga meramalkan bahwa jika trump terpilih, Partai Republik akan memberlakukan peraturan perdagangan yang lebih ketat, terutama dengan China. Hal ini mungkin bukan pertanda baik bagi perusahaan seperti Nike dan Starbucks.
Cramer menyebut, selama dia mengenal Trump, kandidat Partai Republik tersebut memiliki minat yang besar terhadap pasar.
"Dia suka bercanda tentang pasar saham, muncul di acara ini berkali-kali, karena meskipun dia bekerja di bidang real estat, dia menikmati saham," ungkap Cramer.
Sementara itu, tim kampanye Donald Trump tidak segera menanggapi komentar terkait pernyataan Cramer.
Citi: Hasil Pemilihan Parlemen Prancis Bisa Guncang Pasar Saham Eropa
Pemilihan parlemen Prancis telah mengguncang investor karena premi risiko negara tersebut meningkat. Namun menurut analis di Citi, ada dua kemungkinan skenario yang masih belum diperhitungkan oleh pasar, dan dapat berdampak pada saham-saham di kawasan Eropa.
"Model kami menunjukkan bahwa pasar sedang mempertimbangkan sesuatu antara hasil yang baik dan kemacetan… tidak sepenuhnya, namun mungkin kita hanya perlu beberapa poin persentase untuk bisa memperkirakan kemacetan secara penuh," kata Beata Manthey, kepala strategi ekuitas global Citi,
"Namun, pasar tidak memperhitungkan mayoritas sayap kanan atau sayap kiri," lanjutnya.
Rencana pajak dan belanja dari partai sayap kanan Prancis, Rassemblement National (RN, atau National Rally) dan koalisi sayap kiri Nouveau Front Populaire (NFP, atau New Popular Front) menjadi penyebab utama kekhawatiran atas volatilitas pasar obligasi di masa depan.
Beberapa ekonom telah memperingatkan bahwa jika salah satu partai tersebut berhasil meraih mayoritas dan dengan cepat mewujudkan sebagian besar proposal mereka, hal ini dapat mengarah pada krisis utang.
Citi melakukan analisis skenario terhadap berbagai hasil pemilihan parlemen Prancis dan dampaknya bagi indeks pasar saham CAC 40, juga berdasarkan potensi pergerakan selisih antara imbal hasil obligasi Perancis dan Jerman, yang mencapai level tertinggi dalam 12 tahun.
"Hasilnya masih belum jelas, kami hanya melakukan pemungutan suara pada putaran pertama pemilu. Jadi kita akan tahu lebih banyak pada Minggu malam," beber Manthey.
"Mari kita letakkan pengumuman pemilu dalam konteks positioning investor. Eropa telah menjadi pasar yang sangat populer, memiliki kinerja yang lebih baik, investor internasional telah beralih dari AS ke Eropa, posisi telah melebar atau net long, terutama pada bank-bank Eropa. Dan hal itu sekarang sudah berubah menjadi netral, tapi tidak negatif," ungkapnya.
Advertisement
Ekuitas Paling Rentan
Saham-saham Eropa diperdagangkan mendekati diskon 40% terhadap saham AS, sebuah kesenjangan yang sangat besar dibandingkan dengan rata-rata historis sekitar 15% hingga 20%, katanya.
"Tetapi valuasi memerlukan pemicu. Meningkatnya risiko politik bukan menjadi pemicu, itu yang saya khawatirkan. Model kami menunjukkan saat ini, harganya cukup sesuai dengan ekspektasi para analis mengenai fundamentalnya," lanjutnya.
"Kita telah menurunkan peringkat Eropa, meningkatkan peringkat AS, karena meningkatnya risiko politik. Di Eropa, di pasar negara maju, ekuitas cenderung menjadi yang paling rentan terhadap perubahan ini," beber Manthey.
Jika hasil pemilu Perancis "sangat tidak bersahabat dengan pasar… pasar di Eropa cukup berkorelasi. Jadi jika CAC terjual secara substansial, maka akan terjadi dampak limpahan di tempat lain juga," ungkap Manthey.